Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENENTUAN NILAI STANDAR PROSENTASE PRODUK CACAT PADA PEMBUATAN PELEG TRUCK DI PT. X Samsudin Hariyanto
TRANSMISI Vol 3, No 1 (2007): Edisi Pebruari 2007
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v3i1.4459

Abstract

pengendalian kualitas. PT. X menggunakan prosentase produk (peleg) cacat sebagai usaha pengendaliankualitasnnya. Perusahaan tidak lebih lanjut membandingkan ukuran tersebut dengan suatu nilai standar /target yang memiliki hubungan terhadap factor-faktor penting dalam proses produksi, seperti biaya produksidan nilai tambah yang dihasilkan. Sehingga perusahaan tidak dapat mengetahui hubungan naik turunnyaprosentase produk cacat dengan naik turunnya nilai tambah yang dihasilkan.Penelitian ini mencoba mencari nilai standar prosentase produk cacat berdasarkan besarnya nilai tambahyang dihasilkan dalam suatu proses produksi. Berdasarkan data produk cacat harian selama satu bulan prosesproduksi, Jumlah produksi harian dan biaya yang dikeluarkan perusahaan pada proses produksi tersebut,dapat ditentukan besarnya prosentase produk cacat, besarnya biaya penanganan produk cacat dan besarnyanilai tambah yang dihasilkan. Dengan menggunakan regresi linier sederhana dapat ditentukan prosentaseproduk cacat maksimum yang masih menguntungkan bagi perusahaan.Nilai prosentase produk cacat yang masih menguntungkan bagi perusahaan adalah yang lebih kecil dari8,545%. Pada nilai-nilai prosentase produk cacat tersebut, nilai tambah akan selalu lebih besar dibandingbiaya produk cacat. Pengendalian kualitas yang selama ini dijalankan pada PT X sudah cukup baik bilamelihat data prosentase produk cacat yang dipakai pada penelitian ini, semuanya berada relatif jauh dibawah8,545%. Nilai standar prosentase jumlah cacat yang diajukan pada penelitian ini merupakan pilihanberdasarkan nilai tambah yang ingin dicapai oleh perusahaan. Keputusan penentuannya diserahkan padaperusahaan.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI KECIL TAS MELALUI RANCANG BANGUNMESIN LAMINATING UNTUK MEMBUAT KAIN PLASTIK Samsudin Hariyanto
TRANSMISI Vol 6, No 1 (2010): Edisi Pebruari 2010
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v6i1.4521

Abstract

CV. Jaya Indah perkasa adalah UKM yang memproduksi tas dengan menggunakan bahan baku kain terpal.Permintaan tas dari distributor sebesar ± 5000 tas per hari belum dapat dipenuhi oleh UKM karenakecepatan berproduksi tas di UKM masih sebesar 240 tas per hari. Terjadinya kenaikan harga terpal sebagaibahan baku tas yang siknifikan menyebabkan penurunan marjin keuntungan yang dapat mengancamkelangsungan usaha UKM. Untuk mengatasi permasalahan ini dibutuhkan mesin laminating yang dapatmemproduksi kain terpal sebagai bahan baku tas dengan harga yang lebih murah.Pembuatan mesin laminating dilaksanakan berdasarkan desain yang telah ditetapkan meliputi dimensi mesin,lebar rol karet, daya motor listrik, dan spesifikasi-spesifikasi komponen lainnya sehingga mesin yangdihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Uji coba mesin laminating perlu dilakukan dengan trial-trial yangberbeda sampai dihasilkan kain terpal yang berkualitas. Evaluasi pengoperasian mesin laminating dalammenghasilkan kain terpal sebagai bahan baku tas dilakukan selama satu bulan menggunakan analisis titikimpas dan nilai rentabilitas usaha.Pengujian dan evaluasi pengopersaian mesin laminating telah menghasilkan mesin yang dapat dioperasikandi UKM dengan mudah dan menghasilkan kain terpal yang berkualitas. Mesin laminating dapatmemproduksi kain terpal dengan kecepatan 4 meter per menit. Kebutuhan bahan baku tas pada UKM sudahdapat dipenuhi hanya dengan mengoperasikan mesin laminating selama ± 2 jam per hari. Investasi yangdikeluarkan untuk membuat mesin laminating dapat balik modal setelah UKM berhasil memproduksi danmenjual 9000 tas atau dapat balik modal setelah 38 hari. Nilai rentabilitas usaha meningkat sebesar 52,11%dari 26,46% menjadi 78,57%.
RENTABILITAS PENGADAAN PLAN PRODUKSI KAIN TERPAL SECARA MANDIRI SEBAGAI BAHAN BAKU TAS DI UKM Samsudin Hariyanto; Ni Made Wiati; Sudjatmiko Sudjatmiko
TRANSMISI Vol 10, No 2 (2014): Edisi September 2014
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jtmt.v10i2.4612

Abstract

UKM CV. Kali Masa memproduksi tas dengan menggunakan bahan baku kain terpal. Kapasitas produksi tas sebelum kegiatan IBM adalah 100 dosin per minggu atau ± 17 dosin per hari. Kain terpal dipasok dari perusahaan lain dengan kualitas yang kurang baik (terdapat kerutan) dan sering mengalami keterlambatan pasokan sehingga mengganggu kegiatan produksi tas. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu dibuat plan produksi kain terpal yang dapat memproduksi kain terpal secara mandiri dengan kualitas yang baik.Desain plan produksi kain terpal yang dibuat meliputi dimensi mesin laminating, pengaturan rol penggulung kain terpal, penempatan dan pengaturan posisi bahan baku kain terpal sebelum masuk mesin laminating, dan meja konveyor sehingga plan produksi kain terpal dapat menghasilkan kain terpal sesuai dengan yang diharapkan.Berdasarkan hasil pengujian plan produksi kain terpal dapat memproduksi kain terpal dengan kecepatan 2 meter per menit atau ± 1000 meter per hari (8 jam kerja per hari). Kapasitas produksi tas pada UKM setelah pengadaan plan produksi kain terpal secara mandiri sebesar 35 dosin per hari yang membutuhkan bahan baku kain terpal sebesar 600 meter sehingga sudah dapat dipenuhi secara mandiri dan kelebihannya sebesar 400 meter perhari dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi tas. Nilai rentabilitas usaha mengalami kenaikan sebesar 10,79%, dari 25,32% menjadi 36,11%. Berdasarkan kenaikan nilai rentabilitas usaha ini juga menunjukkan bahwa produksi kain terpal secara mandiri menguntungkan bagi UKM.
Pengendalian Proses Produksi Makanan Ringan Mini Jelly Samsudin Hariyanto
Journal of Industrial View Vol 2, No 1 (2020): May 2020
Publisher : Universitas Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.341 KB) | DOI: 10.26905/4208

Abstract

Produk mini jelly, spesifikasi produk yang diperhatikan adalah berat produk atau netto. Berat atau netto produk tersebut merupakan salah satu data variabel yang digunakan dalam pengendalian proses produksi. Untuk memastikan bahwa produk sesuai dengan kualitas yang ditentukan hingga berada di tangan konsumen, maka digunakanlah salah satu metode dalam mengendalikan atau mengolah kualitas yaitu statistical process control. Pengendalian proses produksi makanan ringan mini jelly dapat dianalisis dengan menggunakan peta kendali dan menghitung kapabilitas proses nya. Berdasarkan analisis dengan peta kendali rata-rata dan peta kendali jarak (peta kendali X dan peta kendali R) didapatkan hasil semua data berada dalam batas kendali setelah dua kali revisi karena masih terdapat data yang berada di luar batas kendali pada analisis sebelumnya. Setelah semua data dinyatakan berada pada batas kendali, kemudian dihitung kapabilitas prosesnya. Hasil kapabilitas proses menunjukkan bahwa proses memiliki kapabilitas yang rendah dan kurangnya akurasi proses sehingga diperlukan perbaikan kualitas agar produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh perusahaan dan agar konsumen mendapatkan produk yang berkualitas bai
PENENTUAN KPI DAN BOBOT KPI DI CV. CALOSA MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PERFORMANCE PRISM DAN ANALYTHIC HIERARCHY PROCESS Samsudin Hariyanto; Cristian Ade Saputra
Journal of Industrial View Vol 3, No 2 (2021): November 2021
Publisher : Universitas Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1026.055 KB) | DOI: 10.26905/jiv.v3i2.6673

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendapatkan KPI melalui metode Performance prism dan mendapatkan bobot tiap – tiap KPI menggunakan metode Analythic Hierarchy Process (AHP). Selama ini pengukuran kinerja di perusahaan hanya diukur dari aspek finansial saja, maka dari itu perlu dilakukan pengukuran kinerja dengan metode yang tepat dan mempertimbangkan dari beberapa aspek yaitu menggunakan metode Performance prism dan dibobot menggunakan metode Analythic Hierarchy Process (AHP). Hasil pengukuran kinerja menunjukkan bahwa stakeholder pada perusahaan meliputi : Pemilik, pelanggan, karyawan, pemasok, masyarakat dan pemerintah. Adapun data dari wawancara kepada pihak manajemen perusahaan yaitu : Objective (tujuan perusahaan), Strategi, Proses, Kapabilitas, Stakeholder Satisfaction, Stakeholder Contribution perusahaan. Dari data hasil wawancara didapatkan 23 KPI yang dapat menjadi solusi untuk mencapai Objective (tujuan perusahaan). Dari KPI yang dihasilkan akan di validasi oleh pihak manajemen, kemudian dibobot menggunakan metode Analythic Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan software expert choice dan akan didapatkan bobot tertinggi dari setiap kriteria dan KPI. Dari hasil software expert choice didapatkan bahwa stakeholder yang memiliki bobot tertinggi yaitu pelanggan dengan bobot 0,600 dan karyawan dengan bobot 0,218. Dan dari hasil pengukuran kinerja ini menjadi landasan bagi pihak manajemen perusahaan untuk mengevaluasi dan menentukan rencana perbaikan kinerja sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan dan terpenuhinya harapan dari stakeholder.
Produk Kayu Berkualitas? Dicky Kinza Prisdianto; Ignatius Geral Violi Hutagalung; Samsudin Hariyanto; Digitha Oktaviani Putri
Journal of Industrial View Vol 1, No 2 (2019): November 2019
Publisher : Universitas Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/4039

Abstract

Pengendalian kualitas produk kerajinan berbahan dasar kayu perlu dilakukan karena sebagian besar kegiatan produksi nya dilakukan oleh manusia. Dalam proses produksi meskipun dikerjakan melalui mesin namun peran operator tetap diperlukan untuk menjaga proses dilakukan dengan baik. Masih terdapat produk cacat dan waste yang terjadi menjadi indikator diperlukan perbaikan secara kualitas dan pendekatan value stream mapping untuk indentifikasi waste dan perbaikan.  Dari hasil Acceptance Sampling dan Control Chart diketahui bahwa masih terdapat produk cacat dan dari hasil acceptance sampling diketahui bahwa beberapa proses produksi masih memiliki waste yang perlu diperbaiki. Usulan perbaikan yang dapat diberikan kepada produsen adalah perbaikan kualitas harus dilakukan dan menyesuaikan jumlah operator dengan mesin yang tersedia sehingga tidak terjadi kegiatan menunggu yang dapat mempengaruhi lama produksi.
IMPLEMENTASI MESIN SANGRAI KOPI PADA UKM KOPI BUBUK “BIAS KAHYANGAN” DI DESA ARJOWINANGUN – KOTA MALANG Samsudin Hariyanto; Dani Yuniawan; Aang Fajar Pasha Putra
Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang Vol 4, No 1 (2019): June 2019
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/abdimas.v4i1.3231

Abstract

Budaya minum kopi atau ngopi sudah lama dipercaya masyarakat dan terbukti bermanfaat  meningkatkan kesehatan dan kesegaran bagi tubuh.  Oleh karena itu kebutuhan konsumen pada kopi bubuk di kota Malang cukup besar sehingga banyak sekali produsen kopi bubuk bermunculan mulai dari perusahaan besar sampai home industri.  UKM Kopi bubuk merek “Bias Kahyangan” adalah usaha dagang kopi bubuk murni yang berlokasi di desa Arjowinangun Kota Malang.  Dalam kegiatan produksinya, proses sangrai kopi masih dilakukan oleh pihak ketiga (outsourching) yang berlokasi di kecamatan Dampit kabupaten Malang yang berjarak sekitar 25 km dari lokasi UKM. Hal ini menyebabkan harga pengadaan kopi sangrai relatif mahal sehingga berakibat menurunkan keuntungan UKM dan kadang juga mengalami keterlambatan dalam memenuhi kebutuhan konsumennya.  Untuk menyelesaikan persoalan ini, UKM membutuhkan mesin sangrai kopi yang siap dioperasionalkan dengan kapasitas produksi yang sesuai dengan kebutuhan UKM. Langkah-langkah pengadaan mesin sangrai kopi adalah sebagai berikut : (1) Pembuatan Desain Mesin Sangrai Kopi skala UKM (Biaya pembuatan dan kapasitas produksi sesuai dengan kondisi di UKM), (2) pembuatan mesin sangrai di bengkel teknik, (3)  uji coba mesin sangrai dalam menghasilkan kopi sangrai yang berkualitas, (4) pendampingan produksi kopi sangrai dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk dapat menghasilkan kopi bubuk yang berkualitas dibutuhkan kopi sangrai yang berkualitas yaitu matang sampai kedalam, tidak gosong dan harum baunya.  Sedangkan untuk menghasilkan kopi sangrai yang berkualitas dibutuhkan biji kopi yang berkualitas dan proses sangrai yang terkendali.  Biji kopi yang berkualitas adalah biji kopi yang sudah benar-benar kering dan rasanya tidak langu (rasa tidak sedap). Sedangkan proses sangrai yang terkendali dapat dilakukan dengan baik melalui implementasi mesin sangrai kopi yang telah selesai dibuat di UKM. Dengan penerapan mesin sangrai kopi untuk memproduksi kopi sangrai secara mandiri di UKM, maka biaya pengadaan kopi sangrai untuk volume yang sama menjadi berkurang bila dibandingkan dengan biaya outsourching.   Sebelumnya untuk pengadaan kopi sangrai membutuhkan biaya Rp. 45.000,- per kg, setelah melakukan proses sangrai secara mandiri hanya membutuhkan biaya ± Rp. 40.000,- per kg.   Volume produksi mesin sangrai kopi yang dihasilkan adalah ± 10 kg setiap kali proses sangrai dengan lama proses ± 70 menit. Sehingga dengan implementasi mesin sangrai kopi memungkinkan untuk meningkatkan omset penjualan kopi bubuk dari sebelumnya 15 kg per hari menjadi 60 kg per hari.  Saat ini UKM telah berhasil meningkatkan omset penjualan kopi bubuk dari 15 kg per hari menjadi 30 kg per hari.  Keuntungan bersih yang didapat UKM meningkat dari Rp. 65.000,- per hari menjadi Rp. 200.000,- per hari. DOI: https://doi.org/10.26905/abdimas.v4i1.3231
IMPLEMENTASI MESIN PRODUKSI PAKAN LELE DUMBO PADA PETERNAK DI DESA ARJOWINANGUN KOTA MALANG Samsudin Hariyanto; Sudjatmiko Sudjatmiko; Maheno Sri Widodo
Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang Vol 1, No 1 (2016): December 2016
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/abdimas.v1i1.1171

Abstract

Melambungnya harga pakan ikan buatan pabrik (Rp. 10.000,- per kg) mengakibatkan keuntungan budidaya ikan lele semakin bertambah. Pembuatan pakan ikan secara mandiri menggunakan mesin yang sederhana, resep yang tepat, dan bahan baku pakan ikan yang murah diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak ikan. Proses pembuatan pakan ikan (pelet) membutuhkan mesin penghalus (disk Mill), mesin pencetak pakan ikan dan oven pengering pakan ikan. Harga pokok produksi pembuatan pakan ikan lele secara mandiri adalah Rp. 5.500,- per kg. Hasil uji coba penggunaan pakan ikan yang diproduksi secara mandiri pada pembesaran 5000 ikan lele pada kolam terpal membutuhkan 500 kg pakan dan dapat menghasilkan panen 383 kg ikan dengan umur panen 2,5 bulan. Dengan harga jual ikan ke distributor Rp. 13.500,- per kg, keuntungan yang didapat peternak sebesar Rp. 2.420.500,-. Pada penggunaan pakan ikan buatan pabrik, berat ikan yang dihasilkan pada waktu panen adalah lebih besar yaitu sebesar 466 kg, tetapi keuntungan yang didapat peternak lebih kecil yaitu Rp. 1.291.000,-. Jadi penggunaan pakan ikan yang diproduksi secara mandiri dalam program pengabdian ini lebih menguntungkan bagi peternak ikan dibandingkan dengan penggunaan pakan ikan buatan pabrik. DOI: https://doi.org/10.26905/abdimas.v1i1.1171
Analisis Risiko Cidera pada Pekerja Pengisian Ulang Air Galon menggunakan Baseline Risk Identification of Ergonomic Factors Survey Ika anggraeni khusnul khotimah; Digitha Oktaviani Putri; Ken Erliana; Fuad Kautsar; Samsudin Hariyanto; Aang Fajar Passa Putra; Hairul Anwar
Journal of Industrial View Vol 5, No 1 (2023): Publikasi Ilmiah Teknik Industri
Publisher : Universitas Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jiv.v5i1.9785

Abstract

AbstractWater is one of the basic daily needs for humans, because many activities are needed with water such as drinking, bathing, cooking, washing, and even doing production also requires water. One of the needs of modern humans is refill gallons of water, because it is practical and fast when needed. The activity involved in buying and selling refill gallon water is lifting. In filling gallon refill water located in the Pisang Candi sub-district, Sukun, Malang, East Java, in a day it can sell 50 to 100 gallons per day. Workers lift gallons with a frequency of 50-100/day, which can cause musculoskeletal disorders which are symptoms that occur in muscle tissue, the nervous system, bone structure and blood vessels with pain, numbness and sleep disturbances. Using the Recommended Weighted Limit (RWL) analysis, after calculating it is known that the lifting index for origin is 7.88 and the destination is 13.49 so it is very risky and needs to be identified using the Baseline Risk Identification of Ergonomic Factors (BRIEF) survey method and a complaint questionnaire to identify risks in the activities carried out by workers. Based on the recapitulation results using the Baseline Risk Identification of Ergonomic Factors Survey and worker complaints, the total highest score is 4 which means that a high risk rating is found in the limbs on the right and left arms, right and left shoulders, neck and back. The recommendations recommended to minimize the risk of injury to the workers' limbs are to provide education to workers filling water refills in the form of videos and posters about stretching the upper and lower body, how to lift a gallon safely and correctly.AbstrakAir merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari bagi manusia, karena banyak aktivitas yang dibutuhkan dengan air seperti minum, mandi, memasak, mencuci, bahkan melakukan produksi juga memerlukan air. Salah satu kebutuhan pada manusia modern yaitu air galon isi ulang, karena praktis dan cepat ketika diperlukan. Kegiatan yang dalam jual beli air galon isi ulang yaitu mengangkat. Pada pengisian air isi ulang galon yang berlokasi di kelurahan Pisang Candi, Sukun, Malang Jawa Timur, dalam sehari dapat menjual 50 sampai 100 galon per harinya. Pekerja mengangkat galon dengan frekuensi 50-100/hari, sehingga dapat menyebabkan gangguan musculoskeletal disorders yang merupakan gejala yang terjadi karena pada jaringan otot, sistem syaraf, struktur tulang, dan pembuluh darah dengan rasa nyeri, mati rasa serta gangguan tidur. Menggunakan analisis Recommended Weighted Limit (RWL), setelah dilakukan perhitungan diketahui lifting index origin sebesar 7,88 dan destination 13,49 sehingga sangat berisiko dan perlu dilakukan identifikasi menggunakan metode BRIEF survey dan kuisioner keluhan untuk mengidentifikasi risiko dalam aktivitas yang dilakukan pekerja. Berdasarkan hasil rekapitulasi dengan menggunakan Baseline Risk Identification of Ergonomic Factors (BRIEF) Survey dan keluhan pekerja menunjukkan total nilai tertinggi sebesar 4 yang berarti memiliki risk rating high terdapat pada anggota tubuh di bagian lengan kanan dan kiri, bahu kanan dan kiri, leher, dan punggung. Usulan yang direkomendasikan untuk meminimalkan risiko cidera pada anggota tubuh pekerja tersebut yaitu memberikan edukasi kepada pekerja pengisian air isi ulang berupa video dan poster mengenai peregangan tubuh bagian atas dan bawah, cara mengangkat galon yang aman dan benar.