Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Analysis of Flood Vulnerability Assessment in Urban Area (Case Study: North Semarang District) Undayani Cita Sari; Raden Harya Dananjaya
JACEE (Journal of Advanced Civil and Environmental Engineering) Vol 3, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jacee.3.1.36-43

Abstract

The disasters occurred in Semarang, as the capital city of Central Java, must be considered. This is because it can cause various impacts that can affect the wheels of government. One of the problems which continously occur in the Semarang city is flood. Flood can cause a variety of damage and losses both of material and non-material. This flood can be caused by various factors. In this study, analysed the causes of flooding that occurred in the Semarang City. The location in this study specifically was in the North Semarang District. Analysis was done using scoring analysis with approach method based on preview research. The scoring method performed by Haryani et al. (2012) was adopted in this study. This method used five variables. The variables were rainfall, land coverage, slope shape, land system, and elevation. According to analysis, it shows that four of five variables which are land coverage, slope shape, land system, and elevation, which related to topography and land use, have maximum score to influence the occurrence of flooding in North Semarang District. Accordingly, the North Semarang Subdistrict is categorized as prone to flood hazard. Moreover, with a lot of human activities as result of increasing the population growth, it influences the land use of North Semarang District which further increases the vulnerability of North Semarang District to flooding.
PEMETAAN ANGKA KEAMANAN LERENG BERDASARKAN DATA HUJAN (STUDI KASUS : BUKIT GANOMAN, DESA KORIPAN, KECAMATAN MATESIH, KABUPATEN KARANANYAR) Pengkuh Jalu Kurniawan; Raden Harya Dananjaya; Raden Roro Rintis Hadiani
Matriks Teknik Sipil Vol 6, No 2 (2018): Juni 2018
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (986.194 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v6i2.36573

Abstract

   Karanganyar merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang tergolong sebagai lokasi rawan longsor, sebanyak 34 titik di 8 kecamatan di Kabupaten Karanganyar teridentifikasi rawan longsor. Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah hujan. Hujan dengan intensitas tinggi (>100 mm/hari) dapat memicu terjadinya longsor, hal tersebut dikarenakan air hujan yang terinfiltrasi kedalam tanah menyebabkan proses penjenuhan tanah sehingga massa tanah meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat peta angka keamanan lereng akibat pengaruh  hujan dan sudut kemiringan dilokasi bukit Ganoman, Desa Koripan, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar.Data tanah yang digunakan pada penelitian ini adalah data tanah primer yang diperoleh dari sampel tanah tidak terganggu dan data sekunder tanah yang diambil dari penelitian sebelumnya di lokasi yang sama. Data hujan yang digunakan adalah data hujan dua harian maksimum selama tahun 2015 dan 2016 dari stasiun hujan Matesih dan Karanganyar. Asumsi lama hujan yang terjadi adalah hujan 6 jam-an. Data variasi kemiringan diperoleh dari ASTER GDEM Kabupaten Karanganyar. Ketebalan tanah jenuh akibat infiltrasi air hujan dihitung menggunakan metode Green-Ampt. Stabilitas lereng dihitung menggunakan software GeoStudio Slope/W. Dan kemudian SF yang diperoleh dari Geostudio Slope/W diplotkan ke peta Rupa Bumi sehingga didapatkan peta risiko longsor. Dari hasil penelitian diketahui bukit Ganoman memiliki variasi kemiringan lereng berkisar antara 0 hingga 45 derajat dan hujan dua harian maksimum yang terjadi pada tahun 2015 dan 2016 dengan intensitas hujan 6 jam-an adalah 17,219 mm/jam, sehingga menyebabkan ketebalan tanah jenuh (Hsat) berkisar antara 3,8 hingga 5,48 meter. Berdasarkan kriteria Bowles (1989) klasifikasi lereng bukit Ganoman adalah : 1) Lereng dengan kondisi stabil, yaitu lereng yang mempunyai kemiringan 0º hingga 30º, 2) lereng dengan kondisi kritis, yaitu lereng yang mempunyai kemiringan 31º hingga 35º, dan 3) lereng dengan kondisi labil, yaitu lereng yang mempunyai kemiringan 36º hingga 45º. 
PENINGKATAN KUAT TEKAN TANAH LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN SEMEN PADA INDEKS LIKUIDITAS 0.5 Ramzi Yahya; Yusep Muslih Purwana; Raden Harya Dananjaya
Matriks Teknik Sipil Vol 4, No 4 (2016): Desember 2016
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v4i4.37049

Abstract

Tanah lempung plastisitas diklasifikasikan sebagai tanah lunak dengan daya dukung dan kekuatan yang rendah. Stabilisasi tanah dibutuhkan untuk meningkatkan sifat tekniknya. Penelitian mengenai stabilisasi tanah lempung plastisitas tinggi menggunakan semen telah dilakukan dalam penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh semen terhadap kuat tekan tanah. Stabilisasi dilakukan pada tanah setelah dikondisikan dengan indeks likuiditas 0.5. Stabilisasi dilakukan dengan variasi semen (5%, 10%, dan 15% dari berat basah tanah) dan variasi faktor air semen (20%, 25%, 30%, 35% dari berat kering semen). Uji kuat tekan bebas (UCS) dilakukan setelah masa perawatan tanah (0,3, 7, dan 14 hari). . Hasil pengujian diilustrasikan menggunakan grafik dan tabel yang menunjukkan kuat tekan tanah tertinggi dicapai pada campuran semen 15% dan FAS 20%, yaitu 989.92 kN/m2 untuk sampel tidak terendam dan 674.67 kN/m2 untuk sampel terendam.
PERHITUNGAN KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA SONDIR Raden Harya Dananjaya; Noegroho Djarwanti; Raden Ajeng Dinasti Purnomo Putri
Matriks Teknik Sipil Vol 5, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.242 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v5i1.36963

Abstract

Pembangunan mengalami pengubahan konsep dari bangunan horizontal ke bangunan vertikal yang menjulang tinggi keatas. Diperlukan fondasi dalam seperti fondasi tiang pancang yang dapat memikul dan meneruskan besar beban bangunan vertikal kelapisan tanah keras. Kemampuan fondasi dalam memikul berat disebut kapasitas dukung ultimit. Kapasitas dukung ultimit diperoleh dari hasil penyelidikan sondir. Data sondir yang dibutuhkan semakin banyak sesuai kebutuhan fondasi yang banyak. Data sondir yang ada dapat digunakan untuk memprediksi jenis tanah dan kapasitas dukung fondasi tiang pancang tunggal disekitar wilayah data yang ada. Prediksi tanah dari data sondir yang ada menggunakan metode clustering. Metode clustering mengelompokkan jenis tanah berdasarkan nilai tahanan ujung konus (qc) sondir. Nilai qc diplotkan kedalam QGIS untuk dilakukan clustering qc sehingga diperoleh cluster jenis tanah di Kecamatan Banjarsari dan Laweyan. Prediksi kapasitas dukung fondasi tiang tunggal (Qu) pada kedalaman tiang berdasarkan data sondir digunakan confidence interval. Confidence interval memprediksi nilai Qu dan kedalaman yang belum diketahui nilainya dengan tingkat kepercayaan 60%-95%. Nilai Qu setiap kedalaman (z) yang dihitung dengan tingkat kepercayaan kemudian dihubungkan menggunakan grafik berdasarkan cluster. Grafik hubungan Qu dengan kedalaman dapat digunakan untuk mengetahui nilai kapasitas dukung fondasi tiang tunggal dan kedalaman tiang pada setiap cluster jenis tanah. Hasil analisis QGIS Kecamatan Banjarsari dan Laweyan memiliki dua cluster jenis tanah yaitu tanah lempung kaku dan tanah lempung sangat kaku. Tingkat kepercayaan semakin besar, menghasilkan nilai kapasitas dukung fondasi tiang pancang tunggal (Qu) semakin kecil. Selisih nilai Qu kecil pada kedalaman kurang dari delapan meter antara tingkat kepercayaan 60%, 80% dan 95%. Selisih antar tingkat kepercayaan yang besar disebabkan rata-rata, jumlah data setiap kedalaman dan nilai standar deviasi yang besar. Hasil studi kasus membandingkan metode clustering dengan metode konvensional Meyerhof menunjukkan bahwa metode dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam memprediksi kapasitas dukung fondasi tiang pancang tunggal (Qu).
PENGARUH VARIASI LAPIS GEOSINTETIK TERHADAP SAFETY FACTOR TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK Bambang Setiawan; Raden Harya Dananjaya; Fitria Anggraeni
Matriks Teknik Sipil Vol 8, No 1 (2020): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v8i1.41527

Abstract

Tanah lunak merupakan jenis tanah yang sering dijumpai di Indonesia. Tanah lunak merupakan jenis tanah yang tidak aman untuk didirikan konstruksi di atasnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan beberapa sifat tanah lunak yaitu memiliki nilai CBR dan N-SPT yang rendah, gaya geser yang rendah, kadar air tinggi, koefisien permeabilitas yang rendah, daya dukung yang rendah, dan resiko adanya settlement atau penurunan yang besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi lapis geosintetik terhadap perubahan nilai safety factor, settlement, dan tegangan tanah pada tanah lunak. Variasi yang digunakan pada penelitian ini adalah variasi jenis geosintetik, jumlah lapis geosintetik, dan jarak antar lapis geosintetik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif melalui pengumpulan data sekunder serta pemodelan dengan analisis metode elemen hingga (MEH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi lapis geosintetik paling optimum dapat meningkatkan nilai safety factor sebesar 23,79%, menurunkan nilai settlement sebesar 2,60%, dan meningkatkan tegangan tanah sebesar 0,17%.
SIMULASI PERILAKU PONDASI GABUNGAN TELAPAK DAN SUMURAN DENGAN VARIASI KEDALAMAN TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS Ari Purnomo; Niken Silmi Surjandari; Raden Harya Dananjaya
Matriks Teknik Sipil Vol 4, No 1 (2016): Maret 2016
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.44 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v4i1.37124

Abstract

Perkembangan jumlah penduduk yang semakin banyak, mendorong pembangunan gedung-gedung bertingkat untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal. Gedung-gedung bertingkat ini termasuk bangunan dengan kategori beban menengah. Kenyataan ini juga ditambah dengan kondisi lahan yang masuk dalam kategori tanah lunak. Permasalahan utama bila suatu bangunan berada di atas tanah lunak adalah penurunan dan daya dukung. Solusi yang sering dilakukan adalah perbaikan tanah, namun hal ini tidak efektif untuk proyek kecil. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang model pondasi gabungan telapak dan sumuran (telasur). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku grafik penurunan terhadap beban model pondasi telasur. Model Pondasi telasur diharapkan bisa mengurangi nilai penurunan dibandingkan pondasi telapak dan sumuran. Penelitian ini menggunakan data tanah lempung berlapis dengan karakteristik lempung sedang dan lempung kaku. Selanjutnya, data parameter input ini diolah dengan program metode elemen hingga untuk mendapatkan hasil berupa nilai penurunan dan tegangan. Pengaruh variasi kedalaman telapak 1,5 m; 1,6 m; 1,7 m; 1,8 m; 1,9 m dan 2,0 m terhadap nilai penurunan pondasi telasur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar kedalaman telapak maka semakin kecil nilai penurunan yang diberikan. Setiap kenaikan 0,1 m dari kedalaman telapak mengurangi nilai penurunan rata-rata sebesar 1,83%.
ANALISIS KEGAGALAN PONDASI TIANG KELOMPOK PADA KONSTRUKSI PILAR JEMBATAN Prayogo Damarhadi; Yusep Muslih Purwana; Raden Harya Dananjaya
Matriks Teknik Sipil Vol 3, No 4 (2015): Desember 2015
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.033 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v3i4.37244

Abstract

Sebuah proyek pembangunan jembatan jalan tol menggunakan pondasi tiang pancang jenis spun pile. Namun sebelum keseluruhan struktur dari konstruksi jembatan tersebut selesai dikerjakan, salah satu dari pilar jembatan mengalami failure. Pondasi tiang kelompok tersebut berada pada lereng dengan kemiringan rata-rata 18o. Pilar jembatan mengalami kemiringan 10o dan bergeser sekitar 20 cm ke arah sungai. Analisis penyebab kegagalan pada pondasi pilar jembatan tersebut menggunakan metode elemen hingga yakni program Plaxis 2D. Pondasi tiang kelompok dimodelkan sebagai sebuah blok beton dengan modulus elastisitas komposit antara tanah dan tiang pancang. Analisis stabilitas lereng dilakukan sebelum dan sesudah adanya pondasi tiang kelompok pada titik tinjauan sehingga diketahui daerah kritis serta nilai safety factor (SF) dari lereng. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap tegangan horisontal yang terjadi yang kemudian dibandingkan dengan kapasitas pondasi tiang kelompok. Hasil analisis menunjukkan nilai SF lereng sebelum ada pondasi sebesar 1,218 dan setelah adanya pondasi pada titik tinjauan sebesar 1,222. Hal ini menunjukkan bahwa pondasi tersebut tidak terlalu berpengaruh pada stabilitas lereng dan longsor yang terjadi pada lereng tidak mempunyai pengaruh terhadap pondasi tiang kelompok. Sedangkan hasil analisi terhadap tegangan horisontal menunjukkan bahwa pondasi tidak mampu menahan tegangan horizontal yang terjadi sehingga mengalami patah. Kata Kunci : lereng, pondasi tiang, komposit, safety factor, tegangan horisontal.
ANALISIS PENURUNAN FONDASI GABUNGAN TELAPAK DAN SUMURAN (TELASUR) PADA TANAH LEMPUNG HOMOGEN Neura Citra Utami; Niken Silmi Surjandari; Raden Harya Dananjaya
Matriks Teknik Sipil Vol 6, No 3 (2018): September 2018
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v6i3.36554

Abstract

Bagian penting dari suatu gedung adalah fondasi. Bangunan tingkat menengah atau bangunan 3 hingga 5 lantai pada umumnya menggunakan fondasi dalam. Hal ini mengakibatkan biaya yang dikeluarkan cukup mahal, walaupun tingkat keamanan tinggi. Salah satu alternatif untuk bangunan tingkat menengah yaitu dengan menggabungkan fondasi dangkal dan fondasi dalam. Gabungan fondasi telapak dan fondasi sumuran disebut fondasi Telasur. Alternatif ini diharapkan mampu menahan beban untuk bangunan tingkat menengah dengan biaya yang relatif lebih murah daripada fondasi dalam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besar nilai penurunan fondasi Telasur. Penelitian ini menggunakan software berbasis metode elemen hingga. Fondasi disimulasikan diatas tanah lempung homogen dengan variasi rasio panjang dan diameter sumuran (L/d). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap kenaikan rasio (L/d) 0,25 mengurangi nilai penurunan rata-rata sebesar 11,72%. Penelitian ini membuktikan bahwa fondasi Telasur dapat menahan beban lebih baik dari fondasi telapak maupun sumuran, sehingga dapat digunakan untuk bangunan tingkat menengah.
ANALISIS STABILITAS LERENG BERDASARKAN KONSEP INTERVAL KEPERCAYAAN DI BUKIT GANOMAN KECAMATAN MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR Nyco Maulana Wicaksono; Raden Harya Dananjaya; Niken Silmi Surjandari
Matriks Teknik Sipil Vol 5, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (790.09 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v5i1.36944

Abstract

Kondisi topografi Kabupaten Karanganyar yang berbukit memiliki rata-rata ketinggian 511 M Dpl, mengakibatkan wilayah ini memiliki lokasi rawan longsor cukup tinggi. Tanah longsor terjadi disebabkan adanya gaya gravitasi yang bekerja pada suatu massa (tanah dan batuan). Semakin besar kemiringan lereng, akan semakin besar kemungkinan terjadinya gerakan massa. Penelitian ini dilakukan di lereng Bukit Ganoman, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganayar. Data primer dan sekunder diperoleh dari pengujian tanah di Laboratorium dan data ASTER GDEM Kabupaten Karanganyar. data sekunder ini digunakan untuk menentukan geometri lereng. Kedua data ini digunakan untuk analisis stabilitas lereng menggunakan Software Geo Slope dengan metode Morgenstern-Price. Kemudian dilakukan analisis statistik dengan konsep interval kepercayaan untuk mendapatkan nilai Safety Factor (SF) pada setiap tingkat keyakinan atau resiko terjadinya longsor. Sehingga menghasilkan grafik hubungan antara SF dengan kemiringan lereng pada setiap tingkat keyakinan. Hasil grafik menunjukkan bahwa, semakin tinggi tingkat keyakinannya semakin rendah nilai SF. Sebaliknya, jika semakin rendah tingkat keyakinannya maka semakin tinggi nilai SF.
PENGGUNAAN MATERIAL BATU KAPUR SEBAGAI LAPISAN SUBBASE COURSE PERKERASAN JALAN PADA SUBGRADE TANAH GRANULER Lukman Fahreza N.; Bambang Setiawan; Raden Harya Dananjaya
Matriks Teknik Sipil Vol 5, No 2 (2017): Juni 2017
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v5i2.36881

Abstract

Kerusakan perkerasan jalan tidak hanya disebabkan oleh kualitas permukaan perkerasannya, tetapi juga dapat disebabkan oleh kualitas struktur lapis pondasi atas (base course), lapis pondasi bawah (subbase course) dan tanah dasar (subgrade). Penelitian ditujukan untuk menganalisis pengaruh ketebalan lapisan subbase course pada subgrade tanah granuler terhadap nilai CBR dan kv. Penelitian dilakukan dengan mensimulasikan struktur lapisan perkerasan jalan di dalam laboratorium. Pengujian CBR dilakukan terhadap lapisan subgrade, sedangkan pengujian plate load test dilakukan pada lapisan subbase course dan base course. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ketebalan subbase course setiap 5 cm mampu meningkatkan nilai CBR pada subbase course berturut-urut sebesar 15,93%; 38,73% dan 3,35%. Penambahan ketebalan subbase course setiap 5 cm mampu meningkatkan nilai CBR pada base course berturut-urut sebesar 4,63%; 34,09%; 21,99% dan 2,68%. Penambahan ketebalan subbase course setiap 5 cm mampu meningkatkan nilai kv pada subbase course berturut-urut sebesar 6,79; 58,82 dan 3,03%. Penambahan ketebalan subbase course setiap 5 cm juga mampu meningkatkan nilai kv pada base course berturut-urut sebesar 12,20; 30,85; 9,30 dan 3,61%. Lapisan subbase course terbukti memiliki performa yang lebih baik dibandingkan lapisan base course. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CBR subbase course yang 33,33% lebih besar daripada nilai CBR base course, pada ketebalan total struktur perkerasan jalan 40 cm. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai kv subbase course yang 26,83% lebih besar daripada nilai kv base course, pada ketebalan total struktur perkerasan jalan 40 cm.