Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

KEMAMPUAN DAYA EMULSIFIER CORN LECITHIN YANG DIHASILKAN DARI WATER DEGUMMING PROCESS MINYAK JAGUNG Alwani Hamad; Andi Ghina Septhea; Anwar Ma’ruf
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v1i2.1654

Abstract

Lecithin adalah senyawa phospholipid yang mempunyai daerah polar dan non polar sehingga sangat efektif jika digunakan sebagai emulsifier. Vegetable lecithin yang ada di pasaran kebanyakan hanya berasal dari minyak kedelai, hal ini menunjukan bahwa perlunya mengkaji isolasi lecithin dari minyak nabati lain, seperti minyak jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya pengemulsi dari corn lecithin yang dihasilkan melalui proses water degumming minyak jagung. Metode isolasi yang digunakan adalah water degumming dengan mencampurkan sebanyak 250 ml minyak jagung dengan 15 ml aquades kemudian diaduk dan dipanaskan dengan suhu 70 - 85°C selama 2 - 2.5 jam. Gum mentah yang dihasilkan kemudian dikeringkan didalam oven dengan suhu 90°C selama 5 - 7 hari. Gum kering yang didapat kemudian dimurnikan menggunakan fraksinasi aseton (aseton deoily) dan fraksinasi alcohol (alcohol deoily). Selanjutnya corn lecithin diuji kemampuan emulsifiernya menggunakan parameter droplet microscopy dan indeks creamy.  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa corn lecithin memiliki indeks creamy yang lebih rendah dibanding kontrol, yaitu 41 - 47% dan signifikan sama dengan kemampuan daya pengemulsi dari emulsifier komersial (Gelatin, Ryoto, Quick,dan CMC) (p<0.05). Gambar droplet emulsi microscopy menunjukkan hasil droplet yang lebih kecil, seragam dan tidak membentuk flock. Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa isolasi lecithin menggunakan proses water degumming pada minyak jagung dapat digunakan sebagai emulsifier yang mempunyai daya pengemulsi seperti emulsifier komersial makanan. Kata kunci:daya pengemulsi, emulsifier, lecithin, minyak jagung, water degumming.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA KEMANGI (Ocimum basilicum L.) PADA TAHU DAN DAGING AYAM SEGAR Alwani Hamad; Sintia Jumitera; Endar Puspawiningtyas; Dwi Hartanti
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v2i1.1734

Abstract

Tahu dan daging ayam segar memiliki nilai protein yang tinggi membuat kedua bahan pangan ini bersifat mudah rusak akibat pertumbuhan bakteri. Kemangi (Ocimum basilicum L.) merupakan salah satu tanaman yang dilaporkan sebelumnya memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas antibakteri dari infusa kemangi terhadap makanan tahu dan daging ayam segar menggunakan metode turbidity serta mengidentifikasi kandungan golongan senyawa kimianya menggunakan metode screening fitokimia.  Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi infundasi dengan konsentrasi 5, 10, dan 20%.  Hasil pengujian aktivitas antibakteri pada sampel tahu, infusa kemangi 10 dan 20% dapat menghambat pertumbuhan bakteri selama 10 hari sedangkan pada konsentrasi 5% hanya 8 hari pada suhu kamar. Berbeda pada sampel ayam, infusa kemangi 5, 10 dan 20% berturut- turut dapat menghambat pertumbuhan bakteri selama 9, 12 dan 15 hari pada suhu 3- 7 oC. Hasil uji screening fitokimia menunjukkan bahwa dalam infusa kemangi positif terdeteksi saponin dan tanin Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infusa kemangi dapat digunakan sebagai pengawet tahu dan daging ayam Kata- kata kunci:  aktifitas antibakteri, ayam, kemangi infusa, pengawet  tahu
Karakter Mutu Simplisia dan Ekstrak Tumbuhan Antidiabetes Lokal dari Banyumas Dwi Hartanti; Shintia Lintang Charisma; Hidayah Anisa Fitri; Fitriani Fitriani; Denia Awanda Putri; Jeri Rinawati; Widya Agustina; Alwani Hamad
JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi) Volume 6 No. 2 September 2022: JRST
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1182.108 KB) | DOI: 10.30595/jrst.v6i2.15545

Abstract

Daun mindi (Melia azedarach L.), buah kersen (Muntingia calabura L.), serta daun dan bunga tapakdara (Catharanthus roseus (L.) G.Don) digunakan masyarakat Baturraden dan Sumbang (Banyumas) untuk pengobatan tradisional diabetes. Penelitian ini mengkarakterisasi beberapa parameter mutu simplisia dan ekstrak ketiga tumbuhan tersebut.  Simplisia dibuat dari bahan tumbuhan yang dikumpulkan dari tiga desa di wilayah kecamata Baturraden dan Sumbang. Morfologi makroskopik dan mikroskopik, profil kromatografi lapis tipis (KLT), kadar fenolik total, dan kadar flavonoid total simplisia, serta kadar air, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam ekstrak dianalisis dengan metode standar dalam Farmakope Herbal Indonesia (FHI) 2017. Karakter makroskopik, fragmen diagnostik, dan profil KLT dari simplisia hasil penelitian ini diusulkan untuk menjadi standar dalam memastikan kebenaran identitas simplisia. Kadar fenolik total dan kadar flavonoid total simplisia daun mindi, buah kersen, serta daun dan bunga tapakdara masing-masing sebesar 0,74±0,07 dan 0,99±0,31; 1,62±0,36 dan 1,39±0,11; dan 0,94±0,02 dan 1,98±0,04%. Nilai tersebut diusulkan sebagai standar untuk aspek kandungan masing-masing simplisia. Data kadar air, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam diusulkan sebagai standar aspek kemurnian dari masing-masing ekstrak.
Penyeleksian Parameter Proses Fermentasi dalam Pembuatan Nata de Pina Tri Nur Chasanah; Endar Puspawiningtyas; Alwani Hamad
JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi) Volume 5 No. 2 September 2021: JRST
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (900.097 KB) | DOI: 10.30595/jrst.v5i2.14971

Abstract

Nata adalah lapisan polisakarida ekstraseluler (selulosa) yang dibentuk oleh mikroba pembentuk kapsul. Nata termasuk produk fermentasi yang mengandung bakteri Acetobacter xylinum, jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula misalnya ekstrak kulit nanas, bakteri ini menghasilkan lapisan putih nata yang terapung-apung di permukaan media tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyeleksi variabel yang paling berpengaruh pada proses pembuatan nata de pina menggunakan Placket-Burman Screening Design Method, variabel yang akan dikaji adalah rasio perbandingan air dan kulit nanas, sumber karbon (gula), sumber nitrogen (urea), sumber phospat (K2HPO4), sumber vitamin (vitamin B syrup), pH, lama fermentasi, dan jumlah starter. Dari hasil Placket-Burman Screening Design diperoleh bahwa jumlah sumber karbon (C), jumlah sumber phospat (P), dan jumlah starter (JS) merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap hasil yield fermentasi.
Potensi Dimetil Amino Phosphat (DAP) sebagai Sumber Nitrogen dalam Pembuatan Nata De Coco Alwani Hamad; Desiana Pradiyanti; Endar Puspawiningtyas
JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi) Volume 6 No. 1 Maret 2022: JRST
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (894.026 KB) | DOI: 10.30595/jrst.v6i1.14972

Abstract

Nata de coco adalah makanan fungsional yang mengandung fiber. Nata de coco merupakan produk fermentasi bakteri Acetobacter xylinum yang ditumbuhkan pada media cair seperti air kelapa. Selain dari air kelapa, mikroba juga memerlukan nutrisi tambahan yaitu dari carbon dan nitroge untuk pertumbuhannya yang dilakukan dalam proses fermentasi. Selama ini penambahan sumber nitrogen dilakukan dengan menggunakan urea dan ZA yang juga digunakan untuk pupuk pertanian, sehingga sebagian orang meragukan keamanannya. Dalam penelitian ini mengkaji potensi dimetil amino phosphate (DAP) sebagai sumber nitrogen dalam fermentasi nata de coco. Nata dibuat dengan menggunakan 500 ml air kelapa yang telah disterilkan  ditambah 17,5 g gula, 20 ml asam cuka, 60 ml starter Acetobacter xylinum serta ditambah variasi DAP (0, 0.05, 0.25, 0.5, 2.5 dan 3.4 g). Sedangkan sebagai kontrol yaitu nata dengan menggunakan sumber nitrogen urea dan ZA masing – masing sebanyak 3 g.  Fermentasi dilakukan selama 10 hari dan setelahnya dilakukan analisis fisik (yield dan tebal nata), analisis kimia (kadar air dan kadar serat) dan uji organoletis (rasa dan tekstur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya pada penambahan DAP yang rendah (0.05 g) memberikan karakteristik fisik yang significant sama (p>0.05) terhadap control. Sedangkan jumlah kadar air significant sama dengan control dan sample yang lain. Kadar serat menunjukkan hasil yang lebih besar dari pada control (3,9 %) dan semua sample nata menggunakan DAP rasa disukai oleh responden dengan tekstur kenyal seperti control. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa DAP dapat menggantikan urea dan ZA sebagai sumber nitrogen dalam pembuatan nata de coco.
The effect of brewing time on the antioxidant properties and consumer's preference of green tea and jasmine tea Dwi Hartanti; Alwani Hamad
Advances in Food Science, Sustainable Agriculture and Agroindustrial Engineering (AFSSAAE) Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Advances in Food Science, Sustainable Agriculture and Agroindustrial Engineering (AFSSAAE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.afssaae.2023.006.02.2

Abstract

Jasmine tea is a popular tea type obtained from scenting tea (Camellia sinensis (L.) Kuntze) leaves with jasmine (Jasminum sambac (L.) Aiton) flowers. This study aimed to evaluate the antioxidant properties and sensory aspects of jasmine and green tea brewed at different times. The commercial jasmine and green tea were brewed in boiling water at a ratio of 1:100 for 0.5, 1, 2.5, 5, 10, 30, and 60 min. The obtained tea was evaluated for colour, pH, total flavonoid content (TFC), total phenolic content (TPC), 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) scavenging activity, and ferric-reducing antioxidant power (FRAP) by standard methods. Thirty-three untrained consumers evaluated the preference for tea from different brewing times. Jasmine tea exerted darker colour, lower pH, higher TFC and TPC, and higher FRAP than green tea. The values of those parameters increased with longer brewing time, with the optimum time being 30 min. However, the longer brewing generated tea liked less by consumers. The most favoured tea was jasmine green tea brewed for 5 min with aroma as the most preferred attribute. Our study suggested that brewing tea for a longer time benefited with better antioxidant properties but disadvantaged in sensory aspects.
Aktivitas Antibakteri Kombinasi Minyak Atsiri Cengkeh (Syzygium aromaticum) dan Kitosan pada Pengawetan Daging Ayam Alwani Hamad; Widya Ayu Dianata; Dwi Hartanti
Sainteks Vol 19, No 2 (2022): Oktober
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/sainteks.v19i2.14904

Abstract

Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet sangat berbahaya bagi tubuh manusia, maka perlu mencari alternatif pengawet alami pada makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri campuran minyak atsiri cengkeh (MC) dan kitosan (K) terhadap Total Viable Colony (TVC). Pengawetan dilakukan dengan memasukkan potongan kecil daging ayam mentah ke dalam rendaman air yang berisi pengawet (MC&K) dengan komposisi tertentu (1250 µg/mL:3 mL, 6250 µg/mL:1 mL, 250 µg/mL:5 mL, 0 µg/mL: 3 mL, 1250 µg/mL:0 mL, 1250 µg/mL :3 mL:lecitin 0,5%, kontrol positif, formalin 10%) dan lama pengawetan selama 3, 6, 9, 12, 15 hari. Uji kandungan senyawa kimia minyak atsiri cengkeh dilakukan dengan Gas Chromatography-Mass Spectrometer (GC-MS) dan perhitungan TVC dengan metode turbidity menggunakan spektrofotometri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minyak atsiri cengkeh hasil penyulingan memiliki yield 1,47% dan senyawa dominanya yaitu eugenol 67%, Trans-β-Caryophyllene 25,64%, dan Humulene 2,66%. Penggunaan campuran pengawet (MC&K) memiliki aktivitas antibakteri yang signifikan berbeda (P<0,05) sehingga berpotensi untuk mengawetkan daging ayam mentah dan memperpanjang masa simpan daging ayam selama 6 hari (1250 µg/mL:3 mL, 6250 µg/mL:1 mL) dan 3 hari (1250 µg/mL:0 mL). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengawetan daging ayam mentah menggunakan campuran (MC&K) menghasilkan masa simpan yang lebih lama dibandingkan minyak atsiri cengkeh tunggal maupun kitosan.