Kasus kekerasan semakin meningkat di Pondok Pesantren disinyalir karena sistem pengasuhan yang terdesentraslisasi, tidak lagi langsung di tangani Kiai. Sementara belum ditemukan model sistem pengasuhan dengan pola model disentralisasi tersebut, apalagi pada santri usia remaja. Model kolegial dianggap lebih sesuai dalam pengasuhan untuk kelompok santri usia remaja, antara lain karena membuka ruang diskusi, mengacu pada prinsip kesetaraan antara santri dan pengasuh, dan sesuai tahap perkembangan usia remaja, namun implementasi dari praktik pengasuhan ini belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan implementasi manajemen pengasuhan kolegial dan pencegahan kekerasan santri usia remaja di pondok pesantren, meliputi: nilai dasar, tujuan, sumber, dan langkah-langkah implementasi manajemen pengasuhan kolegial dan pencegahan kekerasan santri usia remaja di pondok pesantren. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian studi kasus di Pondok Pesantren Sulaimaniyah Turki di Jawa Tengah. Subjek dan informan penelitian ini yaitu Pimpinan Cabang, Para Abi, dan Santri. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan pusposive sampling. Data diperoleh melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan teknik untuk menguji keabsahan data menggunakan uji kredibilitas dengan teknik triangulasi. Sementara itu, teknik analisis data dilakukan dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, bahwa manajemen pengasuhan kolegial dan pencegahan kekerasan santri usia remaja di pondok pesantren yaitu suatu prinsip manajemen pengasuhan santri dengan menggunakan sekumpulan perilaku kolegial yang membuka ruang dialog, kesetaraan, dan menjadikan santri sebagai mitra untuk menuju kesempurnaan sebagai hamba Allah yang sholih dan bertakwa. Nilai dasar dari manajemen pengasuhan kolegial dan pencegahan kekerasan santri usia remaja di pondok pesantren ini ialah persuasi Islam kosmopolitan, humanisme global, dan perasaan senasib sebagai sesama murid Syekh Sulaiman Hilmi Tunahan. Tujuan dari manajemen pengasuhan kolegial dan pencegahan kekerasan santri usia remaja di pondok pesantren, yaitu: untuk menumbuhkan jiwa mandiri, jujur, bertanggungjawab, disiplin, dan sopan santun; untuk membangun kesadaran sebagai lembaga pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai akhlak karimah; dan untuk membentengi santri dalam menghadapi tantangan global yang lebih demokratis dan kosmopolitan. Sumber nilai nilai tasawwuf, nilai kemanusiaan, dan penyerapan terhadap budaya lokal. Sedangkan langkah-langkah implementasi yang dilakukan, yaitu sosialisasi, pelatihan, pendampingan, monitoring, dan evaluasi.