A Suhaeli Fahmi
Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan,Universitas Diponegoro

Published : 24 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DALAM PEMBUATAN COOKIES KAYA KALSIUM Tri Winarni Agustini; A Suhaeli Fahmi; Ita Widowati
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 16 No 1 (2013): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia
Publisher : Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.71 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v16i1.3422

Abstract

Asian moon scallop (Amusium pleuronectes) eggshell contain minerals expecially calcium which is needed by human. But the scallop eggshell waste have not yet been optimally used in food technologies. This research was aimed to  nd out the effect of addition of scallop shell meal to the qualities of cookies product. The process to extract calcium was done by hydrolysis of protein using acid solution (HCl). The threatments implemented are different concentration of Asian moon scallop eggshell meal of 0%, 5% and 7.5% into cookies dough. Research result showed that increasing on concentration of Asian moon scallop eggshell meal gave highly signi cant effect(α 0.01) to moisture, ash, fat, protein, calcium, phophorus and hardness of cookies. However, it gave no signi cant effect (α 0.01) to hedonic test. The addition of Asian moon scallop eggshell meal of 7.5% concentration resulted in highest calcium content (6.57%), phosphorus content (1.58%), ash content (6.95%), carbohydrate content (52.31%) and hardness of cookies (1.06 KgF). Based on hedonic test the addition of asian moon scallop eggshell meal of 5% concentration was the most acceptable by panelist.Keyword : Asian moon scallop (Amusium pleuronectes) eggshell meal; calcium; phosphorus; cookies
PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DALAM PEMBUATAN COOKIES KAYA KALSIUM Tri Winarni Agustini; A Suhaeli Fahmi; Ita Widowati; Agus Sarwono
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 14 No 1 (2011): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.71 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v14i1.3423

Abstract

Asian moon scallop (Amusium pleuronectes) eggshell contain minerals expecially calcium which is needed by human. But the scallop eggshell waste have not yet been optimally used in food technologies. This research was aimed to  nd out the effect of addition of scallop shell meal to the qualities of cookies product. The process to extract calcium was done by hydrolysis of protein using acid solution (HCl). The threatments implemented are different concentration of Asian moon scallop eggshell meal of 0%, 5% and 7.5% into cookies dough. Research result showed that increasing on concentration of Asian moon scallop eggshell meal gave highly signi cant effect(α 0.01) to moisture, ash, fat, protein, calcium, phophorus and hardness of cookies. However, it gave no signi cant effect (α 0.01) to hedonic test. The addition of Asian moon scallop eggshell meal of 7.5% concentration resulted in highest calcium content (6.57%), phosphorus content (1.58%), ash content (6.95%), carbohydrate content (52.31%) and hardness of cookies (1.06 KgF). Based on hedonic test the addition of asian moon scallop eggshell meal of 5% concentration was the most acceptable by panelist.Keyword : Asian moon scallop (Amusium pleuronectes) eggshell meal; calcium; phosphorus; cookies
APLIKASI ES CURAI DARI MESIN PENGHANCUR ES PADA KUALITAS PROTEIN DAGING KERANG REBUS (Anadara granosa) (The Application of ice crusher from designing machine in protein quality shellfish meat steamed (Anadara granosa) Romadhon Romadhon; Tri Winarni Agustini; Selamet Suharto; Y.S. Darmanto; Ahmad Suhaeli Fahmi
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 13, No 2 (2018): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.789 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.13.2.89-93

Abstract

Kandungan protein Kerang Anadara granosacukup tinggi sehingga rentan sekali mengalami pembusukan. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan es adalah bentuk es. Penggunaan bongkahan es yang besar dan kasar serta tajam akan menyebabkan kerusakan fisik. Alternatif yang dapat diterapkan adalah Alat pemecah es . Penelitian ini bertujuan  mengamati kualitas  dan kerusakan protein selama pendinginan dengan membandingkan es curai yang dihancurkan manual dan es curai hasil dari mesin penghancur es. Metode yang dilakukan dengan Pengesan daging kerang dengan es yang dihancurkan manual dengan es hasil mesin penghancur.Sampel disimpan selama 6 hari dan diamati kandungan protein dan TVB-N setiap 3 hari sekali. Rancangan Percobaan menggunakan rancangan faktorial dengan 2 faktor yaitu es yang dihancurkan secara manual dan dihancurkan mesin penghancur es. Hasil dari penelitian ini didapatkan kandungan protein kerang tanpa pengesan dari hari ke-0 14.04±0,71 %; dan hari ke-6 9.27±0.17%. Kandungan protein kerang yang diberi es balok yang dihancurkan secara manual hari ke-0 14,23±0,46%; dan hari ke-6 11,68±0,40%. Kerang yang menggunakan es curai hasil mesin penghancur es hari ke-0 adalah 13,91±0,68%; dan hari ke-6 yaitu 14,28±0,63%. Hasil kandungan TVB-N kerang tanpa pengesan dari hari ke-0 13.11±0,29 mgN/100g; dan hari ke-6 64,97±0.61mgN/100g. Kerang yang diberi es balok yang dihancurkan secara manual hari ke-0 13,00±0,48 mgN/100g; dan  hari ke-6 23,28±0,53 mgN/100g. Kerang menggunakan es curai hasil mesin penghancur es hari ke-0 adalah 13,21±0,66 mgN/100g; dan hari ke-6 yaitu 19.72±0,49 mgN/100g. Protein content Anadara granosa shells are high enough to be prone to decay. The obstacle faced in the use of ice is the form of ice. The use of large, rough and sharp blocks of ice will cause physical damage. The applicable alternative is the Ice Breaker. This study aims to observe the quality and deterioration of proteins during cooling by comparing the manually destroyed ice cubes and ice cultivated from ice-breaking machines. The method is done with the Order of shellfish with the ice that is destroyed manually with ice crushing machine. Samples are stored for 6 days, and observed the content of protein and TVB-N every 3 days. The experimental design used a factorial design with 2 factors: manually destroyed ice and crushed ice crusher. The results of this study found the content of shell protein without impressive from day-0 14.04 ± 0.71%; and 6th day 9.27 ± 0.17%. The content of shellfish protein given ice beam which was manually destroyed on day 0 14.23 ± 0.46%; and the 6th day 11.68 ± 0.40%. The shell that used ice cubes from the 0 th day crusher was 13.91 ± 0.68%; and the 6th day is 14.28 ± 0.63%. Results of TVB-N content of shellfish without impression from day 0 13.11 ± 0.29 mgN / 100g; and day 6 64,97 ± 0.61mgN / 100g. Shellfish with ice blocks manually destroyed on day 0 13.00 ± 0.48 mgN / 100g; and day 6 23.28 ± 0.53 mgN / 100g. The shells using ice cubes from the 0 th day crusher were 13.21 ± 0.66 mgN / 100g; and day 6 is 19.72 ± 0.49 mgN / 100g. 
KEMUNDURAN MUTU DAN UMUR SIMPAN IKAN TERI NASI SETENGAH KERING (Stolephorus spp) SELAMA PENYIMPANAN DINGIN Deterioratiom Rate and Shelf life of Semi-dried Anchovy (Stolephorus spp) during Chilled Storage A Suhaeli Fahmi
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 11, No 1 (2015): JURNAL SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.934 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.11.1.41-46

Abstract

ABSTRAK   Ikan teri nasi, selain banyak diolah menjadi produk kering, juga dapat ditemukan dalam bentuk setengah kering. Produk setengah kering dari ikan teri nasi ini juga sudah distandarisasi oleh BSN dengan SNI 1.3461.1:2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kemunduran mutu organoleptik dan oksidasi lemak yang terjadi pada ikan teri nasi setengah kering selama penyimpanan dingin. Pada penelitian ini ikan teri nasi dikeringkan dengan sinar matahari selama 1,5 dan 2 jam. Penyimpanan dingin dilakukan pada suhu 6,40⁰C dan pengujian mutu produk dilaksanakan pada hari ke-0, 7, 14, 21 dan 28 penyimpanan dingin. Data hasil uji mutu yang berupa nilai Aw, PV, nilai proksimat dan nilai organoleptik dianalisis secara deskriptif untuk menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  kadar air dan nilai Aw produk setelah proses pengeringan selama 1,5 jam dan 2 jam tercatat masing-masing sebesar 63,7% dan  59,6% serta 0,92 dan 0,90. Sedangkan nilai PV masing-masing sebesar 3,84 mEq/kg lipid dan 6,04 mEq/kg lipid. Selama penyimpanan dingin nilai Aw semua produk menunjukkan nilai yang meningkat sampai akhir masa penyimpanan, sedangkan nilai PV menunjukkan pola yang fluktuatif. Ikan teri nasi yang dikeringkan selama 2 jam ditolak panelis pada hari penyimpanan dingin ke-28 sementara ikan teri nasi yang dikeringkan selama 1,5 jam sudah ditolak lebih dahulu oleh panelis yaitu pada hari ke-14 karena adanya kapang.   Kata kunci : ikan teri nasi setengah kering, Aw, kadar air, kemunduran mutu, oksidasi lemak   ABSTRACT   Dried anchovy can be found as semi-dried product with relative mild textural properties. Semi-dried anchovy have been standardized with SNI 1.3461.1:2013. This research is aimed to analyze the organoleptic value and lipid oxidation rate in semi-dried anchovy during chilled storage. The result showed that after sun drying process in 1,5 and 2 hours, moisture content of the products were 63,7% and  59,6% respectively. Aw of the products were 0,92 and 0,90 respectively. PV recorded 3,84 mEq/kg lipid dan 6,04 mEq/kg lipid respectively. During chilled storage in refrigerator (6,40⁰C), Aw were increased otherwise the PV showed fluctuative pattern. 2 hours dried anchovy was rejected on 28 days storage while 1,5 hours dried anchovy was rejected in 14 days storage due to mold  existance. Keywords : semi-dried anchovy, Aw, moisture content, quality deterioration, lipid oxidation 
POTENSI EKSTRAK KASAR ALGA COKELAT (Sargassum sp) DAN DAUN TEH (Camellia sinensis) DALAM MENGHAMBAT OKSIDASI PADA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SEGAR SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (Potential of Crude Extract of Brown Algae (Sargassum sp) and Tea Leaves (Camellia sinensis) for Inhibits Oxidation of Pasific White Shrimps (Litopenaeus vannamei) During Refrigerated Storage) Suci Kusumastuti Nur Azizah; Eko Nurcahya Dewi; A. Suhaeli Fahmi
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 13, No 1 (2017): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.072 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.13.1.45-51

Abstract

 Penggunaan antioksidan menggunakan bahan alami bertujuan untuk menghambat oksidasi dan memperpanjang masa simpan. Salah satu potensi rumput laut cokelat dan teh  yaitu mempunyai kandungan fenol dan flavonoid yang bersifat antioksidan. Produk hasil perikanan seperti udang cepat mengalami proses kemunduran mutu karena kandungan air dan proteinnya yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi alga cokelat  (Sargassum sp) dan daun teh (Camellia sinensis) dalam menghambat oksidasi pada udang vannamei (Litopenaeus vannamei) selama penyimpanan dingin. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah alga cokelat, daun teh, dan udang vannamei. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. variabel yang diamati adalah nilai Angka Peroksida (PV), Thiobarbituric Acid (TBA), Total Volatil Base Nitrogen (TVBN), dan nilai organoleptik. Ekstrak alga cokelat memiliki senyawa fenol dan flavonoid berturut-turut sebesar 1,81% dan 0,102% dengan IC50 sebesar 98,236 ppm. Ekstrak daun teh memiliki senyawa fenol dan flavonoid berturut-turut sebesar 0,867% dan 0,042% dengan IC50 sebesar 122,673 ppm. Hasil uji untuk melihat tingkat oksidasi lemak yaitu Peroksida Value dan Thiobarbituric Acid  menunjukkan ekstrak alga cokelat dan ekstrak daun teh memberikan pengaruh nyata dan dapat menghambat oksidasi pada udang vannamei hingga hari ke – 12. Hasil uji TVBN dan nilai organoleptik menunjukkan ekstrak alga cokelat memberikan pengaruh yang lebih tinggi daripada ekstrak daun teh.  One of the potential of brown seaweed that has phenol and flavonoid compounds that are antioxidants. Tea also contains compounds an antioxidants. The use of antioxidants using natural materials was to prevent oxidation and extend the shelf life. Shrimp highly perishable since the high water and protein contents. The purpose of this research was to determine the potential of brown algae (Sargassum sp) and tea leaves (Camellia sinensis) for inhibiting oxidation of pasific white shrimp (Litopenaeus vannamei) during refrigerated storage. The material that used in this research was a brown algae, tea leaves, and pasific white shrimp. The research method that used was experimental laboratories with the patterns of completely randomized design test with essentially factorial design. Variables value are PV, TBA, TVBN, and organoleptic value. Extracts of brown algae (Sargassum sp) has phenolic compounds and flavonoid compounds were 1.81% and 0.102% with IC50  98.236 ppm. Tea leaf extract (Camellia sinensis) has phenolic compounds and flavonoids, respectively for 0.867% and 0.042% with IC50 of 122.673 ppm. PV value and TBA value results showed brown algae extract and tea leaf extract significant effect and can inhibit the oxidation of pasific white shrimp until  12 days storage. The result of TVBN value and organoleptic value showed brown algae extact gives higher impact than tea leaf extract.  
Mutu Kerupuk Ikan Tenggiri dengan Penggunaan Jenis Pasir yang Berbeda Sebagai Media Penyangraian Rissinta Mahdalena; Sumardianto Sumardianto; A. Suhaeli Fahmi
Jurnal FishtecH Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/fishtech.v10i2.15320

Abstract

“Kerupuk” are served after the cooking process which can be done by frying in oil, roasting with sand or by grilling. “Kerupuk” cooking process by sand roasting is known to strengthen the taste and reduce the risk of rancidity during storage. The type of sand used in sand roasting generally depends on the availability of sand near the production site. This study is aimed to determine the effect of using different types of sand on the cooking process and to determine the best type of sand that can be used. This experimental laboratory research was carried out with a completely randomized design (CRD). The experimental treatments tested were river sand (S), beach sand (P) and mixed sand (C) where each experimental treatment was tested with three replications. The quality tests of sand-roasted spanish mackerel ‘kerupuk’ were hedonic sensory value, moisture content, efflorescence value, crispness, Scanning Electron Microscopy (SEM) and color test. Nonparametric data were analyzed by Kruskall-Wallis and Mann-Whitney follow-up test. Parametric data from moisture content, efflorescence value, crispness and color were analyzed by ANOVA and Tukey HSD follow-up test. The results of the Tukey HSD test showed that different types of sand produce “kerupuk” with different moisture content and efflorescence, where P produced the lowest water content and the largest efflorescence, while for the crispness of P gives different results from S but both P and S produce the same crispness as C. The best sand that can be used for roasting mackerel “kerupuk” was beach sand with efflorescence value of 72.71 ± 0.92% and crispness of 2.020.15 ± 219.79 gf. The microstructure test results of “kerupuk” roasted in beach sand also showed looser and more porous tissue.
KARAKTERISTIK TERASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp.) DENGAN PENAMBAHAN SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI Aprilia Hudayati; Sumardianto Sumardianto; Akhmad Suhaeli Fahmi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitpi.2021.11409

Abstract

Terasi adalah salah satu produk fermentasi yang terbuat dari ikan atau udang. Dalam penelitian ini ikan kembung digunakan sebagai bahan baku. Warna terasi merupakan salah satu atribut mutu yang penting, sehingga terkadang masih ditemukan terasi dengan bahan pewarna yang tidak aman di pasar. Salah satu alternatif bahan untuk memperbaiki warna terasi adalah dengan menggunakan pewarna alami seperti bit merah. Pigmen warna dari bit merah yaitu betacyanin (merah-ungu) dan betaxanthin (kuning) dapat menjadi alternatif pewarna alami untuk produk terasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi bit merah terhadap karakteristik fisikokimia dan sensori terasi ikan. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental laboratories dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan konsentrasi serbuk bit merah yaitu 0%, 5%, 10%, 15% dengan 3 kali ulangan. Parameter yang diuji meliputi kadar air, kadar garam, warna, pH, total mikroba dan uji organoleptik. Data parametrik dianalisis menggunakan uji ANOVA dan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ). Penambahan konsentrasi serbuk bit merah yang berbeda pada terasi ikan kembung memberikan pengaruh (P<5%) terhadap kadar air, kadar garam, warna, tingkat kesukaan panelis dan nilai pH. Hasil yang tidak berbeda nyata (P>5%) ditunjukkan pada total BAL. Terasi ikan kembung dengan penambahan konsentrasi serbuk bit merah 5% merupakan produk yang terbaik yang memberikan warna terbaik dengan hasil uji kadar air 46,59%, kadar garam 15,56%, L* 59,93, a* 3,45, b* 5,79, pH 6,63, dan total BAL, 6,8× 106 CFU/ml, nilai sensori dengan sebesar 7,58<µ<7,66.
EFEK PENAMBAHAN BIO-CALCIUM POWDER TULANG IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES BERBAHAN DASAR TEPUNG MOCAF Riant Adam Gusmawan; Tri Winarni Agustini; Akhmad Suhaeli Fahmi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitpi.2020.9637

Abstract

Cookies merupakan produk olahan kering yang dibuat dengan proses pemanasan dan pencetakan adonan. Umumnya tepung terigu digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cookies. Sampai saat ini gandum masih sulit tumbuh di Indonesia sehingga tepung terigu masih harus diimpor dari negara lain. Sehingga diperlukan bahan yang dapat mengurangi penggunaan tepung terigu namun memiliki fungsi sebagai bahan dasar pembuatan cookies, salah satu bahan tersebut yaitu tepung mocaf. Salah satu kegunaan tepung mocaf yaitu bebas gluten yang baik untuk dikonsumsi oleh kalangan khusus seperti anak autis yang tidak dapat mengkonsumsi gluten. Cookies dari tepung mocaf dapat difortifikasi dengan Bio-Calcium untuk meningkatkan nutrisi pada cookies. Bio-Calcium merupakan produk yang berasal dari sumber kalsium yang telah melalui proses hidrolisis dan proses pemucatan sehingga diperoleh produk berupa serbuk yang memiliki ukuran mikro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Bio-Calcium dari tulang ikan nila (Oreochromis niloticus) terhadap karakteristik cookies. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan konsentrasi Bio-Calcium yang berbeda (25%, 30% dan 35%) dalam adonan cookies dan dilakukan dengan 3 kali pengulangan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa dengan penambahan Bio-Calcium yang berbeda mempunyai pengaruh nyata (P<5%) terhadap parameter uji kekerasan, hedonik, kadar air, kadar protein, kadar abu, kadar kalsium dan SEM. Berdasarkan hasil penelitian, cookies terbaik yaitu penambahan konsentrasi BioCalcium 30% dengan nilai kekerasan 771,51 ± 0,31 gf, kadar air 3,04 ± 0,02%, kadar protein 4,47 ± 0,03%, kadar abu 18,19 ± 0,27%, kadar kalsium 13,23 ± 0,02%, kerapatan tertinggi pada konsentrasi Bio-Calcium 30%.
PENGARUH SURIMI DARI IKAN SWANGGI (Priacanthus sp.), IKAN KURISI (Nemipterus sp.), DAN IKAN KUNIRAN (Upeneus sp.) TERHADAP KARAKTERISTIK CUMI-CUMI ANALOG Rizka Tania Putranti; Apri Dwi Anggo; Akhmad Suhaeli Fahmi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitpi.2020.8088

Abstract

Cumi-cumi analog merupakan salah satu produk olahan dari surimi yang diciptakan untuk meniru cumi-cumi yang memiliki tekstur dan rasa yang khas. Penggunaan jenis ikan laut sebagai bahan baku surimi perlu diperhatikan untuk memperoleh cumi-cumi analog yang diminati masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik surimi dan cumi-cumi analog dari jenis ikan laut yang berbeda serta mengetahui jenis ikan laut terbaik yang digunakan terhadap karakteristik cumi-cumi analog. Metode penelitian yang digunakan yaitu experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan jenis ikan laut yang berbeda yaitu (A) ikan swanggi, (B) ikan kurisi, dan (C) ikan kuniran dengan tiga kali ulangan. Data parametrik dianalisis menggunakan ANOVA dan uji lanjut Tukey HSD. Data nonparametrik dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan uji lanjut Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis ikan laut terbaik berdasarkan karakteristik fisik dan kimia cumi-cumi analog diperoleh dari ikan swanggi dengan nilai gel strength surimi dan pH surimi 2.591,13±45,54 g/cm2 dan 7,12±0,08 serta cumi-cumi analog dengan nilai cohesiveness 0,44±0,01, elasticity 8,81±0,17 mm, derajat putih 77,89±0,87%, Water Holding Capacity 53,33±2,31%, kadar air 67,16±0,75%, kadar abu 15,00±0,95%, kadar protein 57,90±1,22%, kadar lemak 1,48±0,51%, pH 6,92±0,01. Jenis ikan laut terbaik berdasarkan uji hedonik diperoleh dari ikan kurisi dengan nilai selang kepercayaan tertinggi sebesar 4,46 ˂ µ < 4,70 pada tingkat kepercayaan 95%.
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI PERENDAMAN BAHAN DALAM JERUK NIPIS TERHADAP KARAKTERISTIK KERUPUK KULIT IKAN NILA Dyah Nur Safitri; Sumardianto Sumardianto; Akhmad Suhaeli Fahmi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitpi.2019.5249

Abstract

Perendaman bahan dalam asam pada pengolahan kerupuk kulit ikan nila (Oreochromis niloticus) diharapkan dapat meningkatkan kerenyahan produk yang dihasilkan. Jeruk nipis sebagai bahan alami dapat digunakan sebagai salah satu bahan perendaman tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi jeruk nipis yang terbaik. Pada penelitian ini perlakuan percobaan yang diterapkan masing-masing adalah tanpa perendaman asam, perendaman dalam asam cuka 1%, jeruk nipis 3%, 5%, dan 7%. Masing-masing perlakuan diujicobakan dengan tiga kali pengulangan. Karakteristik mutu produk yang diamati adalah tingkat kerenyahan, tingkat kemekaran, nilai proksimat, uji hedonik, dan nilai rendemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi jeruk nipis terbaik adalah 5%, dengan tingkat kerenyahan 1627,89 gf, tingkat kemekaran 42,93%, kadar air 5,003%, kadar protein 55,764%, kadar lemak 28,706%, kadar abu 7,898%, dan nilai selang kepercayaan uji hedonik 3,83<µ<4,17. Perlakuan konsentrasi jeruk nipis yang berbeda pada pengolahan kerupuk kulit ikan nila memberikan pengaruh (P<0,05) terhadap tingkat kerenyahan, tingkat kemekaran, nilai proksimat (kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan kadar abu), dan tingkat kesukaan panelis pada atribut aroma, rasa, tekstur, dan warna. Hasil yang tidak berbeda nyata ditunjukkan pada tingkat kerenyahan dan kenampakan. Nilai proksimat, tingkat kerenyahan, dan kesukaan panelis kerupuk kulit ikan nila dengan perlakuan jeruk nipis 5% lebih baik dari perlakuan kontrol dan asam cuka 1%.