Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

KARAKTERISTIK ES KRIM DENGAN PENAMBAHAN ALGINAT SEBAGAI PENSTABIL Mulyani, Dian Rakhmawati; Dewi, Eko Nurcahya; Kurniasih, Retno Ayu
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 6, No 3 (2017): Periode Wisuda Bulan Agustus 2017
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.609 KB)

Abstract

Es krim merupakan salah satu makanan beku yang banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, permasalah yang muncul  adalah sedikitnya jenis bahan penstabil es krim nabati, sedangkan banyak penggunaan penstabil hewani yang diragukan kehalalannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan alginat dengan konsentrasi berbeda terhadap tingkat kesukaan, mutu fisik dan mutu kimia es krim. Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode Rancangan Acak lengkap dengan menggunakan 1 faktor yaitu penambahan alginat berbeda konsentrasi (0%; 0,6%; 0,9%; dan 1,2%) dan 3 kali pengulangan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji hedonik, viskositas, daya leleh, overrun (derajat pengembangan), kadar lemak, dan kadar protein. Data nonparametrik (uji hedonik) dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan uji lanjut Mann-Whitney. Data parametrik dianalisis menggunakan uji lanjut Tukey (viskositas, daya leleh, overrun (derajat pengembangan), kadar lemak, dan kadar protein). Hasil penelitian menunjukkan penambahan alginat berbeda konsentrasi tidak berbeda nyata terhadap tingkat kesukaan dan agak disukai panelis, dan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap pada nilai viskositas, daya leleh, overrun, pH, kadar lemak, dan kadar protein es krim. Ratarata nilai hedonik es krim yaitu 3,13±0,43, kemudian nilai viskositas (cPs) es krim yaitu 160±10, sedangkan nilai daya leleh (menit) es krim yaitu 21,40±0,14. Nilai overrun (derajat pengembangan) yaitu 67,66±1,66, sedangkan nilai kadar lemak (%) es krim yaitu 11,33±1,65, dan nilai kadar protein (%) es krim yaitu 2,70±0,08. Kesimpulan dari penelitian ini adalah es krim agak disukai panelis dan nilai terbaik pada setiap parameter uji terdapat pada konsentrasi alginat 1,2%.
The Quality Changes of Milkfish (Chanos chanos Forsk.) as Influenced by Different Heat Processing Methods Eko Nurcahya Dewi; Lukita Purnamayati; Retno Ayu Kurniasih
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 22 No 1 (2019): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Publisher : Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.673 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v22i1.25875

Abstract

Milkfish (Chanos chanos Forsk.) contain high protein, particularly lysine as an essential amino acid and Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA). High temperature processing namely frying, steaming, and high pressure steaming will reduce the quality of protein and lipid. The aimed of this study was to determine the quality of protein and lipid of milkfish in different processing methods. Samples processed in the form of fried,steamed, and steamed in high pressure milkfish and fresh milkfish as control. Furthermore, the parameters are moisture content, dissolved protein, lysine, free fatty acids, functional groups, and microstructure. The results demonstrated different treatments significantly affected the decreased in the protein and PUFA quality of milkfish. Frying process of milkfish led to significant changes in moisture content, dissolved protein,lysine and the free fatty acids. Fried milkfish had lowest moisture content, dissolved protein, lysine, and free fatty acid were as followed 34.95%, of 0.70%, 1.65% and 6.71%, respectively. The frying process decreased the quality of milkfish protein however did not produce trans fatty acids based on functional group analysis using Fourier Transform Infra-Red (FTIR). The different heating process resulted in the changed of milkfish muscle’s structure. The structure of fresh and steamed milkfish muscle was more compact than milkfish steamed in high pressure product.
The Difference Characteristicsof Collagen from Tilapia (Oreochromis niloticus) Bone, Skin, and Scales Romadhon Romadhon; Yudhomenggolo Sastro Darmanto; Retno Ayu Kurniasih
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 22 No 2 (2019): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1370.544 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v22i2.28832

Abstract

Tilapia (Oreochromis niloticus) is one of the main commodities of freshwater fish in Indonesia. Mostly, tilapia is exported in the form of fillets which produce residual processing including bobe, skin, and scales which can reach 50 to 70% of the total weight of fish. The aimed of this study was to extract and characterize collagen from bone, skin, and scales of tilapia. The research method used a Completely Randomized Design (CRD) by treating the different types of collagen raw materials, namely bone, skin, and scales of tilapia. The results showed that the type of raw material affected the yield, water content, color, and pH (p<0.05). The collagen yield in this study was 0.53% (bone), 0.63% (scales) and 0.94% (skin). The small amount of amendment was caused by the concentration of acetic acid being too low. the smallest water content in tilapia fish collagen 2.17%; the best brightness of collagen in fish bones 76.91%; the value of the largest degree of white on fish scales 75.95%; pH content close to neutral fish collagen scales 6.49; Morphological results of collagen produced using SEM, the presence of pores seen in the collagen of tilapia fish due to the space between the collagen fibers while. Collagen from the skin and scales has the same morphology, which is shaped in small squares and smooth surface without pores
Optimasi Waktu Pengukusan dan Suhu Penggorengan Kerupuk Ikan Patin Menggunakan Response Surface Methodology Rahma Hutami Hendrikayanti; Ahmad Suhaeli Fahmi; Retno Ayu Kurniasih
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 6, No 1 (2022): JFMR VOL 6 NO.1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2022.006.01.10

Abstract

Kerupuk ikan merupakan salah satu produk perikanan yang digemari masyarakat dikarenakan rasanya yang gurih dan teksturnya yang renyah. Ikan patin dipilih sebagai bahan tambahan pembuatan kerupuk dikarenakan kandungan gizi yang hampir sama dengan ikan tenggiri namun harganya lebih murah dari ikan tenggiri. Proses pengolahan kerupuk sangat mempengaruhi kualitas kerupuk yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh waktu pengukusan dan suhu penggorengan terhadap kualitas kerupuk ikan patin serta menentukan waktu pengukusan dan suhu penggorengan optimum menggunakan metode RSM (Response Surface Methodology). Waktu pengukusan yang digunakan yaitu 40 s.d. 60 menit sedangkan suhu penggorengan yang digunakan yaitu 160 s.d. 180℃. Data uji daya kemekaran, kerenyahan, kadar air, dan kadar protein dianalisis dengan metode RSM orde pertama menggunakan Design Expert 11, sedangkan nilai sensori hedonik menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pengukusan dan suhu penggorengan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai daya kemekaran, kerenyahan, kadar air, kadar protein, dan sensori hedonik. Daya kemekaran dan kerenyahan terbaik ditemukan pada waktu pengukusan 50 menit dan suhu penggorengan 170℃, sedangkan nilai kadar air dan protein terbaik pada waktu pengukusan 60 menit dan suhu penggorengan 180℃. Penggunaan waktu pengukusan dan suhu penggorengan yang tepat akan menghasilkan adonan kerupuk tergelatinisasi sempurna sehingga kerupuk mengembang ketika digoreng.  Hasil solusi formula optimasi diperoleh waktu pengukusan 55,8 menit dan suhu penggorengan 178,8℃ yang menghasilkan kerupuk dengan respon optimum yaitu daya kemekaran 230,04%, kerenyahan 2432,42gf, kadar air sesudah digoreng 3,54%, kadar protein sesudah digoreng 5,41% dengan nilai desirability 0,861.
Mikroenkapsulasi Fikosianin dalam Maltodekstrin-Alginat: Formulasi dan Karakterisasi Retno Ayu Kurniasih; Lukita Purnamayati; Ulfah Amalia; Eko Nurcahya Dewi
agriTECH Vol 38, No 1 (2018)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.824 KB) | DOI: 10.22146/agritech.16752

Abstract

Fikosianin merupakan sumber pewarna biru alami yang dapat diekstrak dari Spirulina sp. Karakteristik dari fikosianin adalah tidak stabil oleh cahaya, suhu, dan pH selama proses pengolahan dan penyimpanan. Metode mikroenkapsulasi dapat digunakan untuk melindungi fikosianin dari pengaruh eksternal di mana jenis dan konsentrasi enkapsulan yang digunakan dapat mempengaruhi karakteristik mikrokapsul fikosianin yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi terbaik dan karakterisasi mikrokapsul fikosianin dari Spirulina sp. dengan maltodekstrin dan alginat sebagai enkapsulan. Mikrokapsul diproduksi dengan lima perbedaan konsentrasi alginat dalam maltodekstrin, yaitu 0 %; 0,2 %; 0,4 %; 0,6 %; dan 0,8 % (b/b). Total enkapsulan yang digunakan adalah 10 % dari larutan mikropartikel fikosianin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi alginat dapat meningkatkan kadar fikosianin, kadar air, efisiensi enkapsulasi, bulk density, intensitas warna biru, dan ukuran partikel serta dapat memperbaiki morfologi mikrokapsul yang dihasilkan. Mikrokapsul fikosianin dengan konsentrasi alginat 0,6 % dan maltodekstrin 9,4 % memiliki kadar fikosianin, efisiensi enkapsulasi, dan intensitas warna biru paling tinggi.
Pengaruh Nanokalsium terhadap Kekuatan Gel Kamaboko Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Indah Kurnia Dewi; Ima Wijayanti; Retno Ayu Kurniasih
agriTECH Vol 40, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.936 KB) | DOI: 10.22146/agritech.47257

Abstract

Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan ikan konsumsi dan memiliki kandungan protein yang tinggi. Peningkatan produksi ikan mujair terus meningkat pada industri fillet dan olahan produk sehingga berdampak pada melimpahnya hasil samping, salah satunya tulang. Kandungan kalsium tulang ikan sebanyak 36% yang berpotensi dimanfaatkan menjadi nanokalsium. Salah satu pemanfaatan nanokalsium di bidang pangan yaitu dengan melakukan penambahan nanokalsium untuk memperbaiki kekuatan gel kamaboko. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan nanokalsium dengan konsentrasi yang berbeda terhadap karakteristik fisik kamaboko dan konsentrasi terbaiknya. Kamaboko diproduksi dengan menambahkan surimi ikan mujair dengan nanokalsium tulang ikan mujair pada konsentrasi  0%, 0,5%, 1% dan 1,5% (b/b). Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan nanokalsium dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kekuatan gel, expressible moisture content, kadar kalsium, dan uji lipat kamaboko. Konsentrasi nanokalsium 1% efektif dapat meningkatkan kekuatan gel 49,32.% dan uji lipat 34,69 %, menurunkan nilai expressible moisture content 61,73%, serta memperbaiki kenampakan morfologi gel menjadi padat tidak berongga, tetapi tidak mempengaruhi kadar kalsium kamaboko.
THE EFFECT OF KAPPA CARRAGEENAN ADDITION ON THE EMULSION STABILITY OF MILKFISH (Chanos chanos) SAUSAGE Edita Meliana; Tri Winarni Agustini; Retno Ayu Kurniasih
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 18, No 1 (2022): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.18.1.53-58

Abstract

Fish sausage is a processed fish product in the form of an emulsion, so that the stability of the emulsion is one of the most important factors for the success of the product. The aim of this study is to find out the effect of kappa carrageenan as a hydrocolloid in increasing the emulsion stability and determining the best concentration of kappa carrageenan based on the value of emulsion stability and the characteristics of milkfish sausage. The research method used was experimental laboratories with a completely randomized one-factor design using ANOVA, which was then continued with the HSD test. Organoleptic value data were analyzed using the Kruskal-Wallis and Mann-Whitney tests. The concentrations of kappa carrageenan used were 0%;0.5%;1%;1.5 with 3 repetitions. The results of the study show that kappa carrageenan addition has a significant effect (p<0.05) on the value of emulsion stability, sensory, moisture content, gel strength, and water holding capacity. The concentration of 1% kappa carrageenan (P2) was the best concentration with quality criteria: sensory of 8.14<µ<8.32, moisture content of 63.02%, water holding capacity of 55%, gel strength of 1200.14 g.cm, and emulsion stability of 83.23. Compared to other treatments, fish sausage with the addition of 1% kappa carrageenan has the brightest appearance according to the specific color of the product, has a chewy texture and solid but not hard, and has the highest value of emulsion stability.
Karakteristik Kimia, Fisik, dan Sensori Ikan Bandeng Presto dengan Lama Pemasakan yang Berbeda Retno Ayu Kurniasih
Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/jiphp.v1i2.1816

Abstract

Komposisi kimia serta karakteristik bandeng presto yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh alat pressure cooker yang digunakan serta lama pemasakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pemasakan yang berbeda dalam pressure cooker kapasitas 50 kg terhadap organoleptik, kandungan gizi, dan tekstur bandeng presto yang dihasilkan serta mengetahui lama pemasakan yang tepat. Ikan bandeng dimasak dengan pressure cooker dengan lama pemasakan yang berbeda, yaitu 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Lama pemasakan ikan bandeng yang berbeda dalam pressure cooker kapasitas 50 kg dapat mempengaruhi nilai organoleptik, proksimat, dan kekerasan bandeng presto. Semakin lama proses pemasakan sampai dengan 4 jam, dapat meningkatkan nilai organoleptik terhadap parameter kenampakan, bau, dan rasa bandeng presto. Selain itu, juga dapat meningkatkan kadar air, protein, lemak, dan abu serta menurunkan nilai kekerasan bandeng presto. Dengan demikian, lama pemasakan yang tepat adalah 4 jam. Bandeng presto dengan lama pemasakan 4 jam memiliki nilai kenampakan 8,57 ± 0,67, bau 8,37 ± 0,56, rasa 8,63 ± 0,49, kadar air 52,38 ± 1,03 %, kadar protein 18,05 ± 0,15 %, kadar lemak 5,46 ± 0,15 %, kadar abu 2,31 ± 0,13 %, dan kekerasan 428,709 ± 139,34 kgf.
APLIKASI ASAP CAIR UNTUK MEREDUKSI LOGAM BERAT DAN BAKTERI PADA KERANG HIJAU (PERNA VIRIDIS) Retno Ayu Kurniasih; Nevia Cahyani Mujiyanto; Muhammad Adam Wildan; Naufal Aufa Elian
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 5, No 3 (2021): JFMR VOL 5 NO.3
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2021.003.05.8

Abstract

Kerang hijau mampu bertahan hidup di perairan tercemar, sehingga daging kerang hijau dapat terkontaminasi baik logam berat maupun bakteri. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi untuk mereduksi logam berat dan bakteri untuk meningkatkan mutu dan keamanan pangan daging kerang hijau. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan adalah perendaman daging kerang dalam asap cair. Senyawa fenol, karbonil, dan asam organik yang terkandung dalam asap cair dapat berfungsi mereduksi logam berat dan sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas jenis asap cair berbeda (bonggol jagung, tempurung kelapa, dan sekam padi) terhadap kadar logam berat (Cadmium  dan Cuprum) dan total bakteri serta pengaruh perendaman asap cair terhadap kadar proksimat dan nilai organoleptik daging kerang hijau. Larutan asap cair 10% (v/v) dengan rasio 1:1 (b/v) digunakan untuk merendam daging kerang hijau selama 30 menit selanjutnya dilakukan pencucian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman asap cair dapat mereduksi kadar Cadmium sebesar 14,58%, kadar Cuprum sebesar 46,29%, dan total bakteri sebesar 34,57 s.d. 50,57% pada daging kerang hijau. Perendaman asap cair tempurung kelapa menyebabkan daging kerang hijau memiliki kadar air terendah dan kadar protein tertinggi. Namun, perendaman asap cair juga menyebabkan penurunan nilai organoleptik terhadap rasa daging kerang hijau.
OKSIDASI LEMAK PADA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) ASIN DENGAN KONSENTRASI GARAM YANG BERBEDA Muhammad Muhammad; Eko Nurcahya Dewi; Retno Ayu Kurniasih
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitpi.2019.6748

Abstract

Ikan ekor kuning asin mengandung asam lemak tidak jenuh sebesar 0,2% sehingga mudah mengalami oksidasi. Pemberian garam yang terlalu banyak bisa menjadi salah satu faktor terjadinya oksidasi lemak pada ikan asin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan konsentrasi garam terhadap oksidasi lemak tidak jenuh dan mengetahui konsentrasi garam terbaik pada ikan ekor kuning asin. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan konsentrasi garam yang berbeda (0%, 20%, 30%, dan 40%). Data parametrik dianalisis menggunakan analisa sidik ragam (ANOVA) dan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Data non parametrik dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi garam memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<5%) pada nilai PV, FFA, kadar air, Aw, kadar garam, dan TPC. Konsentrasi garam yang semakin tinggi menghasilkan nilai kadar garam, PV dan FFA semakin tinggi. Sebaliknya, pada parameter kadar air, Aw, dan TPC menghasilkan nilai yang rendah. Perlakuan konsentrasi terbaik terdapat pada ikan ekor kuning asin dengan konsentrasi garam 20% yang menunjukkan nilai PV yang rendah yaitu sebesar 9,60 meq/kg, FFA sebesar 0,83%, kadar air sebesar 36,99%, Aw sebesar 0,75, kadar garam sebesar 22,12% dan TPC sebesar 4,9x105 CFU/g. Berdasarkan hasil uji dapat disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi garam mempengaruhi proses oksidasi lemak dan konsentrasi garam terbaik ialah sebesar 20% berdasarkan nilai oksidasi lemak pada ikan ekor kuning asin.