Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

A New World Behind Bars: The Experience of Dealing with Stressors on Correctional Officer Widwi Mukhabibah; Zainal Abidin
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 11, No 1 (2022): Volume 11, Issue 1, March 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v11i1.6840

Abstract

Correctional officer (CO) is a profession that bears high-stress exposure. If this condition is unhandled properly, it will lead to corrections fatigue, indicated by negative personality changes, socially dysfunctional thinking, and a decrease in physical and mental health and function. Therefore, implementing appropriate coping strategies can maintain the mental health of CO. Therefore, it can support the achievement of indicators for the training program given by the correctional institutions (Lapas). This research is a qualitative study using a phenomenological approach. Data was obtained through phenomenological interviews on four participants and processed by thematic analysis. To increase the credibility of the data, researchers conducted some methods such as member checking, peer debriefing, and comparisons with related theories. The results show that there are six strategies in dealing with stressors. They are building interactions with inmates, seeking social support, seeing the positive side of stressors, obeying rules, prioritizing clarification in problem-solving, and doing activities that become participant's hobbies. Dealing with stress can be used as one of the mental health promotion efforts in the prison environment. Correction officers with good physical and mental health quality have a beneficial impact not only on prisoners but also on prison institutions. Penjaga tahanan merupakan salah satu profesi yang memiliki paparan stres yang tinggi.  Kondisi tersebut apabila tidak dikelola dengan baik maka berpotensi memunculkan corrections fatigue yang ditandai dengan gejala-gejala seperti perubahan kepribadian yang negatif, socially dysfunctional thinking, penurunan tingkat kesehatan dan keberfungsian hingga penyakit fisik dan mental. Oleh karena itu, penerapan strategi coping yang tepat dapat mendukung kesehatan mental penjaga tahanan dan secara tidak langsung mendukung tercapainya indikator keberhasilan program pembinaan yang dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan (Lapas).  Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang menggunakan pendekatan fenomenologis.  Data diperoleh melalui wawancara fenomenologis terhadap empat orang partisipan dan diolah dengan analisis tematik.  Guna meningkatkan kredibilitas data, peneliti melakukan beberapa metode seperti member checking, peer debriefing, serta perbandingan dengan teori terkait.  Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat enam strategi dalam pengalaman menghadapi stressor yaitu membangun interaksi dengan narapidana, mencari dukungan sosial, melihat sisi positif dari stressor, menaati aturan, mengutamakan klarifikasi dalam penyelesaian masalah serta melakukan kegiatan yang menjadi hobi partisipan.  Pengalaman menghadapi stress dapat dimanfaatkan sebagai salah satu promosi kesehatan mental di lingkungan pemasyarakatan.  Kualitas kesehatan penjaga tahanan yang baik memiliki dampak yang luas bukan hanya pada narapidana namun juga institusi lapas secara umum
Memaknai Pengalaman Tanpa Anak: Studi Fenomenologi Pada Suami-Istri yang Mengalami Infertilitas Yeni Oktafriani; Zainal Abidin
Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang) Vol 12, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/rapun.v12i1.111589

Abstract

Couples who experience infertility get stigma from their environment which can effect various aspects of their life: psychological, physical and social performance. Most couples only get treatments that focuses only on medical efforts and ignores the psychological aspects. The purpose of this research is to obtain in-depth information about how subjects give the meaning of his/her infertility experiences. This study used qualitative method with phenomenological approach. There are four subjects (two husbands and two wives). Data retrieval is done by semi-structured interviews, then thematically analyzed. The results revealed several themes about how the subject view his experience. These themes are emotions, coping strategies, the main sources of strength, and lessons that can be learned. The results of this study can be considered by medical personnel or researchers who want to design psychological treatment in married couples who have infertility
Faktor-Faktor Psikologis sebagai Determinan Kepatuhan Pajak: Studi Eksplorasi pada Wajib Pajak Elis Anisah Fitriah; Zulrizka Iskandar; Wilis Srisayekti; Zainal Abidin
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 6, No 1 (2019): PSYMPATHIC
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/psy.v6i1.4701

Abstract

This study aimed to explore the cognition of taxpayers related to their experience in reporting income tax and understand what the influencing factors on the willingness to pay taxes. Interpretative phenomenology design was applied through semi-structured interviews to four taxpayers as participants. Data was analyzed by developing of textures and structural descriptions. The results showed that psychological factors that considered by participant in their tax behavior including knowledge about the system and tax regulation as well as information on the use of tax returns; perceived service and trust in tax authority. Further research is needed to understand the dynamics of psychological variables in influencing tax behavior with cooperative perspective instead of compliance to avoid punishment.
STUDI EKSPLORATIF SUMBER STRES DAN COPING STRES PADA KARYAWAN DI KOTA CIKAMPEK DALAM MASA PANDEMI COVID-19 Nabiel Pratama Heriyanto Putra; Zainal Abidin
Psychopedia Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 6 No 1 (2021): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v6i1.1467

Abstract

The Covid-19 pandemic that emerged in early 2020 caused several changes in various aspects of life, one of which was work aspect. Changes to work system were made by a number of companies in order to minimize the spread of Covid-19. However, these changes were not as well made as expected, considering that several survey results showed that most employees felt more stressed than usual. This was partly due to the increased workload since the company implemented several adjustments such as work from home. Some small companies had even reduced employee income in response to the pandemic situation. This, of course, has become one concern for employees, in which there are some employees who are not ready to face this. This study aims to explore what factors that become sources of stress for employees during the Covid-19 pandemic as well as the coping performed in dealing with it. The approach used in this research was qualitative, specifically exploratory in order to obtain new findings based on the data obtained regarding pandemic situation. The data were collected by interviewing four employees and analyzed using thematic analysis technique. The result showed that the study participants felt mild to moderate stress. Most of the stress they felt resulted from their work. Furthermore, the participants performed coping to anticipate negative things they might experience during the pandemic. Keywords: Stress, coping, Covid-19 Pandemi Covid-19 yang muncul pada awal tahun 2020 menimbulkan beberapa perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya pekerjaan. Perubahan terhadap sistem kerja dilakukan oleh sejumlah perusahaan dalam rangka meminimalisir penyebaran Covid-19. Namun demikian, perubahan tersebut tidak semulus yang diharapkan, mengingat beberapa hasil survey yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan merasa lebih stres dibandingkan biasanya. Hal ini salah satunya disebabkan oleh beban kerja yang meningkat karena perusahaan menerapkan beberapa penyesuaian seperti work from home. Beberapa perusahaan kecil bahkan melakukan pengurangan terhadap penghasilan karyawan sebagai reaksi terhadap situasi pandemi. Hal ini tentunya menjadi keresahan tersendiri bagi para karyawan, dimana tidak semua karyawan siap untuk menghadapi hal tersebut. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi faktor apa saja yang menjadi sumber stres bagi karyawan selama pandemi Covid-19 serta coping yang dilakukan dalam menghadapi hal tersebut. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini pendekatan kualitiatif, khususnya studi eksploratif guna memperoleh temuan baru berdasarkan data yang diperoleh terkait situasi pandemi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terhadap empat orang karyawan dan diolah dengan menggunakan teknik analisis tematik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa partisipan penelitian merasakan stres tingkat ringan hingga moderat. Adapun stres yang mereka rasakan sebagian besar bersumber dari pekerjaannya. Lebih lanjut, partisipan melakukan coping guna mengantisipasi hal-hal negatif yang mungkin dialaminya selama pandemi.Kata Kunci: Stres, coping, Covid-19
STRATEGI KOPING KARYAWAN YANG MENGALAMI PHK DI MASA PANDEMI Bella Saviera; Zahrotur Rusyda Hinduan; Zainal Abidin
Psyche: Jurnal Psikologi Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36269/psyche.v4i1.443

Abstract

The Covid-19 pandemic has a significant impact for individuals, especially in employees. Some companies have reduced the number of employees so that employees have to experience layoffs (PHK). As for the effect that can arises from layoffs, such as depression and anxiety, therefore it takes a coping strategies to be able reduce the impact. The purpose of this study is to see how coping strategies are used by employees to survive and face problems, and how the ability of employees to find new jobs after being layoff during a pandemic period. This study used a qualitative research method, using a case study. Participants in this study were 3 individuals with the criteria of employees who experienced layoffs during the pandemic. Data collection using semi-stuctured interviews. The results of this study found that the strategies coping used by the subjects were dominant in problem focused coping.
Psychological Well Being Guru Pendidikan Luar Biasa di SLB X Bandung Barat Yusrinda Silvianis Diwanti; Zainal Abidin
Psyche: Jurnal Psikologi Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36269/psyche.v3i1.278

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran psychological well being pada guru pendidikan luar biasa. Menurut Ryff (2013), terdapat enam dimensi psychological well being, yakni self acceptance, positive relation with others, autonomy, environmental mastery, purpose in life, dan personal growth. Partisipan adalah empat orang guru SLB X di Kabupaten Bandung Barat. Penelitian dilakukan dengan metode studi kasus. Pengambilan data menggunakan teknik wawancara. Data dianalisis menggunakan analisis data tematik sebagaimana dikemukakan oleh Braun & Clarke (2006). Hasil menunjukkan bahwa seluruh dimensi psychological well being berperan untuk mendukung dan menjalani pekerjaan sebagai guru pendidikan luar biasa di SLB X Bandung Barat. Penelitian dapat dimanfaatkan sebagai gambaran untuk merancang intervensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan psychological well being guru pendidikan luar biasa di SLB X Bandung Barat.
STUDI EKSPLORATIF TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN BICARA ANAK USIA PRA SEKOLAH Bella Amanda Maharani; Zainal Abidin
Psyche: Jurnal Psikologi Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36269/psyche.v4i1.441

Abstract

Keterlambatan bicara atau bahasa menjadi salah satu permasalahan yang dialami oleh anak. Dibutuhkan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai faktor-faktor penyebab keterlambatan bicara yang dialami oleh anak usia prasekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi faktor-faktor penyebab keterlambatan bicara pada anak usia prasekolah di Kabupaten Bandung dengan menggunakan metode kualitatif exploratory. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi kepada tiga subjek yang merupakan ibu dari anak yang mengalami keterlambatan bicara, analisis tematik terhadap data menunjukkan hasil bahwa faktor penyebab keterlambatan bicara pada anak usia prasekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua faktor, yakni faktor lingkungan dan faktor keturunan. Orang tua diharapkan dapat mencegah dan menangani permasalahan keterlambatan bicara pada anak sejak dini.
Apakah Benar Penderita Depresi Selalu Sulit Melakukan Regulasi Emosi? Wendio Angganantyo; Zainal Abidin
Psychopolytan : Jurnal Psikologi Vol 4 No 2 (2021): Februari
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/psi.v4i2.1534

Abstract

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa penderita depresi identik dengan adanya kesulitan dalam meregulasi emosi, namun dari hasil screening pada 64 partisipan, ternyata ditemukan penderita depresi yang tidak sulit melakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hal-hal yang membuat penderita depresi tidak sulit dalam meregulasi emosi. Untuk mendapatkan gambaran terkait kasus tersebut, digunakan metode studi kasus dengan pendekatan komparatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah dua penderita depresi severe dimana satu orang tidak sulit melakukan regulasi emosi (subjek pertama) dan satu orang sulit meregulasi emosinya (subjek kedua) sebagai pembanding. Pengambilan data dilakukan menggunakan teknik wawancara semi terstruktur yang berbasis pada dimensi konstruk Difficulties of Emotion Regulation Scale (DERS) untuk melihat gambaran regulasi emosi dan wawancara tidak terstruktur untuk melihat gambaran kondisi depresi. Hasil wawancara yang dianalisis secara thematic menunjukkan dua faktor yang membedakan sulit atau tidaknya kedua subjek meregulasi emosi, yaitu penyebab depresi dan mekanisme regulasi emosi. Penyebab depresi subjek pertama lebih berpusat pada konflik intrapersonal sedangkan pada subjek kedua lebih menekankan pada hubungan interpersonal. Subjek pertama memiliki mekanisme regulasi emosi yang terstruktur yakni relaksasi yang kemudian dilanjutkan dengan usaha untuk berpikir logis serta berfokus pada solusi, sedangkan subjek kedua hanya mengandalkan ekspresi agresi tanpa memiliki mekanisme regulasi emosi yang terstruktur.
ANAK SIAP SEKOLAH: PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP KESIAPAN ANAK MASUK KE SEKOLAH DASAR Bina Decilena Syahidah; Fitriani Yustikasari Lubis; Fitri Ariyanti Abidin; Zainal Abidin; Surya Cahyadi
Early Childhood: Jurnal Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2021): Early Childhood: Jurnal Pendidikan
Publisher : Pendidikan Guru PAUD, FKIP, Univ Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35568/earlychildhood.v5i1.1247

Abstract

Kesiapan anak masuk sekolah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan sebelum anak masuk Sekolah Dasar. Penelitian sebelumnya menemukan kesejangan antara perspektif peneliti anak usia dini dengan persepsi orangtua dan guru terkait aspek-aspek kesiapan masuk SD pada anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai persepsi orang tua terkait kesiapan anak untuk masuk ke Sekolah Dasar. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui teknik wawancara. Subjek penelitian terdiri dari ibu dari siswa Taman Kanak-kanak (usia anak 4-6 tahun). Hasil wawancara dianalisis dengan tahapan koding, analisis tematik dan pemaknaan hubungan dari jawaban subjek. Penelitian ini menemukan bahwa selain aspek kematangan fisik dan mental, kompetensi sosial dan keterampilan komunikasi serta perkembangan bahasa dan kognitif; faktor usia, aspek religiusitas dan motivasi serta keinginan anak untuk masuk sekolah dasar juga dipersepsikan orang tua sebagai tanda kesiapan anak untuk masuk ke Sekolah Dasar.
What Motivates Parents to Participate in Their Child’s Brain Gym Therapy Nadhira Rakhmi Yusuf; Zainal Abidin
Bisma The Journal of Counseling Vol. 5 No. 2 (2021): Bisma The Journal of Counseling
Publisher : Department of Guidance and Counseling, FIP, Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/bisma.v5i2.40142

Abstract

The findings in the clinical practice field indicate problems related to the inconsistency of parental participation in the therapy that the child undergoes, namely the absence of parents according to the schedule, non-adherence to the therapist's advice, and premature termination. It raises questions of parents' motivation to participate in their children's therapy while no research in Indonesia examines this topic. The current study aims to understand the description of parents' motivation to participate in their child therapy. This qualitative study was conducted by interviewing 3 mothers (age 23-36 years) whose children (age 3-5 years) undergo brain gym therapy at a psychology bureau in Bandung. They are from the same socioeconomic class, have joined the therapy program for at least one month, and were selected using the purposive sampling technique. The results indicate that the underlying motivation for parental participation in child therapy is parents' need for a change in the child's condition and parents' expectation of the therapeutic outcome. Therapy results that match expectations and positive responses from the environment act as reinforcers that make parents willing to continue participating in child therapy.