Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

EUDAIMONIA IN A CUP OF COFFEE: WELL-BEING OF ACEHNESE BARISTA Yuri Akhsani; Zainal Abidin
Psikoislamedia : Jurnal Psikologi Vol 7, No 2 (2022): PSIKOISLAMEDIA:JURNAL PSIKOLOGI
Publisher : State Islamic University (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/psikoislamedia.v7i2.14629

Abstract

The development of coffee shops in Banda Aceh over the past few years has been accompanied by increasing interest of young people in becoming a barista. This interest is not only caused by the availability of the job, but also the desire to fulfill eudaimonic goals. Based on the concept of eudaimonic well-being, quality of life comes from developing one’s potential and the applications in personally expressive goals, which is shown through the act of pursuing the eudaimonic goals. The phenomenon in Banda Aceh shows that this pursuit comes by becoming a barista. Thus, this study aims to explore the experience of baristas through the framework of eudaimonic well-being theory. This study uses qualitative approach to gain understanding on eudaimonic well-being of baristas in Banda Aceh. The results of this study indicate the pursuit of eudaimonic well-being in all participants, albeit with individually unique methods and motivations.
GAMBARAN COPING STRESS PADA ATLET TIM NASIONAL SEPAKBOLA INDONESIA Bhagaskara Gemilang Setiawan; Zainal Abidin; Tutty I. Sodjakusumah
Journal of Psychological Science and Profession Vol 4, No 3 (2020): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.941 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v4i3.27232

Abstract

Sepakbola merupakan salah satu olahraga kompetitif paling populer di Indonesia. Terlepas dari popularitasnya, Tim Nasional Sepakbola Indonesia sudah lama tidak meraih prestasi internasional. Oleh karena itu, perlu dipahami faktor yang dapat berkontribusi terhadap performa atlet Tim Nasional Sepakbola Indonesia. Stres merupakan faktor yang dapat berpengaruh negatif untuk performa jika tidak dikelola dengan cara yang adaptif. Penting bagi atlet Tim Nasional Sepakbola Indonesia untuk dapat mengelola tekanan dan sumber stres dari situasi kompetitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran coping stress yang digunakan oleh atlet Tim Nasional Sepakbola Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Partisipan terdiri dari 22 atlet laki-laki Tim Nasional Sepakbola Indonesia. Data diperoleh menggunakan kuesioner COPE Inventory. Pengambilan data dilakukan dua hari sebelum pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas atlet Tim Nasional Sepakbola Indonesia menggunakan cara coping yang adaptif. Sebagian besar, yaitu sebanyak 13 partisipan (59.1%), menggunakan cara problem focused coping, sementara sebanyak 6 partisipan (27.3%) menggunakan cara coping yang masuk ke dalam emotion focused coping, dan 2 partisipan cenderung menggunakan problem focused coping dan emotion focused coping. Sisanya sebanyak 1 partisipan (4.5%) menggunakan maladaptive coping. Temuan dari penelitian ini bisa menjadi sumber informasi terkait aspek cara penanganan stres yang dilakukan oleh atlet Tim Nasional Sepakbola Indonesia dan sebagai acuan penelitian lanjutan dan intervensi. Coping berperan penting bagi para atlet untuk dapat mengelola stressors yang muncul dari situasi kompetitif kejuaraan internasional dengan adaptif, sehingga mereka dapat menampilkan kemampuan dengan maksimal. 
Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Hafiz Alquran Novita Sari; Zainal Abidin
Jurnal Psikologi Islam dan Budaya Vol 5, No 2 (2022): JPIB : Jurnal Psikologi Islam dan Budaya
Publisher : Faculty of Psychology, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jpib.v5i2.17186

Abstract

This study aims to explore the psychological well-being of hafiz Qur'an students. Psychological well-being is an individual's psychological health condition that has optimal positive psychological function. The positive psychological function refers to six dimensions, namely: self-acceptance, positive relationships with others, autonomy, environmental mastery, purpose in life and self-growth. This research used a phenomenological qualitative method with thematic analysis. Participants were five hafiz students who were selected through snowball sampling. The results of the study show that the motivation of hafiz students in memorizing the Qur'an is to give a crown of glory to their parents in the afterlife. This shows the direction and purpose of life that is oriented towards happiness in the hereafter. The representation of other psychological functions is also seen as a desire to continue to grow to become a better person, accept strengths, weaknesses and the past, manage daily activities, have self-autonomy and establish positive relationships with others. In addition, doing murojaah can provide peace.
The Experience of Primiparous Mothers in Regulating Emotions during the Postpartum Period Naiva Urfi Layyinah; Zainal Abidin
Bulletin of Counseling and Psychotherapy Vol. 5 No. 1 (2023): Bulletin of Counseling and Psychotherapy
Publisher : Kuras Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51214/bocp.v5i1.475

Abstract

Right after giving birth, a mother is faced with various roles and responsibilities while also undergoing the process of recovery. These experiences often bring out negative emotions, particularly for first-time mothers. If these negative emotions are not managed properly, they can worsen their conditions. This study aimed to gain an overview of the experience of regulating emotions during the postpartum period for primiparous mothers. The study used a qualitative approach through a case study method. In-depth interviews were conducted with three participants, who had given birth to their first child within the past six months, to gather data. The results of the data analysis, using thematic analysis, revealed four themes: Strategies for handling situations, strategies to shift attention, strategies for cognitive change, and strategies to change responses. The mothers reported feeling better after using strategies that allowed them to modify situations, appraise them positively, and express emotions rather than avoiding or suppressing them. The results of this study enhance our understanding of the experience of emotion regulation in primiparous mothers. Hence, mothers can benefit from these strategies for regulating emotions. Partners, parents, and counseling professionals around the mothers can encourage the use of these strategies to process negative emotions effectively.
Studi Kasus: Penerimaan dan Penyesuaian Diri Individu Pasca Perceraian Evy Sulfiani Komala; Zainal Abidin
Psychocentrum Review Vol 5, No 1 (2023): Psychocentrum Review
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26539/pcr.511383

Abstract

Menjalin pernikahan yang harmonis dan bahagia merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh orang dewasa. Namun pada kenyataannya tidak semua pasangan suami istri bisa berakhir bahagia, beberapa diantaranya berakhir dengan perceraian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerimaan dan penyesuaian diri orang dewasa pasca perceraian. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus dan menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah peserta yang memenuhi kriteria adalah empat orang yang telah bercerai dan belum menikah lagi. Para partisipan yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini diwawancarai menggunakan wawancara semi terstruktur. Data dari penelitian ini akan dianalisis dengan analisis kualitatif menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proses penerimaan yang dialami oleh partisipan. Partisipan yang memutuskan untuk bercerai melalui proses kesepakatan dengan pasangannya dapat mencapai tahap penerimaan. Sementara itu, partisipan yang bercerai hanya melalui kesepakatan sepihak tidak dapat mencapai penerimaan dan cenderung mengalami pengaruh negatif seperti menarik diri, dan menyalahkan diri sendiri atas perceraiannya. Selanjutnya dalam proses penyesuaian, partisipan mampu mengarahkan diri untuk membingkai kondisi perceraian dengan mengembangkan sikap rasional. Selain itu, peserta juga mencoba untuk mengelola pengaruh negatif yang dialami dengan melakukan hobi dan terhubung dengan komunitas sosial sebagai sumber sistem pendukung dan menggunakan keterampilan pengalaman masa lalu sebagai upaya untuk mengatasi konflik yang dialami setelah perceraian.
An Overview of Young Athlete Needs and Perceptions on Sports Psychology Services Rizka Safitri; Sonia Marcellina; Zainal Abidin
JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA Vol 8, No 1 (2023): Health Benefits of Exercise and Physical Activity
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpjo.v8i1.53666

Abstract

Sport psychology research and practice in Indonesia have grown immensely, yet the research on teenage athlete perception on their need for sports psychology services is limited. This research was intended to understand young athlete needs and perceptions on sports psychology services. The qualitative approach was conducted for this research. The researcher interviewed twelve young badminton athletes aged 16-17 years (± 16,5) to understand their needs and perceptions of sports psychology services. The analysis used was the analysis of interview transcript and the search of the similar results as main data. The results showed that the participants had demonstrated the intention to receive sports psychology services from sports psychology practitioners to optimize their sports performance. However, they had not had any specific concept, expectation, or perception of the kinds of support they could receive from a sport psychology practitioner and services.
Studi Kasus Tentang Self-Compassion Pada Individu Dewasa Pasca Perceraian Adyutika Fatmasuri; Zainal Abidin
Psychocentrum Review Vol 5, No 2 (2023): Psychocentrum Review
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26539/pcr.521376

Abstract

Perceraian adalah pemutusan perkawinan yang sah dan bukan sesuatu yang dipersiapkan oleh pasangan, melainkan akibat dari penderitaan dan emosi yang menyakitkan yang dialami oleh pasangan tersebut. Perceraian mempengaruhi kesejahteraan individu, seperti depresi, kesepian, merasa terisolasi, marah, sulit membangun harga diri, bahkan menyalahkan diri sendiri. Self-compassion adalah perasaan positif, yaitu proses pemahaman dan keterbukaan terhadap diri sendiri ketika menghadapi kegagalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran self-compassion pada orang dewasa pasca perceraian. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Partisipan dalam penelitian ini adalah 4 (empat) orang dewasa yang telah bercerai dan belum menikah lagi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur dan metode analisis data menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian mengungkapkan tema-tema yang sejalan dengan aspek self-compassion seperti self-kindness, self-judgment, commonhuman, mindfulness, dan over-identification.
Gambaran Work-Life Balance pada Anggota TNI yang Menjalani Studi Magister Profesi Psikologi: Studi Kualitatif Nadine Silvana Chairiza Yaqin; Anissa Lestari Kadiyono; Zainal Abidin
Jurnal Penelitian Kualitatif Ilmu Perilaku Vol 4 No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59428/jpkip.v4i2.68

Abstract

Dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota TNI, para anggota dituntut untuk menjalani pendidikan magister guna kelangsungan karirnya. Di sisi lain, para anggota juga memiliki keluarga dan hobi dalam kehidupan pribadinya. Perannya sebagai anggota dan mahasiswa dalam aspek kehidupan kerjanya menuntut keseimbangan dengan perannya di rumah sebagai orang tua dan suami dalam aspek kehidupan pribadinya. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau work-life balance diperlukan agar seseorang dapat menyeimbangkan pekerjaan dan aktivitas lain di luar pekerjaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang keseimbangan para anggota TNI yang tengah menempuh pendidikan jenjang magister yang ditinjau melalui konsep work-life balance. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik purposive sampling yang melibatkan empat orang anggota TNI-AD dengan pangkat berbeda. Data diperoleh dengan menggunakan wawancara mendalam dan semi terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat dimensi work-life balance, salah satunya menunjukkan belum tercapainya keseimbangan. Dimensi yang belum seimbang adalah work interference with personal life, khususnya akibat kegiatan perkuliahan. Dengan demikian, partisipan cukup optimal dalam mengembangkan work-life balance pada dirinya.
FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS MUNCULNYA KEKERASAN DALAM DEMONSTRASI MAHASISWA Zainal Abidin
Jurnal Psikologi Vol 5, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Maraknya aksi-aksi demonstrasi anarkis dewasa ini mengundang sejumlah pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mendorong mereka melakukan aksi-aksi tersebut. Sejumlah jawaban yang bersifat hipotetis pernah dikemukakan oleh sejumlah ahli di media massa nasional. Mereka berpendapat bahwa ada motif politik dari sejumlah pimpinan partai yang mendanai dan mendorong sejumlah mahasiswa untuk melakukan demonstrasi-demonstrasi melalui kekerasan; keinginan para demonstran mencari popularitas karena media massa meliput aksi-aksi mereka dan ditayangkan di televisi nasional maupun daerah; dan lain-lain. Namun, jawaban psikologi sosial mengenai masalah ini belum diajukan oleh para psikolog sosial. Alasannya barangkali karena belum diketahui baik secara empirik, hipotetis, maupun teoritis mengenai motif-motif psikososial apa saja yang mendorong para demonstran melakukan demonstrasi seperti itu. Penelitian ini merupakan kajian psikologi sosial untuk mendalami secara kualitatif penelitian yang pernah dilakukan tahun 2010 tentang demonstrasi anarkis di Jakarta dan Makassar (Abidin, Purboningsih, dan Ninin, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik motif psikologis, dukungan eksternal, maupun kondisi situasional pada saat berlangsungnya demonstrasi dapat menimbulkan kekerasan dalam demonstrasi. Berdasarkan pada hasil penelitian itu peneliti kembali mengkajinya melalui metode kualitatif di 2 universitas di Jakarta pada tahun 2010-2011. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi praktis kepada para pengambil kebijakan (rektorat, pemerintah dan aparat penegak hukum) dalam menangani anarkisme mahasiswa pada saaat melakukan demonstrasi. Penelitian ini pun diharapkan dapat memberi kontribusi teoritis untuk pengembangan penelitian dan teori mengenai kekerasan dan gerakan mahasiswa di Indonesia.Kata kunci: kekerasan, demonstrasi anarkis, motif-motif psikososial, metode kualitatif
BANGKIT DARI KETERPURUKAN: STUDI KASUS RESILIENSI PADA KEPALA RUMAH TANGGA YANG PERNAH MENGALAMI PHK Hasna Rusydiani Muqsith; Zainal Abidin
Media Bina Ilmiah Vol. 18 No. 5: Desember 2023
Publisher : LPSDI Bina Patria

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33758/mbi.v18i5.520

Abstract

Pemutusan hubungan kerja merupakan suatu hal yang menakutkan bagi setiap pekerja, karena kelangsungan hidup mereka terancam dengan hilangnya pekerjaan dan penghasilan. Pengangguran mengakibatkan stres terutama bagi kepala keluarga yang harus menafkahi keluarganya. Beberapa di antaranya mengalami keterpurukan, namun beberapa lainnya memiliki kemampuan untuk bangkit setelah mengalami keterpurukan. Mereka yang mampu bangkit kembali disebut sebagai individu yang resilien. Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dalam menghadapi stres dan kesulitan. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri resiliensi pada kepala keluarga yang pernah mengalami PHK. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara semi-terstruktur pada tiga orang kepala keluarga dan memiliki pengalaman PHK. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis tematik. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa ketiga subjek sebagai kepala keluarga yang pernah mengalami PHK memiliki faktor internal dan eksternal dalam mewujudkan kemampuan resiliensi. Peran dan dukungan dari keluarga adalah faktor eksternal yang paling berperan agar mereka memiliki semangat untuk bisa bangkit kembali