Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : 'ADALAH

Aglomerasi Dalam Permenhub tentang Larangan Mudik dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Muhammad Ubaidillah; Rizqon Halal Syah Aji
ADALAH Vol 4, No 1 (2020): Spesial Issue Covid-19
Publisher : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1501.317 KB) | DOI: 10.15408/adalah.v4i1.15667

Abstract

AbstractRegulation of the Minister of Transportation No. 25 of 2020 concerning the prohibition of going home is a rule that supports the handling of Covid-19. However, the Regulation of the Minister of Transportation still has a polemic, due to the existence of weak arguments, and allegedly will hamper Indonesia's economic growth. The term agglomeration used in the Regulation of the Minister of Transportation cannot be accessed easily. In addition, the Regulation of the Minister of Transportation in general results in a decline in economic growth due to obstruction of the usual financial flow from cities to villages through the annual homecoming tradition. Therefore, it is expected that the Regulation of the Minister of Transportation can be evaluated and improved so that the terms of articulation and its substance so that its implementation cannot be accessed by the public.Keywords: Permenhub, Covid-19, Agglomeration, Homecoming, Economic Acceleration. AbstrakPermenhub Nomor 25 Tahun 2020 tentang larangan mudik seharusnya menjadi aturan yang mendukung dalam penanganan Covid-19. Namun, Permenhub tersebut masih menjadi polemik dikarenakan adanya argumentasi lemah dan disinyalir akan menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Istilah aglomerasi yang digunakan dalam Permenhub kurang dijelaskan secara rinci sehingga tidak mudah dipahami masyarakat secara umum. Selain itu, Permenhub ini secara umum berakibat pada menurunnya pertumbuhan ekonomi karena terhambatnya aliran keuangan yang biasa terjadi dari kota ke desa-desa melalui tradisi mudik tahunan. Oleh karena itu, diharapkan Permenhub ini dapat dievaluasi dan diperbaiki baik dari segi artikulasi maupun subtansinya agar pada pelaksanaanya tidak membingungkan masyarakat.Kata Kunci: Permenhub, Covid-19, Aglomerasi, Mudik, Pertumbuhan Ekonomi.
Kebangkitan Nasional: Pemuda Melawan Pandemi Global Roma Doni Azmi; Rizqon Halal Syah Aji
ADALAH Vol 4, No 1 (2020): Spesial Issue Covid-19
Publisher : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2036.756 KB) | DOI: 10.15408/adalah.v4i1.15761

Abstract

AbstractThe commemoration of National Awakening Day in the midst of the Covid-19 Pandemic has a special meaning for Indonesian young people. Youth groups become seriously affected objects because of the global Pandem outbreak. They are affected in the economic, health, education and socio-cultural aspects. As the successors to the nation's patriotism, young people must be the pioneers in a joint effort in fighting the crisis because of the impact of Covid-19. Indonesia, as one of the affected countries, has great power, young people as energy pioneers in the struggle against the pandemic. The Ethics of National Awakening by youth, is the right momentum to assist the government in developing a measured and systematic strategy, making Indonesian youth and all elements of the Nation survive and immediately emerge from the impact of the global pandemic.Keywords: National Revival, Global Pandemic, Youth, Economic Change, Indonesia AbstrakPeringatan hari Kebangkitan Nasional di tengah Pandemi Covid-19 mempunyai makna khusus pada diri pemuda Indonesia.  Kelompok pemuda menjadi objek yang terdampak serius karena wabah Pandem global.  Mereka terdampak pada aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan hingga sosial budaya. Sebagai penerus patriotisme bangsa, para pemuda harus menjadi pelopor dalam usaha bersama dalam upaya melawan krisis karena dampak Covid-19. Indonesia, sebagai salah satu negara terdampak, memiliki kekuatan besar kaum muda sebagai energi pelopor pergerakan dalam melawan pandemi. Etos Kebangkitan Nasional oleh pemuda, merupakan momentum yang tepat untuk membantu pemerintah dalam menyusun strategi yang terukur dan sistematis, sehingga pemuda Indonesia serta seluruh elemen Bangsa dapat survive dan segera keluar dari dampak pandemi global.Kata Kunci: Kebangkitan Nasional, Pandemi Global, Pemuda, Dampak Ekonomi, Indonesia 
Emansipasi Melawan Pandemi Global: Bukti Dari Indonesia Titik Nurhayati; Rizqon Halal Syah Aji
ADALAH Vol 4, No 1 (2020): Spesial Issue Covid-19
Publisher : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1655.566 KB) | DOI: 10.15408/adalah.v4i1.15468

Abstract

Abstract:Emancipation against COVID-19 is very urgent, especially in Indonesia. The vulnerability of the impact of the COVID-19 pandemic is more likely to be experienced by women. Women in various parts of the world continue to make efforts to emancipate against this pandemic. Do not miss in Indonesia, how the involvement of women's emancipation. The focus on creating affirmations for domestic and public economic resilience continues to be carried out entirely by women in the context of emancipation. The foundation of women's fiqh which makes the role of shar'i a foothold of emancipation in the domestic and public sphere. Confidence in making concrete steps to emancipation in an effort to strive for family economic resilience becomes clear.Keywords: Emancipation, COVID-19, economic resilience, working women, fiqh of women.Abstrak:Emansipasi dalam melawan COVID-19 sangat mendesak dilakukan, khususnya di Indonesia. Kerentanan dampak pandemi COVID-19 lebih cenderung dialami perempuan. Perempuan diberbagai penjuru dunia terus berupaya melakukan emansipasinya dalam melawan pendemi ini. Tidak ketinggalan di Indonesia, bagaimana keterlibatan emansipasi perempuan. Fokus menciptakan afirmasi untuk ketahanan ekonomi domestik maupun publik terus dilakukan sepenuhnya oleh perempuan dalam rangka emansipasi. Landasan fiqih perempuan yang menjadikan role syar’i menjadi pijakan emansipasi dalam ranah domestik maupun ranah publik. Keyakinan melakukan langkah kongkrit emansiapsi dalam upaya mengupayakan ketahanan ekonomi keluarga menjadi jelas.Kata Kunci: Emansipasi, COVID-19, Ketahanan Ekonomi, Perempuan Pekerja, Fiqih Perempuan 
Masih Relevankah Gagasan Emansipasi Perempuan Kartini? Tinjauan atas RUU Ketahanan Keluarga Rizqon Halal Syah Aji
ADALAH Vol 4, No 4 (2020): Keadilan Masyarakat
Publisher : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1516.956 KB) | DOI: 10.15408/adalah.v4i4.15400

Abstract

AbstractThe struggle for women's emancipation has been started by R.A Kartini. During the colonial period Indonesian women had risen to the awareness of equal rights and obligations towards men in building the nation's identity. Social involvement by women is one of the keys to mainstreaming emancipation according to the role of religion, customs, culture and philosophy as pillars of Indonesian values. The Family Resilience Bill (RUU-KK), aims to institutionalize and strengthen the resilience of Indonesian families, because measures of the goodness and quality of Indonesian people are sourced from reliable family resilience because of the results of parental education (husband and wife) in the household. However, the RUU-KK as a prospective legal product cannot be separated from political interests. Therefore, to produce a good legal product and accommodate all the interests of the nation and state, the legal product must be dissected and academically examined by testing a comprehensive academic paper. In particular, the articles which are considered to ignore the values of inclusion of female emancipation that Indonesian women have had for a long time.Keywords: RA Kartini, Emancipation, Family Resilience Bill, Indonesian Women. AbstrakPerjuangan emansipasi perempuan telah dimulai oleh R.A Kartini. Pada masa kolonial perempuan Indonesia telah bangkit terhadap kesadaran persamaan hak dan kewajiban terhadap laki-laki dalam membangun identitas Bangsa. Pelibatan secara sosial oleh para perempuan menjadi salah satu kunci mengarusutamakan emansipasi sesuai role agama, adat istiadat, kultur dan filosofi sebagai pilar nilai ke-Indonesia-an. Rancangan Undang-Undang Ketahanan Keluarga (RUU-KK), mempunyai maksud untuk melembagakan dan memperkokoh ketahanan keluarga Indonesia, sebab ukuran kebaikan dan kualitas manusia Indonesia bersumber dari ketahanan keluarga yang handal karena hasil dari pendidikan orang tua (suami dan istri) dalam rumah tangga. Namun RUU-KK sebagai bakal produk hukum tidak terlepas dari kepentingan politik. Oleh karena itu, untuk menghasilkan produk hukum yang baik dan menampung seluruh kepentingan bangsa dan negara, produk hukum harus bisa dibedah dan dikaji secara akademik dengan pengujian naskah akademik yang komprehensif. Khususnya pasal-pasal yang dianggap mengabaikan nilai-nilai pelibatan emansiapsi perempuan yang telah lama perempuan Indonesia punyai.  Kata Kunci: RA Kartini, Emansipasi, RUU Ketahanan Keluarga, Perempuan Indonesia.
Kebangkitan Nasional: Merawat Nasionalisme Kaum Muda Indonesia Rizqon Halal Syah Aji
ADALAH Vol 4, No 1 (2020): Spesial Issue Covid-19
Publisher : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1187.76 KB) | DOI: 10.15408/adalah.v4i1.15806

Abstract

AbstractThe spirit of regrowing the nationalism of Indonesian youth aims to answer the challenges and obstacles caused by the Pandemic Covid-19 outbreak. Indonesian young people who are classified as productive labor age are the key to the sustainability of Indonesia's economic growth which should not collapse due to the impact of the Pandemic Covid-19 outbreak. This group of workers is called the millineal generation. The young group lives in an atmosphere of technology utilization and digitalization. Maximizing technology and digitalization will sustain millennial groups in giving birth to demographic bonuses. Millennial groups should not ignore the windows of opportunity in welcoming demographic bonuses. There are many challenges for millennial youth groups, in addition to being able to utilize technology to maximize productive work efforts, but the habit of using digital technology must not change the character of the Indonesian people who are always in a relationship between individuals and mutual cooperation, tolerance and upholding cultural values that promote humanity. The character of the nation is a form of Indonesian nationalism.Keywords; Nationalism, Young Indonesians, Milineal, Pandemic Covid-19, Demographic Bonus.AbstraksSemangat menumbuhkan kembali nasionalisme kaum muda Indonesia bertujuan untuk menjawab tantangan dan hambatan karena wabah Pandemi Covid-19. Kaum muda Indonesia yang tergolong usia tenaga kerja produktif merupakan kunci keberlangsungan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak boleh runtuh karena dampak wabah Pandemi Covid-19. Kelompok tenaga kerja tersebut dinamakan sebagai generasi milineal. Kelompok muda hidup dalam suasana pemanfaatan teknologi dan digitalisasi. Memaksimalkan teknologi dan digitalisasi akan menopang kelompok milenial dalam melahirkan bonus demografi. Kelompok milenial tidak boleh mengabaikan windows of oportunity dalam menyambut bonus demografi. Banyak tantangan kelompok muda milenial, selain harus mampu memanfaatkan teknologi untuk memaksimalkan upaya kerja yang produktif, akan tetapi habit penggunaan teknologi digital tidak boleh mengubah karakter bangsa Indonesia yang senantiasa melakukan relasi antara individu dengan gotong royong, tenggang rasa serta menjunjung nilai budaya yang mengedepankan kemanusiaan. Karakter bangsa tersebutlah yang merupakan corak nasionalisme Indonesia.Kata Kunci; nasionalisme, kaum muda Indonesia, milineal, Pandemi Covid-19, bonus demografi.
Nilai Ramadhan dan Pendidikan Kaum Tertindas (Mustadh’afin): Tinjauan Atas Ekonomi Islam Rizqon Halal Syah Aji; Azis Muslim
ADALAH Vol 4, No 2 (2020): Keadilan Sosial & Politik
Publisher : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1489.985 KB) | DOI: 10.15408/adalah.v4i2.15527

Abstract

Abstract:Ramadan teaches social care. Momentum that is present this month (fasting) includes the teaching of humans about education. The message of transformative Islam in education is the meaning of Ramadan on the education of the oppressed (mustadh'afin). Education on the grounds of equality of knowledge rights and also in obtaining economic distribution rights. Ramadan teaches economic equality and balance so that the practice of liberation from the economic downturn of the people can be overcome. Islam offers muamalah (economic activism) through Islamic economics. The aim is to open up confinement over economic oppression and also be aware of the obligations of fellow human beings to be economically just. The practice of Islamic economics tries to dismantle the deterioration of the lower class economy with the concept of financial inclusion.Keywords: Ramadan, Education of The Oppressed, Mustadh'afin, Islamic EconomicsAbstrak:Ramadhan mengajarkan kepedulian sosial. Momentum yang hadir pada bulan ini (puasa) diantaranya adalah pengajaran atas manusia tentang pendidikan. Pesan Islam transformatif dalam pendidikan yang dimaksud adalah pemaknaan Ramadhan atas pendidikan kaum tertindas (mustadh’afin). Pendidikan atas nalar kesamaan hak pengetahuan dan juga dalam memperoleh hak distribusi ekonomi. Ramadhan mengajarkan kesamaan dan keseimbangan ekonomi sehingga praktik pembebasan atas keterpurukan ekonomi umat dapat di atasi. Islam menawarkan muamalah (aktivisme ekonomi) melalui ekonomi syariah. Tujuannya adalah membuka keterkungkungan atas ketertindasan ekonomi dan juga menyadarkan akan kewajiban sesama manusia untuk dapat bersikap adil secara ekonomi. Praktik ekonomi Islam mencoba membongkar keterpurukan ekonomi kelas bawah dengan konsep keuangan insklusif. Kata Kunci: Ramadhan, Pendidikan Kaum Terindas, Mustadh’afin, Ekonomi Islam