Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

ECOCULTURAL CITY – HOW ACTUAL IS THIS CONCEPT IN THE ERA OF DISRUPTION OF PANDEMIC COVID 19? Winny Astuti; Rufia Andisetyana Putri; Hakimatul Mukaromah; Murtanti Jani Rahayu; Paramita Rahayu; Erma Fitria Rini; Isti Andini
Journal of Architecture&ENVIRONMENT Vol 20, No 1 (2021)
Publisher : Department of Architecture, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2355262x.v20i1.a7760

Abstract

This research explored the implementation of concept of Surakarta ecocultural city platform in the era of Pandemic Covid-19 in 2 case study areas of Balekambang Park as the Natural and Heritage Park and Jayengan Jewelry Kampung (JKP) as Heritage Creative Industry-based Kampung Tourism. Eco city is basically the concept to create new urban development to be more ecologically, liveable and Sustainable, while the cultural city refers to the city, which focusing on cultural and performance for branding the city.  Ecocultural city is mainly related to connectivity among people, place and culture and this concept is mostly applicated in the tourism world, where to maintain this sustainably, this has to address people, place and its cultural relationship with biophysical aspects. Therefore, in the era of disruption of COVID-19, the ecocultural based of tourist destination areas are highly affected due to the loss of tourists visiting the areas. The research found that the model of People, place, technology and government proposes for increasing adaptability of people to the disruption condition, initiating resilient, creative, healthy and smart places, exhalating technology for added value of tourism product and improving resilience  government to adapt, absorb the change, collaborating multi stakeholder partnerships
Strategi Menuju Kampus Berkelanjutan (Studi Kasus: Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret) Hakimatul Mukaromah
Jurnal Penataan Ruang Vol 15, No 1 (2020): Jurnal Penataan Ruang 2020
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.428 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v15i1.6871

Abstract

Pembangunan berkelanjutan menjadi acuan dalam arah pembanguna kota yang kemudian didetailkan dalam tujuh belas tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals). Perguruan Tinggi merupakan salah satu elemen dalam sarana perkotaan yang memiliki peran strategis dalam mencapai tujuan pembangunan keberlanjutan melalui konsep kampus berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan konsep kampus berkelanjutan yang dilakukan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (FT UNS). Metode yang digunakan adalah mengidentifikasi potensi dan masalah baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh FT UNS dalam penerapan enam komponen kampus berkelanjutan (setting and infrastructure, waste, water, transportation, energy and climate change  dan education) dan perumusan strategi dengan menggunakan metode analisis SWOT. Hasilnya adalah perlu adanya perhatian pada ketiga hal sebagai berikut: (1) peningkatan pada anggaran untuk mewujudkan infrastruktur kampus ramah lingkungan (green building) dan dukungan aktivitas P2M, (2) Perbaikan pada aspek transportasi, yaitu dengan perbaikan pada sistem parkir, dan alternatif moda transportasi masal atau ramah lingkungan, (3) Pelibatan seluruh civitas akademik dalam setiap kegiatan terkait pembangunan berkelanjutan.
Modal sosial dalam upaya pengelolaan sampah berkelanjutan di Kampung Iklim Joyotakan Surakarta Hakimatul Mukaromah; Kusumastuti Kusumastuti
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 16, No 1 (2021)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v16i1.34512

Abstract

Keterbatasan lahan dalam penyediaan prasarana persampahan menjadi salah satu tantangan dalam pengelolaan sampah. Sampah juga turut menjadi salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca yang berimplikasi pada perubahan iklim. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia mencanangkan program kampung iklim sebagai bentuk peningkatan kapasitas mitigasi terhadap perubahan iklim melalui serangkaian kegiatan, salah satunya adalah pengelolaan sampah berkelanjutan. Pergeseran paradigma pengelolaan sampah konvensional menuju konsep berkelanjutan dengan prinsip reuse, reduce, dan recycle (3R) mulai diimplementasikan. Modal sosial menjadi salah satu aspek penting keberhasilan program yang berbasis pada partisipasi masyarakat.  Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Kampung Iklim Joyotakan yang ditetapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta pada tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana modal sosial dalam upaya pengelolaan sampah di Kampung Iklim Joyotakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat aspek modal sosial yang menjadi fokus pembahasan pada penelitian ini, yaitu kualitas/kapasitas sumber daya manusia, bentuk interaksi/organisasi sosial, kepemimpinan, dan penyelenggaraan pemerintahan, memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Meskipun terdapat beberapa hal yang potensial untuk memperkuat modal sosial dalam konteks untuk memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Di antaranya adalah peningkatan nilai tambah dalam pengelolaan sampah agar memiliki nilai ekonomi, transfer pengetahuan terkait pengolahan dan teknologi pengolahan sampah kepada seluruh masyarakat karena ada potensi interaksi sosial yang cukup besar, dan pelibatan masyarakat yang lebih besar (penerapan model bottom up) dalam berbagai program yang diinisiasi oleh berbagai stakeholder.
Kesesuaian pelayanan pergerakan pejalan kaki terhadap konsep transit oriented development (Studi kasus: kawasan Dukuh Atas, DKI Jakarta) Astuti Setia Ningrum; Winny Astuti; Hakimatul Mukaromah
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 15, No 1 (2020)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v15i1.23188

Abstract

Salah satu tujuan pengembangan Transit Oriented Development (TOD) adalah mewujudkan lingkungan ramah pejalan kaki pada kawasan kompak yang berbasis transit.  Desain kawasan TOD juga mendorong penggunaan moda transportasi umum untuk mendukung pergerakan penduduk. RTRW Provinsi DKI Jakarta 2011-2030 menetapkan Dukuh Atas sebagai kawasan TOD yang diharapkan mampu memberikan pelayanan bagi pergerakan pejalan kaki secara optimal.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dari pelayanan pergerakan pejalan kaki terhadap konsep TOD di Kawasan Dukuh Atas. Kesesuaian pelayanan pergerakan pejalan kaki ditinjau dari komponen kawasan kompak, simpul transit, jalur pejalan kaki dan fasilitas penunjang. Metode analisis adalah kuantitatif dengan teknik analisis skoring yang menggunakan sakala Guttman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun pelayanan pergerakan pejalan kaki di Kawasan Dukuh Atas sudah sesuai dengan konsep TOD, namun diperlukan adanya peningkatan pelayanan pada beberapa aspek guna mengoptimalkan pelayanan terhadap pejalan kaki.
KESIAPAN ASPEK SPASIAL PADA PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA BERBASIS INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DI KELURAHAN MOJOSONGO, KOTA SURAKARTA Dewa Putu Aris Sadana; Nur Miladan; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v1i1.12004.34-48

Abstract

Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, memiliki potensi industri kerajinan sangkar burung berdasarkan RTRW Kota Surakarta tahun 2011-2031 dan diarahkan sebagai pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung oleh RIPKA Kota Surakarta. Artikel ini membahas tentang kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan di wilayah penelitian. Komponen dari kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan meliputi infrastruktur penunjang, akaksesibilitas, ketersediaan lahan, dan pola persebaran industri kerajinan sangkar burung. Penelitian pada artikel ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data berupa kuisioner, observasi lapangan, survei data sekunder, dan wawancara. Adapun teknik analisis pada penelitian ini, yaitu AHP dan skoring. Pada wilayah penelitian infrastruktur penunjang dibagi menjadi sarana penunjang dan prasarana penunjang. Sarana penunjang pada kawasan berupa showroom tidak tersedia pada kawasan. Prasarana pada kawasan meliputi prasarana persampahan, air bersih, listrik, dan telekomunikasi sudah memadai. Selanjutnya, aksesibilitas kawasan sudah siap untuk menunjang mobilisasi bagi pengunjung, karena sudah tersedianya akses jaringan jalan yang baik pada kawasan dan sudah tersedia rute angkutan umum yang melalui kawasan. Ketersediaan lahan dilihat dari ketersediaan lahan untuk showroom dan prasarana persampahan sudah tersedia, namun ketersediaan lahan untuk showroom masih kurang dibandingkan kebutuhan lahannya. Terakhir, pola persebaran industri kerajinan sangkar burung pada wilayah penelitian memiliki pola persebaran klaster, sehingga dapat menunjang terwujudnya lingkungan kreatif dan efisiensi dalam pengelolaan kawasannya. Jadi, berdasarkan hal-hal di atas, maka kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo masuk kedalam kategori tingkat kesiapan tinggi.
Pengaruh perkembangan aktivitas mina wisata terhadap fungsi lahan di Desa Janti dan Desa Wunut, Kabupaten Klaten Anindiya Novita Sari; Istijabatul Aliyah; Hakimatul Mukaromah
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 18, No 1 (2023)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v18i1.53970

Abstract

Kawasan minapolitan memiliki berbagai kegiatan mina bisnis, salah satunya  mina wisata. Mina wisata merupakan bentuk wisata yang memanfaatkan produksi perikanan  sebagai atraksi wisata. Desa Janti dan Desa Wunut merupakan dua desa di Kabupaten Klaten yang telah ditetapkan dalam pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Klaten sebagai sentra pemasaran dan sebagai peruntukan pariwisata buatan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2011-2031. Kedua desa ini memiliki atraksi berupa warung makan produk ikan, pemandian, dan pemancingan. Mina wisata di Desa Janti dan Desa Wunut terus mengalami perkembangan, pada tahun 2009 hingga 2020 terdapat penambahan 11 objek wisata baru. Perkembangan aktivitas mina wisata di kedua desa ini memberikan pengaruh terhadap perubahan fungsi lahan di sekitarnya. Banyak lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi usaha wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perkembangan mina wisata terhadap fungsi lahan di Desa Janti dan Desa Wunut. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yang kemudian dilakukan analisis spasial untuk mengetahui pengaruh dan perubahan yang dihasilkan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perkembangan aktivitas mina wisata mendorong adanya penyediaan atraksi mina wisata, aksesibilitas, serta sarana prasarana penunjang mina wisata yang memerlukan lahan. Adanya kebutuhan akan penyediaan lahan mendorong terjadinya perubahan pada penggunaan lahan, salah satunya pada perubahan fungsi lahan. Pada Desa Janti dan Desa Wunut penambahan fungsi lahan terbesar pada pariwisata sebesar 9,5 ha.
Dampak perkembangan permukiman relokasi Kelurahan Mojosongo, Kota Surakarta terhadap perubahan spasial kawasan sekitarnya Ayunda Rizqa Hidayah; Winny Astuti; Hakimatul Mukaromah
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 18, No 1 (2023)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v18i1.53437

Abstract

Banjir besar di Kota Surakarta pada tahun 2007 menenggelamkan 1.571 rumah ilegal yang terletak di sempadan Sungai Bengawan Solo. Menanggapi persoalan tersebut, Pemerintah Kota Surakarta melakukan program relokasi dengan memindahkan permukiman terdampak ke lokasi yang aman. Salah satu lokasi tujuan relokasi yaitu Kelurahan Mojosongo Kota Surakarta. Sebagian besar masyarakat terdampak mendiami lokasi yang baru pada tahun 2010. Dalam kurun tahun 2010-2020, permukiman relokasi di Kelurahan Mojosongo mengalami perkembangan pada aspek fisik, sosial, maupun ekonomi masyarakat. Perkembangan tersebut akan memicu konsentrasi spasial pada kawasan sekitarnya, salah satunya yaitu tumbuhnya permukiman baru yang berdampak pada meningkatnya lahan terbangun pada kawasan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak perkembangan permukiman relokasi Kelurahan Mojosongo terhadap perubahan spasial kawasan sekitarnya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan teknik analisis skoring, overlay, dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perkembangan permukiman relokasi yang ditandai dengan meningkatnya luas hunian, berkembangnya kondisi infrastruktur permukiman, bertambahnya kegiatan sosial masyarakat, dan meningkatnya kondisi ekonomi masyarakat. Terjadinya perkembangan pada kawasan relokasi berdampak pada perubahan penggunaan lahan, peningkatan kepadatan bangunan, serta peningkatan kondisi prasarana pada kawasan sekitar. Sementara itu, perkembangan permukiman relokasi Kelurahan Mojosongo tidak memiliki kaitan dengan terjadinya perubahan transportasi umum pada kawasan sekitar.
Karakteristik Aktivitas Perdagangan dan Jasa sebagai Aktivitas Pendukung Perguruan Tinggi: Studi Kasus Kecamatan Kartasura dan Kecamatan Laweyan Talitha Benny Dikta; Hakimatul Mukaromah; Paramita Rahayu
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 5, No 1 (2023)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v5i1.67488.49-63

Abstract

Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo memiliki arahan pengembangan pendidikan serta perdagangan dan jasa berdasarkan RTRW Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011-2031. Pengembangan pendidikan dapat ditinjau dari keberadaan kawasan pendidikan Desa Gonilan, Desa Pabelan, Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, sertaKelurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kartasura dimanaterdapat dua perguruan tinggi di dalamnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa di kawasan perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan perkembangan aktivitas pendidikan memberikan peluang peningkatan perekonomian dan perubahan lahan nonterbangun menjadi terbangun. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deduktif dan menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif spasial untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi serta deskriptif statistik untuk mengetahui persentase peningkatan aktivitas sejak tahun 2011. Pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan data primer melalui observasi dan kuesioner kepada pelaku usaha, serta data sekunder melalui dokumen dan citra satelit. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa aktivitas perguruan tinggi berperan penting dalam perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa selama 2011-2022. Peningkatan jumlah mahasiswa sebesar 29% berpengaruh terhadap persebaran dan luas sarana perguruan tinggi sebesar 42%. Aktivitas perguruan tinggi memberikan peluang peningkatan perekonomian 45% yang sebagian besar dimanfaatkan masyarakat sekitar. Perkembangan aktivitas perguruan tinggi dan peluang perekonomian pada kawasan berdampak terhadap peningkatan luas sarana perdagangan dan jasa sebesar 52%.
Kajian Aksesibilitas dan Konektivitas Stasiun Transit KRL Manggarai dan Depok terhadap Jalur KRL Regional Jakarta-Depok Adjrina Fildzah Pelawi; Paramita Rahayu; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 5, No 1 (2023)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v5i1.63805.1-14

Abstract

Masifnya pergerakan akibat fenomena urbanisasi pada kawasan perkotaan Jabodetabek memicu peningkatan permintaan terhadap jaringan transportasi. Permintaan akan jaringan dan moda transportasi kemudian membentuk koridor perkotaan, termasuk Jakarta-Depok. Berbagai jaringan dan moda transportasi saling terhubung melalui jaringan transportasi lokal yang berkembang. Salah satunya adalah Kereta Rel Listrik (KRL) jalur Manggarai-Depok yang memiliki aktivitas komuter yang tinggi. Keberadaan stasiun transit membutuhkan adanya konektivitas dan aksesibilitas lokal yang baik. Jalur Manggarai-Depok dipilih berdasarkan tingginya jumlah penumpang serta status stasiun yang merupakan stasiun kereta kelas besar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, studi literatur, dan kuesioner. Teknik analisis yang dilakukan adalah teknik analisis spasial deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menitikberatkan pada kajian terhadap tingkat aksesibilitas dan konektivitas kawasan stasiun transit ke titik stasiun sebagai bagian dari jalur transportasi regional KRL Jakarta-Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesibilitas jaringan jalan lokal pada area delineasi dengan radius 800 m dari stasiun sangat tinggi. Sementara itu, jaringan jalan primer yang berupa jalan arteri sekunder memiliki nilai yang tinggi untuk Stasiun Manggarai dan memiliki nilai aksesibilitas sedang untuk Stasiun Depok. Konektivitas yang menghubungkan kawasan delineasi dengan berbagai pusat kegiatan perkotaan pada kawasan yang lebih luas memiliki nilai sangat baik. Dapat dikatakan kedua stasiun transit terhubung dengan baik, baik secara lokal maupun dengan kawasan perkotaan yang lebih luas. Oleh karena itu, aksesibilitas dan konektivitas Stasiun Manggarai dan  Stasiun Depok mampu mendukung pergerakan regional pada koridor perkotaan Jakarta-Depok.
Preferensi Pemilik Unit Perumahan Formal dalam Menentukan Pemilihan Lokasi Bermukim di Sekitar Kawasan Industri Kragilan, Kabupaten Serang Dian Kurnia Ryantari Putri; Hakimatul Mukaromah; Paramita Rahayu
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 5, No 1 (2023)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v5i1.68836.104-117

Abstract

Kecamatan Kragilan merupakan salah satu kecamatan yang diarahkan sebagai pengembangan Kawasan Industri Serang Timur serta kawasan perumahan dan permukiman menurut RTRW Kabupaten Serang Tahun 2011-2031. Arahan pengembangan tersebut dapat dilihat dari adanya industri-industri yang ada di Kecamatan Kragilan dan juga pertumbuhan perumahan formal yang semakin banyak. Adanya kegiatan kawasan industri menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk bermigrasi lalu tinggal dan menetap di Kecamatan Kragilan. Pada kawasan penelitian, terdapat 14 industri yang tersebar di Kecamatan Kragilan dan 18 perumahan formal yang tumbuh tersebar di beberapa desa pada Kecamatan Kragilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prioritas kepentingan aspek pemilihan lokasi bermukim menurut pemilik rumah di perumahan formal di sekitar Kawasan Industri Kragilan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif (skoring skala likert) untuk mengetahui prioritas kepentingan aspek pemilihan lokasi bermukim. Menurut hasil skoring, dengan keberadaan Kawasan Industri di Kecamatan Kragilan, prioritas kepentingan pemilihan lokasi bermukim menurut pemilik rumah di perumahan formal sekitarnya meliputi: (1) kemudahan dalam aksesibilitas; (2) kenyamanan dan kondisi lingkungan fisik; (3) ketersediaan pelayanan sarana dan prasarana; (4) harga hunian; dan (5) kondisi ekonomi.