Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Majalah Sainstekes

Hubungan antara Diameter Optic Nerve Sheath pada Grey Scale Ultrasound dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial pada Pasien dengan Lesi Intrakranial Tatok Rudiharto; Bachtiar Murtala; Sri Asriyani; Mirna Muis; Cahyono Kaelan; Burhanuddin Bahar
Majalah Sainstekes Vol 6, No 1 (2019): JUNI 2019
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.92 KB) | DOI: 10.33476/ms.v6i1.1216

Abstract

The study aims to determine the correlation between diameter of optic nerve sheath on grey scale with increased intracranial pressure in patients with intracranial lesion. The research was conducted in Radiology Department of Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar from January 2019 – May 2019. The sample were 39 people aged ³18 years old with intracranial lesion. Axial computed tomography (CT) examination was performed to evaluate intracranial lesions and the presence of midline shift. The diameter of the optic nerve sheath was measured using eye ultrasonography. Data analyses used Spearman’s correlation test. The results showed that there was a correlation between the dilatation of the right and left optic nerve sheath diameter with midline shift (p value 0.04; p less than 0.05) on the diameter of the right optic nerve sheath showing a weak positive relationship (p value 0.02) for the diameter the optic nerve sheath left showing a medium positive relationship where the higher the midline shift, the wider the diameter of the left and right optical nerve sheath. There is a correlation between the right and left optic nerve sheath diameter (p less than equal 0.001) showing a strong positive relationship where the wider the diameter of the right optic nerve sheath, the wider the diameter of the left optic nerve sheath at high intracranial pressure. Statistically other results also obtained no relationship between dilatation of the diameter of the optic nerve sheath with clinical symptoms of increased intracranial pressure and type of lesion.
Perbandingan Gambaran Ultrasonography Gray Scale dan Doppler Parenkim Hepar Berdasarkan Scoring System dengan Pemeriksaan Fibroscan pada Pasien Hepatitis B Kronik Nur Alam; Sri Asriyani; Bachtiar Murtala; Nikmatia Latief; Burhanuddin Bahar; Nu’man As Daud
Majalah Sainstekes Vol 8, No 2 (2021): DESEMBER 2021
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.734 KB) | DOI: 10.33476/ms.v8i2.2101

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi ultrasonography gray scale (USG) dengan doppler parenkim hati berdasarkan sistem skoring dengan pemeriksaan fibro scan pada pasien hepatitis B kronik. Metode penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang. Penelitian dilaksanakan di Bagian Radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada bulan Juli sampai Desember 2020. Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita virus hepatitis B kronik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel penelitian ini dilakukan pemeriksaan morfologi dan hemodinamik hati dan limpa menggunakan USG Trans abdominal, dilanjutkan dengan penentuan derajat fibrosis berdasarkan Transient Elastography. Data dianalisis secara statistik melalui uji korelasi Spearman jika nilai P lebih kecil dari 0,05. Penelitian ini melibatkan 32 orang, 22 laki-laki (68,8%) dengan rentang usia 25-64 tahun pada penderita virus hepatitis B kronis. Hasil penelitian menunjukan korelasi yang kuat berdasarkan morfologi USG adalah echoparenkim (p value 0,0001, r value 0,793). Permukaan hati (p value 0,010, r value 0,450), ukuran limpa (p value 0,009, r value 0,452), berkorelasi sedang, sedangkan sudut jantung (p value 0,041, r value 0,363) memiliki hubungan yang lemah korelasi. Diameter vena hepatik dan rerata Portal Vein Velocity (PVV) tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan Transient Elastography. Penilaian USG memiliki korelasi yang kuat (p value 0,0001, r value 0,729) dengan derajat fibrosis berdasarkan Transient Elastography
Korelasi Sudut Lumbosakral Berdasarkan MRI Lumbosakral dengan Oswestry Disability Index (ODI Score) pada Degenerative Disk Disease Yuliawati Yuliawati; Muhammad Ilyas; Bachtiar Murtala; Andi Alfian Zainuddin; Cahyono Kaelan; Mirna Muis
Majalah Sainstekes Vol 8, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.728 KB) | DOI: 10.33476/ms.v8i1.1910

Abstract

Pengukuran sudut lumbosacral merupakan salah satu parameter dalam mengevaluasi kemungkinan etiologi dari nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh degenerative disc disease. Oswestry Disability Index (ODI) Score digunakan untuk mengukur disabilitas pada nyeri punggung bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara sudut lumbosakral  berdasarkan MRI Lumbosakral dengan Oswestry Disability Index (ODI) Score pada degenerative disk disease. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilaksanakan di Departemen Radiologi RS dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar mulai bulan Mei sampai September 2020, didapatkan sampel sebanyak 67 pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah dan telah mengisi kuisioner Oswestry Disability Index (ODI) Score serta menjalani pemeriksaan MRI lumbosacral. Pengukuran sudut lumbosacral dilakukan pada irisan mid sagital di work station MRI, derajat degenerative disc disease dinilai berdasarkan klasifikasi Pfirrmann. Metode  yang digunakan adalah uji korelasi Spearman dan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara sudut lumbal lordosis (nilai p adalah 0,014), sudut sacral inclination (nilai p adalah 0,002), sudut sacral horizontal (nilai p adalah 0,034), umur  (nilai p kurang dari 0,0001) dengan degenerative disk disease. Tidak terdapat korelasi antara sudut lumbosacral disc (nilai p adalah 0,250), jenis kelamin (nilai p adalah 0,796), index massa tubuh (nilai p adalah 0,707) dengan degenerative disk disease. Adanya korelasi antara sudut lumbal lordosis (nilai p adalah 0,046), umur (nilai p kurang dari 0,0001), index massa tubuh (p kurang dari 0,0001) dengan ODI score. Tidak terdapat korelasi antara sudut lumbosacral disc (nilai p adalah 0,072), sudut sacral inclination (nilai p adalah 0,090), sudut sacral horizontal  (nilai p adalah 0,143),  jenis  kelamin  (nilai p adalah 0,337)  dengan  ODI   score. Adanya korelasi antara derajat degenerative disk disease dengan derajat ODI score (p kurang dari 0,0001)
Korelasi Derajat Leukoaraiosis dengan Faktor-faktor Risiko Stroke dan Keparahan Stroke Berdasarkan Derajat Klinis pada Pasien Stroke Iskemik Yohanes Irsandy; Sri Asriyani; Bachtiar Murtala; Burhanuddin Bahar; Ashari Bahar; Nurlaily Idris
Majalah Sainstekes Vol 7, No 2 (2020): DESEMBER 2020
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.462 KB) | DOI: 10.33476/ms.v7i2.1702

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi derajat leukoaraiosis berdasarkan CT-Scan kepala dengan faktor-faktor risiko stroke dan keparahan stroke berdasarkan derajat klinis pada pasien stroke iskemik. Metode yang digunakan adalah cross sectional, dilakukan secara retrospektif pada penderita stroke iskemik yang menjalani pemeriksaan CT-Scan kepala di Bagian Radiologi RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar periode Januari 2020 sampai Juli 2020. Sampel sebanyak 46 orang dengan usia lebih dari 40 tahun yang mengalami serangan stroke pertama dengan onset kurang dari 1 bulan. Derajat leukoaraiosis dinilai dengan menggunakan skala Van Swieten dan derajat klinis dinilai dengan menggunakan National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS). Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi bermakna yang sedang dan searah antara derajat leukoaraiosis dan kelompok umur dengan nilai p sebesar 0,004 (kurang dari 0,05) dan nilai r sebesar 0,415. Tidak ada korelasi bermakna antara derajat leukoaraiosis dengan jenis kelamin, hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia dan derajat klinis dengan nilai p masing-masing secara berurutan sebesar 0,146; 0,520; 0,779; 0,185; dan 0,537 (lebih dari 0,05). Namun tampak kecenderungan bahwa pasien dengan hipertensi tidak terkontrol memiliki derajat leukoaraiosis yang lebih berat.