Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PROSES PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL HARDIYANTO HARDIYANTO
Jurnal Administrasi Publik : Public Administration Journal Vol 1, No 1 (2011): Jurnal Administrasi Publik : Public Administration Journal June
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/jap.v1i1.929

Abstract

Sentral atau pentingnya pemimpin yang efektif guna memdukung kebijakan pemerintah pusat, maka pemimpin daerah dalam hal ini adalah pemerintah Kabupaten juga dituntut untuk mampu mengatur dan mengkoordinasikan pegawai secara signifikan. Kondisi yang ada saat ini menuntut aparatur pemerintahan untuk melakukan kinerja yanng optimal agar dapat dihasilkan pelayanan yang baik kepada masyarakat, karena itulah proses penempatan pagawai dalam jabatan sruktural merupakan titik awal dari keberhasilan layanan kepada masyarakat di masa mendatang. Dalam proses pengakatan pejabat struktural, awalnya diolah dalam Beperjakat yang mempuyai tugas pokok memberikan pertimbangan. Dalam memberikan pertimbangan, beperjakat selalu berpedoman kepada aturan yang ada, sehingga calon yang di usulkan semuanya sesuai dengan persyaratan yang ditentukan (PP no.13 Tahun 2002 Pasal 1 Ayat 2). Dengan mempertimbangkan persyaratan  dan sistem administrasi lainnya. Tahap selanjutnya beperjakat mengusulkan 3 calon pejabat berdasarkan skala prioritas kepada Bupati selaku pejabat pembina Kepegawaian. Dengan memperhatikan berita acara uang diserahkan dari beperjakat, kemudian Bupati memutuskan slah satu calon yang akan menduduki jabatan struktural dimaksud. Kewenagan sebagai Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah membuat Bupati dapat melakukan perubahan nama baik sesuai urutan prioritas maupun memilih nama lain di luar calon yang diusulkan Beperjakat.
Perbanyakan Massal Embrio Kalamondin Melalui Teknologi Somatik Embriogenesis Menggunakan Bioreaktor Nirmala Frianti Devy; Farida Yulianti; Hardiyanto Hardiyanto
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 1 (2012): Maret 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n1.2012.p1-7

Abstract

Sejauh ini, penelitian perbanyakan somatik embriogenesis baik untuk penyediaan semaian batang bawah maupun varietas komersial jeruk menghasilkan laju multiplikasi yang relatif lambat. Kombinasi antara perbanyakan melalui metode somatik embriogenesis dengan penggunaan bioreaktor, diharapkan mampu meningkatkan laju produksi kalus embrionik menjadi planlet.  Kajian awal dilakukan menggunakan nuselus Kalamondin (Citrus mitis Blanco) sebagai sumber kalus. Kalus yang dihasilkan diinduksi dan diperbanyak menjadi kalus embrionik dan embrio dengan cara dikulturkan pada shaker (100 rpm) serta bulb bioreactor. Tujuan penelitian ini ialah membandingkan produksi embrio Kalamondin melalui teknologi somatik embriogenesis pada kultur cair menggunakan shaker dan bioreaktor. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, dari September 2008 sampai dengan Desember 2009.  Pada tahapan perbanyakan embrio dengan metode shaker, diperoleh bahwa rerata kemampuan kalus menghasilkan embrio dalam kultur selama 10 minggu ialah 18,12 embrio/g kalus. Dengan kisaran waktu yang sama, total embrio yang dihasilkan 3 g kalus/300 cc media cair di dalam bioreaktor menghasilkan 46 embrio/g kalus atau setara 2,53 kali dibandingkan metode shaker. Embrio yang tumbuh pada bioreaktor dapat berkembang hampir 100% menjadi planlet. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa aplikasi bioreaktor untuk tujuan perbanyakan massal embrio Kalamondin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laju multiplikasinya.ABSTRAKSo far, research on somatic embryogenesis for rootstock and citrus commercial varieties has been faced by low multiplication rate of embryos. Combination of somatic embryogenesis method and bioreactor hypothezed can increase multiplication rate of embryos and improve regeneration of embryogenic calli to produce plantlets.  Kalamondin explants were inducted and proliferated to be embryonic calli and embryos using both shaker (100 rpm) and bulb bioreactor. The aimed of this research was to compare the production of Kalamondin embryos through somatic embryogenesis method on liquid media using shaker and bulb bioreactor. Research was conducted at Tissue Culture Laboratory of Indonesian Citrus and Subtropical Fruit Research Institute from September 2008 to December 2009.  Kalamondin nucelus as a callus source was used in this research. Results of the study indicated that the average of embryos production through shaker technique within 10 weeks of culture incubation was 18.12 embryos/g callus, while application of bioreactor imrpoved embryo productivity up to  46 embryos/g calli (3 g/300 cc media). The multiplication rate using the bioreactor increased up to 2.53 fold compare to shaker method. Results of the study give the real evidence that application of biorector for in vitro mass propagation of Kalamondin embryos had high significant effect on embryo multiplication rate.
Kemampuan Regenerasi Kalus Segmen Akar pada Beberapa Klon Bawang Putih Lokal Secara In Vitro Friyanti Nirmala Devy; Hardiyanto Hardiyanto
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 1 (2009): Maret 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v19n1.2009.p%p

Abstract

ABSTRAK. Regenerasi tanaman bawang putih dapat dilakukan menggunakan kalus sebagai bahan. Namun metodeini dapat juga digunakan untuk perbanyakan, terutama pada produksi tanaman bebas virus. Tujuan penelitian ialahmemperoleh komposisi media yang sesuai untuk pertumbuhan kalus dan regenerasi beberapa klon bawang putih.Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika mulaiMaret 2005 sampai dengan Agustus 2006. Rancangan yang digunakan adalah acak lengkap faktorial dengan 2perlakuan dan 6 ulangan. Induksi kalus dilakukan pada segmen apikal akar bawang putih yang ditanam secara invitro. Persentase jumlah eksplan yang berkalus cukup tinggi, berkisar antara 70-100% pada media MS+0,2 g/l CH +1 ppm 2.4 D maupun media MS + 1 ppm 2.4 D + 0,1 ppm IAA. Meskipun demikian, hanya 2 klon yang memberikanrespons pertumbuhan dan regenerasi kalus yang lebih baik dibandingkan klon lainnya, yaitu Lumbu Kuning danTawangmangu. Pada fase regenerasi menggunakan media MS + 1 ppm kinetin dan MS + 1 ppm IAA + 10 ppm 2-ip,kalus embrionik dari 2 klon tersebut menghasilkan persentase akar yang paling tinggi, masing-masing sebesar 60dan 70% dengan kisaran jumlah akar/eksplan mencapai 2-6 buah. Jumlah planlet berkisar antara 5-10 buah. Padafase perkembangan selanjutnya umbi mikro terbentuk sempurna.ABSTRACT. Devy, N.F. and Hardiyanto. 2009. Regeneration Capacity of Callus-derived from Root Segmentsof Several Local Garlic Clones. The regeneration of garlic using callus as explants is usually used for breedingprogram such as genetic transformation activities. However, this method can also be used as propagation method,especially for virus-free planting maerials. The experiment was carried out at Tissue Culture Laboratory, IndonesianCitrus and Subtropical Fruit Research Institute from March 2005 to August 2006. The experiment was arranged ina factorial randomized complete design with 2 treatments and 6 replications. The callus induction was derived fromgarlic apical root segment via in vitro. The percentage of total explants that produce callus was very high (70-100%)on both medium MS+0.2 g/l CH + 1 ppm 2,4 D and MS + 1 ppm 2, 4 D + 0.1 ppm IAA. Nevertheless, it was only2 clones that gave better callus growth and regeneration responses than others, these were Lumbu Kuning andTawangmangu. On the subculture medium (MS + 1 ppm kinetin and MS + 1 ppm IAA + 10 ppm 2-ip), the percentageof rooted embryogenic callus of both Lumbu Kuning and Tawangmangu were also high, i.e. 60 and 70% respectivelywith 2-6 roots/explant. Shoots grew as a mass, with total shoots number of 5-10 per a mass. Normal micro bulbletswere produced in the next development phase
KONFLIK DALAM BAHASA JAWA Hardiyanto Hardiyanto
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN, EDISI 2,1988,TH.VII
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1048.683 KB) | DOI: 10.21831/cp.v2i2.7571

Abstract

Tulisan ini merupakan kajian deskriptif yang didasari adanya perkembangan teori linguistik. Kerangka teori yang dipakai adalah linguistik struktural. Adapun yang dikaji tentang perubahan-perubahan fonem, fungsi, dan arti. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan pendekatan deskriptif, menunjukkan hasil sebagai berikut: 1. Masalah morfofonemik dipersyarati oleh: a)bunyi yang ada di lingkungannya. Misalnya N- dapat berubah menjadi m-, n-, ng-, ny-, karena bunyi-bunyi tertentu yang ada pada bentuk dasarnya, b) peraturan fonotaktik yang sudah ada, dan yang akan menguasai kata bentukan itu, c) morfem khas yang merupakan perubahan tidak berpola. 2. Setiap konfliks mempunyai fungsi dan arti
Population Dynamic of Scirtothrips dorsalis Hood (Thysanopetera: Thripidae) on Mango and Associated Weeds Under Low and Intensive Agricultural Practices Affandi Affandi; Celia dela Rosa Medina; Luis Rey Ibanez Velasco; Pio Arestado Javier; Dinah Pura Tonelete Depositario; Ellina Mansyah; Hardiyanto Hardiyanto
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 41, No 3 (2019)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v41i3.2316

Abstract

Population dynamic information and its influence factors are basic need for the best insect strategic control. This research objective was to descript and compare thrips S. dorsalis population dynamic on mango and associated weeds under low and intensive cultural practices. Reseacrh was conducted in PT. Trigatra Rajasa mango plantation in Ketowan, Arjasa, Situbondo, East Java, Indonesia from February 2014 to January 2015. The investigation was done through observation of S. dorsalis number associate on each mango growth stages and weeds under the canopy of mango. Arithmetic and descriptive method were applied to ensure the population oscillations pattern among phenological stages of mango and weeds under mango tree canopy. Result showed that population fluctuation of S. dorsalis was determined by growth stages of mango trees and the availability of initial built up of population. Flush growth stage was the most preferred stage which had high input agricultural practices such as fertilizer and tree conditioning and was supported for more numbers of thrips. Weeds Desmanthus leptophyllus, Achalypha indica, Azadirachta indica and Tephrosia vogelii were functioning as breeding habitat for early built-up population on mango trees. Climate factors especially rainfall was also affected population fluctuation of S. dorsalis on mango trees and weeds.
Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Ekspositori dengan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII MTsN 1 Mataram Tahun Ajaran 2014/2015 Hardiyanto Hardiyanto; Susilawati Susilawati; Ahmad Harjono
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT) Vol 1 No 4 (2015): Oktober
Publisher : Department of Physics Education, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1312.276 KB) | DOI: 10.29303/jpft.v1i4.267

Abstract

This research aims to (1) reveal the effect of problem based and expository learning towards physics’ learning outcomes, (2) uncover the effect of students’ science process skill towards physics’ learning outcomes, (3) reveal the interaction between students’ science process skill and their physics’ learning outcomes. This study is a quasi-experimental study applying factorial design 2 x 2. The study was conducted from November 2014 to May 2015.  The population of this research is the whole students of class VIII which comprises of 9 classes in MTS Negeri 1 Mataram. The purposive sampling was chosen as the sampling technique for this study, in which class VIII-8 acted as the experiment class and class VIII-7 as the controlled class. The data collection encompasses data of science process skill, and students’ physics’ learning outcomes (in the cognitive, affective, and psychomotor domains) towards the main material of light. Technique of collecting data of science process and physics’ learning outcomes in affective and psychomotor domains were done by using observation sheet with certain criteria, while cognitive domain was done through the test.  The test instrument has previously been through validity test, reliability test, difficulty level, and discrimination index. The data obtained were firstly tested their normality and homogeneity, then continued by the testing of the hypothesis by using two-way analysis of variance (ANOVA). Data analysis technique was done by using ANOVA 2x2 with different cell. The result of this study shows that (1) problem based and expository learning affects physics’ learning outcomes, (2) students’ science process skill affects their physics’ learning outcomes, and (3) there is no interaction between science process skill and students’ learning outcomes.
Pengaruh Terapi Video Game Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Pre Sirkumsisi Igor Wibya Bintang Pamuja; Wiwit Dwi Nubadriyah; Hardiyanto Hardiyanto
JURNAL CITRA KEPERAWATAN Vol 9 No 2 (2021): JURNAL CITRA KEPERAWATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jck.v9i2.209

Abstract

Kecemasan merupakan hal yang dihadapi anak sebelum melakukan sirkumsisi. Terapi video game dilakukan untuk mengurangi tingkat kecemasan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh terapi video game terhadap tingkat kecemasan anak pre sirkumsisi. Desain penelitian ini yaitu Quasy eksperimental dengan pendekatan two group pre and post ekperimental design. Sampel yang diambil menggunakan teknik Quota Sampling di Klinik KRJ Fasyfini (Ganjaran Sehat) Kecematan Gondanglegi Kabupaten Malang dan Perawat praktek mandiri Bastamil Anwar Azis, S.Kep, Ns Desa Klepu Kecematan Sumbermanjing sebanyak 30 responden. Pengukuran kecemasan menggunakan kuisioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Hasil Uji Mann Whitney saat dilakukan post-test untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai p 0,000 (p<0,05). Hasil tersebut membuktikan bahwa setelah dilakukan terapi video game, hipotesis dapat diterima artinya ada pengaruh pemberian terapi video game terhadap tingkat kecemasan anak pre sirkumsisi.
“WHAT DOES THE BARRIERS OF BEING A LAYPERSON IN COMMUNITY AND MENTAL HEALTH MEAN?” A PHENOMENOLOGICAL APPROACH Dedi Kurniawan; Galuh Kumalasari; Frastiqa Fahrany; Hardiyanto Hardiyanto; Ratna Roesardhyati
Indonesian Journal of Health Care Management Vol 2, No 1 (2021): Indonesian Journal of Health Care Management
Publisher : STIKes Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36053/ijohcm.v2i1.13

Abstract

The treatment of mental health problems has changed over from hospitalbased to community-based psychiatric services. They focused not only on medication but also emphasized more on prevention and promotion. This strategy was carried out not only by health workers but also by laypersons from community empowerment. Laypersons have experienced difficult conditions and problems, such as the possibility of experiencing role conflict, fatigue, physic, and verbal abuse. Those a challenge and pressure that often affects laypersons as a pioneer of the mental health community. The purpose of this study was to explore the barriers of laypersons in the mental health community in Malang, Indonesia. The research design used was qualitative with an interpretive phenomenological approach. The data collecting using indepth interviews with semi-structured interview guides involving twelve laypersons who participated in this study. Laypersons were interviewed individually and asked this single question: What does the barriers experience of being a layperson of community mental health empowerment mean? Participant's descriptions were analyzed using Interpretive Phenomenology Analysis (IPA). Six categories emerged from data analysis: (i) moral and material community support; (ii) limited facilities and infrastructure; (iii) sense of belonging; (iv) feel exploited; (v) sense of purpose and (vi) tough. The findings suggest that each individual has unique barriers’ experiences of being laypersons in the community. In conclusion, the layperson's lack of motivation and sense of responsibility was a big barrier to improving mental health services in the community, it's tougher when they have less support from all community sectors.
PROSES PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL HARDIYANTO HARDIYANTO
Jurnal Administrasi Publik (Public Administration Journal) Vol. 1 No. 1 (2011): Jurnal Administrasi Publik : Public Administration Journal June
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/jap.v1i1.929

Abstract

Sentral atau pentingnya pemimpin yang efektif guna memdukung kebijakan pemerintah pusat, maka pemimpin daerah dalam hal ini adalah pemerintah Kabupaten juga dituntut untuk mampu mengatur dan mengkoordinasikan pegawai secara signifikan. Kondisi yang ada saat ini menuntut aparatur pemerintahan untuk melakukan kinerja yanng optimal agar dapat dihasilkan pelayanan yang baik kepada masyarakat, karena itulah proses penempatan pagawai dalam jabatan sruktural merupakan titik awal dari keberhasilan layanan kepada masyarakat di masa mendatang. Dalam proses pengakatan pejabat struktural, awalnya diolah dalam Beperjakat yang mempuyai tugas pokok memberikan pertimbangan. Dalam memberikan pertimbangan, beperjakat selalu berpedoman kepada aturan yang ada, sehingga calon yang di usulkan semuanya sesuai dengan persyaratan yang ditentukan (PP no.13 Tahun 2002 Pasal 1 Ayat 2). Dengan mempertimbangkan persyaratan  dan sistem administrasi lainnya. Tahap selanjutnya beperjakat mengusulkan 3 calon pejabat berdasarkan skala prioritas kepada Bupati selaku pejabat pembina Kepegawaian. Dengan memperhatikan berita acara uang diserahkan dari beperjakat, kemudian Bupati memutuskan slah satu calon yang akan menduduki jabatan struktural dimaksud. Kewenagan sebagai Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah membuat Bupati dapat melakukan perubahan nama baik sesuai urutan prioritas maupun memilih nama lain di luar calon yang diusulkan Beperjakat.
Peningkatan Kemampuan Korespondensi Melalui Pendampingan Pembuatan Proposal Kegiatan Aria Mulyapradana; Ary Dwi Anjarini; Marhamah Marhamah; Hardiyanto Hardiyanto; Dita Oktaviana; Yulia Khairunisa; Asyoratun Asyoratun; Winarsih Winarsih; Wahyu Lestari
ALKHIDMAH: Jurnal Pengabdian dan Kemitraan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2023): April : Jurnal Pengabdian dan Kemitraan Masyarakat
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nurul Qarnain Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59246/alkhidmah.v1i2.275

Abstract

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini yakni untuk membantu mitra dalam meningkatkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun proposal kegiatang yang baik dan benar. Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari yakni tanggal 25 dan 26 Februari 2023 yang diselenggarakan di Aula SMAN 1 Talun Kabupaten Pekalongan sebanyak 25 peserta pelatihan. Ada tiga tahapan dalam kegiatan ini yakni melakukan identifikasi permasalahan pada mitra, pelaksanaan kegiatan dan pendampingan dalam penyusunan proposal kegiatan. Hasil dari kegiatan ini adalah peserta sangat antusias dan terbantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh mtra sehingga mitra dapat membuat proposal kegiatan dengan baik dan benar sehingga berdampak pada terlaksananya kegiatan dan memperoleh pendanaan yang dibutuhkan untuk kegiatan. Disamping itu, kegiatan ini dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta keterampilan dari mitra untuk membuat korespondensi bisnis yang baik dan benar.