Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENGEMBANGAN HUKUM PERUSAHAAN MODAL VENTURA DAN PERUSAHAAN RINTISAN DIGITAL Awaludin Marwan; Amalia Syauket
Jurnal Adhikari Vol. 2 No. 3 (2023): Jurnal Adhikari
Publisher : Citra Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53968/ja.v2i3.79

Abstract

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang meningkat pesat. Perusahaan rintisan digital bermunculan, sebagian menjadi raksasa perusahaan teknologi dan dijadikan rujukan regional dan internasional. Namun ada satu elemen yang banyak terlupakan dalam pembangunan ekosistem perusahaan rintisan digital ini. Perusaan Modal Ventura (PMV) sebagai satu elemen kunci perlu mendapatkan perhatian besar. Tanpa PMV ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia sulit bisa dimaksimalkan. Tulisan ini akan membahas posisi hukum PMV saat ini dan rekomendasi pembaharuannya di masa depan. Berkaitan dengan stimulasi peningkatan jumlah PMV yang terdaftar di otoritas, norma penyertaan dan permodalan, insentif pajak, termasuk memilih pasangan usaha (perusahaan rintisan digital) ini perlu terus dikembangkan. Apa dan bagaimana sejarahnya hukum PMV di Indonesia juga dibahas dalam tulisan ini. Kata Kunci: Perusahaan Modal Ventura, Perusahaan Rintisan Digital
Asas Praduga Tidak Bersalah dan Sistem Hukum Pembuktian di Indonesia amalia syauket; Fransiska Novita Eleanora
Jurnal Ilmiah Raad Kertha Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Mahendradatta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47532/jirk.v6i1.724

Abstract

Asas Praduga Tidak Bersalah yaitu setiap orang dalam proses dari suatu perkara pidana tidak dapat dinyatakan bersalah yang menganggap bahwa seseorang yang menjalani suatu proses dari pemidanaan tetap tidak dinyatakan bersalah sehingga harus dihormati akan hak-haknya sebagai warga negara sebagaimana atau selayaknya orang yang tidak bersalah sebelum ada putusan dari pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht), yang menyatakan bersalah. Dan dalam menyatakan seseorang bersalah atau sebagai terdakwa harus adanya minimal 2 (dua) alat bukti yang didapatkan ditambah dengan adanya keyakinan hakim yang menjadikan dasar dari suatu pertimbangan dalam memutuskan adanya perkara. Pelaksanaan dalam penerapan adanya alat bukti dikarenakan sesuai dengan adanya sistem pembuktian yang dianut di Indonesia yaitu yang didasarkan pada undang-undang secara negatif (negatief wettelijk bewijstheorie) sesuai dengan ketentuan Pasal 184 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang terdiri dari keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Metode yang digunakan yaitu yuridis normatif dengan menelaah teori-teori, konsep-konsep, serta asas hukum dan juga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
Regional Head Of Women, Participation Or Exploitation? (The Phenomenon Of Airin-Ana And Haryanti In The Maelstrom Of Political Dynasties & Local Oligarchy) Amalia Syauket
Eduvest - Journal of Universal Studies Vol. 1 No. 11 (2021): Journal Eduvest - Journal of Universal Studies
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1914.67 KB) | DOI: 10.59188/eduvest.v1i11.263

Abstract

Pilkada after pilkada continue to roll and are still dwelling on the same pattern of problems from the previous Pilkada which actually experienced a significant increase in the journey of regional heads who came from the Political Dynasty. When viewed by gender, in the 2020 Simultaneous Pilkada it can be seen that 57 women = 10.7%, of which 29 are female candidates who are wives of the previous regional head. This qualitative research prioritizes secondary data sources with 4M writing techniques, namely Describing, Analyzing, Concluding and Describing the phenomenon of Airin Rachmy Diany as Mayor of South Tangerang, Ana Sophanah as Regent of Indramayu and Haryanti as Regent of Kediri who are in the vortex of political dynasties & oligarchy, with big questions. Is this a form of participation or exploitation? Based on this phenomenon, it can be concluded that both Airin Rachmy Diany and Ana Sophanah and also Haryanti have been exploited by oligarchs who are in-laws, or husbands in order to strengthen political dynasties and oligarchic networks in their respective regions, rather than in the form of political participation themselves. As a Regional Head, he is exploited for the defense industry his power is also correlated with the defense of wealth which makes him not independent in running the wheels of government in the region. The influence of male masculinity or family power still prevails in the government even if the position of the wife or daughter is higher than that of her father or husband as members of ordinary society.
INOVASI BIROKRASI PEMERINTAHAN ANTI KORUPSI BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (MELIHAT KEBIJAKAN E-PROCUREMENT) Syauket, Amalia; Poedji Lestari, Sri; P Simarmata, Rajanner
Jurnal Manajemen Publik dan Kebijakan Publik (JMPKP) Vol. 2 No. 2 (2020): Jurnal Manajemen Publik dan Kebijakan Publik (JMPKP)
Publisher : Program Studi Administrasi Publik Universitas Muhamamdiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.717 KB)

Abstract

Until the end of 2019, Indonesia's ranking in the anti-corruption institution was still in a stagnant position, it had not moved significantly in its ranking. The ranking is based on the aspect of the ease of investing in a country. Factors that have a significant effect on the high and low rankings of Indonesia are Indonesia's bureaucracy and corruption. Various bureaucratic pathologies have made the bureaucracy ineffective and inefficient in carrying out government functions. Since the reign of President Sukarno to President Joko Widodo, corruption in Indonesia has continued from Sabang to Merauke, therefore the commitment to eradicate corruption in Indonesia is very important .. The manifestation of the Indonesian Government's commitment to eradicating corruption is to make enough laws and regulations in Indonesia, but corruption is still rampant because there are still legal loopholes that corruptors can abuse to get out of legal traps. The Indonesian government has made various efforts to eradicate corruption, one of which is by establishing an Anti-Corruption Agencies. Then in the era of globalization which is characterized by digitalization, the Government has also taken to eradicate corruption, which is getting more massive both from its impact and from its actors. This shows that efforts to eradicate corruption are in line with advances in information technology, especially based on communication technology (e-Gov). This study was conducted qualitatively using a variety of secondary materials in the form of literature and internet sources compiled descriptively, with the aim of increasing new understanding of how to eradicate corruption through electronic government, as a solution to preventing corruption so that Indonesia's competitiveness improves
Efforts To Eradicate Narcotics In The National Police: A Case Study Of Teddy Minahasa Edi Saputra Hasibuan; Amalia Syauket
International Journal of Social Service and Research Vol. 3 No. 4 (2023): International Journal of Social Service and Research (IJSSR)
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/ijssr.v3i4.346

Abstract

Narcotics are still the enemy of all civilizations around the world, this war that is still raging indefinitely takes a lot of time, energy, and thought. The real threat from the existence of narcotics clearly lurks all levels of society without exception, as well as the law enforcement of this country. The case of a National Police official, Inspector General Teddy Minahasa, is concrete evidence that no one escapes the temptation of narcotics and all the benefits provided by drug trafficking. Drug abuse and irregularities in its handling have reached an alarming stage, in this case the existence of drug evidence that was then used for resale by Teddy Minahasa who served as a two-star general, provides a new test for the National Police. This paper will highlight how legal handling through related laws and regulations, facts on the ground through case examples, and what steps have been taken by the National Police institution in suppressing and eradicating abuse and irregularities related to narcotics in their own bodies, of course this is very important considering they are law enforcers where public trust in the state is on the shoulders of this institution.
Jual Beli Jabatan Sebagai Area Rawan Korupsi Menggangu Reformasi Birokrasi Amalia Syauket; Kardinah Indrianna Meutia
Jurnal Hukum Sasana Vol. 9 No. 1 (2023): June 2023
Publisher : Faculty of Law, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31599/sasana.v9i1.2425

Abstract

Bahasa peyoratif bahwa semua urusan musti uang tunai, walaupun menyakitkan tetapi sangat tepat untuk menggambarkan kondisi pelayanan public di era otonomi daerah yang masih belum optimal termasuk dalam pengadaan Aparatur Sipil Negara. Fenomena masih maraknya jual beli jabatan dan dagang pengaruh sangat berbeda dengan tuntutan dan dinamika masyarakat yang mengarah ke digitalisasi administrasi pelayanan dan transparansi. Kesenjangan tersebut yang menumbuhkan peluang pelayanan public berbayar termasuk dalam pengangkatan pejabat tinggi di Pemerintahan. Birokrasi harus dibayar agar berjalan dan bergerak sesuai dengan keinginan masyarakat . Kondisi serba berbayar sangat mengganggu jalannya reformasi birokrasi yang dicanangkan sejak tahun 2004 dengan pilar utamanya good & clean governance.  Area jual beli jabatan merupakan Area Rawan Korupsi Kepala Daerah. Penelitian ini bertujuan mencari tahu, apa yang menyebabkan masih maraknya praktek jual beli jabatan ? Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab utama maraknya jual beli jabatan karena proses seleksi pegawai dilakukan secara tertutup (non-meritokrasi) dan adanya intervensi politik di dalam manajemen Aparatur Sipil Negara misalnya dalam pengisian jabatan cenderung melihat keaktifan pegawai dalam keterlibatan dalam Pilkada, hubungan-hubungan pertemanan, kekeluargaan, dan hubungan politik .
PENYULUHAN HUKUM SEBAGAI UPAYA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UBHARA JAYA AGAR TERHINDAR DARI HUMAN SECURITY DI DESA SRIAMUR TAMBUN UTARA BEKASI Amalia Syauket
Abdi Bhara Vol 2 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31599/abhara.v2i1.2458

Abstract

Desa Sriamur Tambun Utara Bekasi yang menjadi mitra lokasi kuliah kerja nyata kami, merupakan salah satu desa berstatus Desa yang maju. Sehingga, tata kelola pemerintahannya sudah Baik. Namun demikian, secara Geografis, Desa Sriamur yang masuk dalam Wilayah Kabupaten Bekasi, merupakan daerah penyangga terhadap Kota Jakarta dengan karakteristik kawasan Industri yang lekat dengan permasalahan perburuhan, pendidikan masyarakat yang rendah dibawah indeks pembangunan manusia nasional, yang berdampak pada banyaknya pernikahan usia dini, maraknya kekerasan dalam rumah tangga, korban pinjaman online dan perdagangan orang. Disamping itu dampak yang lain berupa tingginya tingkat tawuran dan penyalah gunaan narkotika di kalangan generasi muda yang kesemuanya merupakan ancaman sehari-hari yang dihadapi masyarakat Desa Sriamur dalam kehidupannya. Program kuliah kerja nyata mahasiswa Fakultas Hukum UBJ telah berlangsung selama satu bulan di akhir tahun 2022 pada tahun akademik 2022/2023 dengan melakukan program kegiatan phisik dan non-phisik sebagai Upaya agar terhindar dari human security dengan tingkat kepuasan masyarakat diatas 90%.
Meaningful Participation Dalam Pembentukan Perundang-Undangan Sebagai Upaya Membangun Open Governance Bambang Karsono; Amalia Syauket
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.921 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v8i3.11469

Abstract

Meaningful participation kembali hangat dibicarakan akhir-akhir ini terkait dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Meaningful participation ditandai dengan melekatnya kewajiban bagi pembentuk undang-undang untuk mempertimbangkan dan menanggapi masukan atau saran masyarakat,. Karena peraturan perundang-undangan yang berlaku dewasa ini dianggap tidak memenuhi kebutuhan masyarakat. tidak memberikan ruang partisipasi kepada masyarakat secara maksimal. Hal tersebut ditandai dengan ketidakpuasan beberapa pihak yang berupaya menangguhkan keberlakuannya melalui Judicial Review. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yakni mengapa meaningful participation begitu signifikan pengaruhnya dalam pembentukan perundang-undangan ? penelitian ini masuk dalam ranah ilmu pemerintahan sebagai upaya membangun Open Governance. Dengan mengutamakan data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, buku dan jurnal ilmiah, serta data faktual yang sesuai dengan topik yang diangkat.Hasil penelitian ini menerangkan bahwa meaningful participation begitu signifikan pengaruhnya dalam pembentukan perundang-undangan karena dengan dilakukannya partisipasi secara maksimal bermakna bahwa produk peraturan perundang-undangan memenuhi kualitas secara formil maupun materil serta diawasi oleh public dalam tata kelola pemerintahannya- transparansi dalam proses pembentukan perundang-undangan dan mendapatkan legitimasi masyarakat serta manifestasi penegakkan kedaulatan rakyat.
LEGAL PROTECTION FOR PERPETRATORS OF MINOR ENVIRONMENTAL CRIMES Priska Deianeira Kulape; Amalia Syauket; Rama Dhianty
Journal of Social Research Vol. 3 No. 1 (2023): Journal of Social Research
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/josr.v3i1.1932

Abstract

Supreme Court Regulation Number 02 of 2012 concerning Adjustment of the Limits of Light Criminal Acts and the Amount of Fines was created with the intention of facilitating law enforcement, especially judges, to administer justice in the cases they adjudicate. However, in practice, restorative justice with ADR methods has not been optimally applied to light criminal acts. One of the areas with the most disparities is the issue of light criminal acts in the field of the environment. Therefore, this research aims to determine what constitutes light criminal acts in the field of the environment and to understand the legal protection for perpetrators of light criminal acts in the field of the environment. The research method used is a normative juridical method using secondary legal sources. The results of the study indicate the scope of light criminal acts in the field of the environment. Criminal acts regulated in Law Number 32 of 2009 concerning Environmental Protection and Management are specified in Articles 41 to 44 of Law Number 32 of 2009. If there is minor theft for environmental results, the Criminal Code must also be considered as the legal framework specifically regulating theft (lex specialis derogat legi generali). Legal protection for perpetrators of light criminal acts in the field of the environment must align with the goals of criminalization, with sociological, ideological, and juridical-philosophical approaches, based on the fundamental assumption that criminal acts disrupt the balance, harmony, and coherence in community life
Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Ditinjau dari Perspektif Dampak Serta Upaya Pemberantasan Dwi Atmoko; Amalia Syauket
Binamulia Hukum Vol. 11 No. 2 (2022): Binamulia Hukum
Publisher : Fakultas Hukum, Universitas Krisnadwipayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37893/jbh.v11i2.301

Abstract

Korupsi di Indonesia bukan lagi sebagai masalah baru dalam persoalan hukum bagi suatu negara karena masalah korupsi telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Bahkan masalah perkembangan korupsi di Indonesia saat ini sudah demikian parahnya dan menjadi masalah yang luar biasa karena sudah menjangkit dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Tindak pidana korupsi pada zaman dahulu diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang karena dinamika yang berkembang dalam masyarakat, maka selanjutnya peraturan tersebut mengalami perubahan di mana lebih kepada bersifat khusus atau lex specialis yang selanjutnya kemudian diatur untuk pertama kali dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Perubahan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam perjalanannya kegiatan korupsi dilakukan oleh para pemegang kekuasaan tertinggi yang memiliki jabatan, yang mana jabatan tersebut kebanyakan merupakan hasil dari pemenang pemilu dalam suatu partai. Dalam UU PTPK. dinyatakan bahwa orang yang melakukan korupsi harus mengganti kerugian negara, dikarenakan dampak ekonomi dan sosial suatu wilayah yang ditimbulkannya pada keuangan negara. Pada perjalanannya penambahan vonis penjara bagi para koruptor yang berat tentu saja memberikan efek jera bagi para pelaku korupsi, yang di mana dengan hal tersebut diharapkan tindak pidana korupsi dapat berkurang.