Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Christian Religious Education Toward The Teenagers Character Building Sutrisno Sutrisno; Peni Hestiningrum; Marthin Steven Lumingkewas; Bobby Kurnia Putrawan
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 5, No 2 (2021): July 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.294 KB) | DOI: 10.46445/ejti.v5i2.330

Abstract

The purpose of this study was to analyze the influence of Christian Religious Education on changes in the character of teenagers at GBI Bukit Sion Kelapa Gading. This study uses a quantitative survey research methodology by using a statistical regression analysis technique. The data collection technique used a Likert scale with four answer choices distributed to 40 teenagers in this study. The data processing results show a correlation between the variables of Christian Religious Education and Teenagers Character Building of 0.486 or 48.6%. This means that Christian Religious Education has a positive role in changing the character building of teenagers at GBI Bukit Sion Kelapa Gading. ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Pendidikan Agama Kristen terhadap perubahan karakter remaja di GBI Bukit Sion Kelapa Gading. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif survey dengan menggunakan teknik analisis statistika regresi. Teknik pengumpulan data menggunakan skala likert empat pilihan jawaban yang dibagikan kepada 40 remaja yang menjadi responden penelitian ini. Hasil pengolahan data menunjukkan ada korelasi antara variabel Pendidikan Agama Kristen terhadap Pembentukan Karakter Remaja sebesar 0,486 atau 48,6 %. Artinya bahwa Pendidikan Agama Kristen memiliki peran  yang positif dalam perubahan pembentukan karakter remaja di GBI Bukit Sion Kelapa Gading.
Social Dialog as a Model of Mission in Plural Society Timotius Timotius; Sutrisno Sutrisno; Bobby Kurnia Putrawan
SANCTUM DOMINE: JURNAL TEOLOGI Vol 11 No 2 (2022): June
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Nazarene Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46495/sdjt.v11i1.116

Abstract

This study was conducted to answer the criticism of the dialogue process in a pluralistic society. There is a dualism that separates mission and dialogue (social dialogue and spiritual dialogue). In this regard, there is a concern that social dialogue will have a missiological tendency which will affect the faith of others. Thus, there is no need for social dialogue. This article aims to explain that social dialogue is not harmful because social dialogue does not always affect one's faith. On the other hand, social dialogue can be an important model in this plural society. The study in this study was conducted using a qualitative descriptive method with a literature research approach. The research was conducted by investigating primary and secondary sources to find out the esense of social dialogue. The results of this study show that social dialogue is not harmful because social dialogue is an unavoidable fact. The incarnation of Christ forms the basis of dialogue for Christians to live in the midst of pluralism
Tinjaun Kritis Terhadap khotbah Jonathan Edwards: Sinners in the Hands of an Angry God Timotius Timotius; Sutrisno Sutrisno
JURNAL LUXNOS Vol. 8 No. 1 (2022): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI JUNI 2022
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v8i1.174

Abstract

Abstract: Jonathan Edwards' sermon, with the theme Sinners in the Hands of an Angry God, received a negative response from scholars. They said Edwards' sermon was sadistic and frightening because hell is the most important element in Edwards’ theology. Therefore, the author uses qualitative methods, especially literature review. The author will explore primary and secondary sources to see if Edwards’ concept of hell is the most critical element in Edwards' theology. As a result of this discussion, the writer will show that the concept of hell is not the most critical element in Edwards’ theology because Edwards also has the concept of the glory of God, the sovereignty of God, the love of God, and heaven and the majesty of Christ. The author hopes that this article will clear up the misunderstanding of Edwards. Abstrak: Khotbah Jonathan Edwards, dengan tema Sinners in the Hands of an Angry Godmendapat respons negatif dari pada sarjana. Mereka mengatakan bahwa khotbah Edwards merupakan khotbah yang sadis dan menakutkan, mereka juga menganggap bahwa neraka merupakan elemen paling utama dalam teologi Edwards.Penulis mengunakan metodeliteratur dalam penelitian ini dengan cara menelusuri sumber-sumber primer dan sekunder untuk melihat apakah benar bahwakonsep neraka merupakan elemen paling utama dalam teologi Edwards. Hasil dari pembahasan ini, penulis akan memperlihatkan bahwa konsep neraka bukan elemen paling utama dalam teologi Edwards, karena Edwards juga mempunyai konsep tentang kemuliaan Allah, kedaulatan Allah, kasih Allah,surga dan keagungan Kristus. Penulis berharap tulisan ini akan meluruskan kesalahpahaman terhadap Edwards.
Pendampingan Metode Menggambar, Mewarnai, dan Mengecat Pada Guru Dalam Meningkatkan Motorik Anak di PAUD Kemah Kasih Pademangan Barat, Jakarta Utara Pieter Anggiat Napitupulu; Bobby Kurnia Putrawan; Sutrisno Sutrisno
Jurnal ABDI: Media Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/ja.v6n2.p140-146

Abstract

Profesional dan kualitas guru PAUD berpengaruh pada kualitas siswa, termasuk didalamnya adalah motorik siswa. Dengan demikian, diperlukan peningkatan profesionalisme dan kualitas guru PAUD dalam mengajar dan dalam hal ini adalah metode pembelajaran. Berkenaan dengan peningkatan motorik siswa, maka guru PAUD perlu dibekali dan ditingkatkan metode pembelajaran yang tepat dan kreatif. Beberapa metode pembelajaran yang berkaitan dalam peningkatan motorik siswa adalah menggambar, mewarnai, dan mengecat. Metode yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah dengan pendampingan. Hasil dari kegiatan ini adalah meningkatnya motorik siswa di PAUD Kemah Kasih. Peningkatan motorik siswa berdampak pada meningkatknya fokus atau konsentrasi, kesabaran, keterampilan, emosi, ketaatan, ketepatan dalam mengisi obyek, disiplin, kreatifitas, pantang menyerah (menyelesaikan tugas sampai selesai) pada siswa PAUD Kemah Kasih. Professional and quality of early childhood teachers have an effect on the quality of students, including students' motor skills. Thus, it is necessary to increase the professionalism and quality of PAUD teachers in teaching and in this case is the learning method. With regard to improving student motor skills, PAUD teachers need to be equipped and enhanced with appropriate and creative learning methods. Several learning methods related to improving students' motor skills are drawing, coloring, and painting. The method used in this community service activity is assistance. The result of this activity was the improvement of the students' motor skills at the Kemah Kasih PAUD. The increase in student motoric has an impact on increasing focus or concentration, patience, skill, emotion, obedience, accuracy in filling objects, discipline, creativity, never giving up (completing assignments to completion) in Kemah Kasih PAUD students.
Kegiatan Belajar dan Mengajar secara Digital dengan Konsep Hybrid Learning di Sekolah Terpadu Pahoa Diana Tjoeng; Sutrisno Sutrisno; Christiani Hutabarat; Bobby Kurnia Putrawan
DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Duta Harapan Vol 4, No 2: Desember 2021
Publisher : STIPAK Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32490/didaktik.v4i2.84

Abstract

The Covid-19 pandemic has changed the order of people's lives in all aspects of life, one of which is in the world of education, especially in the world of Christian Religious Education. The face-to-face learning model has now turned into distance learning or also known as online learning. Looking at the current development of education, the researcher observes that blended learning or hybrid learning systems can be applied in the learning process. This research was conducted at the Pahoa Integrated School. The approach in this study uses a qualitative approach. The data is taken by looking directly through online and face-to-face teaching and learning activities so that definite data can be obtained. The results of this study found that digital teaching and learning activities with the concept of Hybrid Learning were good. For example, in school, teachers improve their ability to master technology because all learning is done using digital learning technology. The parents received a good response, especially for busy parents who did not have time to accompany students to study at home and for students to have the opportunity to return to learning to socialize and explore themselves with friends at school, even if only for a short time given the restrictions. The number of students in the class and the limitation of learning time in the class. AbstrakMasa Pandemi Covid-19 berdampak merubah tatanan kehidupan masyarakat dalam segala aspek kehidupan salah satunya dalam dunia pendidikan, terlebih khusus nya terhadap dunia Pendidikan Agama Kristen. Model pembelajaran dilakukan secara tatap muka kini berubah menjadi pembelajaran jarak jauh atau disebut juga pembelajaran dalam jaringan (daring/online). Melihat perkembangan Pendidikan sekarang ini maka peneliti mengamati bahwa sistem pembelajaran blended learning atau hybrid learning dapat di terapkan dalam proses pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Terpadu Pahoa. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data diambil dengan melihat secara langsung melalui kegiatan belajar mengajar online dan tatap muka sehingga dapat di peroleh data yang pasti. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kegiatan belajar mengajar digital dengan konsep Hybrid Learning adalah baik. Misalnya dari pihak sekolah, para guru meningkatkan kemampuan dirinya dalam menguasai teknologi karena semua pembelajaran dilakukan menggunakan teknologi pembelajaran digital. Pihak orangtua mendapatkan tanggapan dan respon yang baik terlebih lagi bagi para orangtua yang sibuk tidak sempat menemani siswa untuk belajar di rumah, dan bagi siswa mendapatkan kesempatan kembali untuk belajar bersosialisasi dan mengeksplorasi dirinya bersama teman-teman di sekolah sekalipun hanya dalam waktu singkat mengingat adanya pembatasan jumlah siswa didalam kelas dan pembatasan waktu pembelajaran didalam kelas. 
Peran Gereja Bagi Pendidikan Agama Kristen Remaja: Suatu Pendidikan Transformasi Sosial Andreas Bayu Krisdianto; Amos Neolaka; Sutrisno Sutrisno
Regula Fidei : Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 6, No 2: September 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46307/rfidei.v6i2.126

Abstract

Pendidikan Agama Kristen adalah penggerak untuk pertumbuhan kerohanian remaja.  Pendidikan Agama Kristen berperan sebagai pengerak pertumbuhan kerohania remaja menuju dewasa. Gereja adalah wadah yang dapat memberikan Pendidikan Agama Kristen yang berkualitas guna tumbuh kembangnya kerohanisan remaja. Gereja seringkali melupakan bagaimana seharusnya bertindak dan memiliki peran aktif dalam setiap kehidupan jemaat. Gereja sudah seharusnya memberikan dukungan penuh terhadap pelayanan remaja sebab dari mereka nanti yang akan meneruskan perjuangan kita dimasa yang akan datang. Gereja yang berkualitas dengan Pendidikan Agama Kristen yang berkualitas akan melahirkan remaja yang berkualitas kedepannya.
The Actualization of the Principles of Missionary Work According to 1 Corinthians 9:19-23 Daniel Lindung Adiatma; Sigit Wijoyo; Sutrisno Sutrisno
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 6, No 2 (2022): July 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46445/ejti.v6i2.448

Abstract

The issue of Christianity and the local culture has been a discussion that continues to flourish. The issue of the challenge of preaching the Gospel, which was considered incompatible with the spirituality of the local community, has been contested since the first century. Paul, as an apostle, faced the challenge of preaching the gospel because of the exclusivity of early Christianity. This article is aimed at explaining Paul's teachings in 1 Corinthians 9:1-23 from a missiological point of view. This article is aimed at describing how Paul carried out his missionary work in a society of diverse cultures and spiritualities. The author intends to explain it through an exegesis that emphasizes the passage's historical, grammatical, and contextual aspects. Missionary work is a noble task from God. Cultural diversity requires missionaries to be flexible with cultural conditions without compromising the values of biblical theology. The mission does not have to uproot a person from his or her culture but can provide a new interpretation of that culture according to Christian truth. While giving new meaning to culture, the material of the mission must be Christocentric. Flexibility to local culture can reduce the level of resistance from local communities.
ALLAH TRITUNGGAL, TAUHID, DAN FIRMAN ALLAH:: Dialog Kristen dan Muslim Santoso *; Sutrisno *; Bobby Kurnia Putrawan
VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia Vol. 5 No. 2 (2022): Vidya Wertta: Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia
Publisher : FAKULTAS ILMU AGAMA DAN KEBUDAYAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/vw.v5i2.3357

Abstract

Seringkali perdebatan mengenai Allah Tritunggal, yang menganggap orang Kristen mempercayai adanya tiga Allah, di sisi lain penganut Islam yakin bahwa hanya ada satu Allah (tauhid). Perdebatan ini terjadi karena kesalahpahaman yang mendasar, iman Kristen tidak pernah percaya adanya tiga (atau lebih) Allah, melainkan hanya Allah yang esa. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis konsep Teologis untuk menelaah perbedaan pengertian antara Allah Tritunggal Kristen dan Tauhid Islam, sekaligus meluruskan kesalahpahaman yang sudah, sedang, dan mungkin, akan terjadi. Perbedaan dan variasi tafsir dari para pemuka masing-masing agama seringkali mempertajam masalah ini. Pada akhirnya, dogma Allah Tritunggal bukanlah menjelaskan berapa jumlah Allah, tetapi lebih menjelaskan bagaimana keberadaan Allah yang Esa itu. Itulah pentingnya memahami iman Kristen yang dipercayai sepanjang segala abad.
MODERASI BERAGAMA DI INDONESIA: Kajian Tentang Toleransi Dan Pluralitas Di Indonesia Juli Santoso; Timotius Bakti Sarono; Sutrisno Sutrisno; Bobby Kurnia Putrawan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.167

Abstract

The reality of progress which is the wealth of the nation has been misinterpreted by religious groups that divide the nation. The reality today is that religion has become a commodity that exploits "bottenless" substandard morality like barbarians who are as violent as early humans. Spiritual leaders should not use the congregation as a commodity for self-popularity and hedonism, on the contrary, church leaders should make God's people truly have an attachment to God and not this world. Religious moderation is to minimize violence against different beliefs. This article aims to offer religious moderation that builds tolerance and plurality in Indonesia. Realitas kemajukan yang merupakan kekayaan bangsa sudah disalahartikan oleh kelompok agamis yang memecah belah bangsa. Realitas saat ini agama menjadi komoditas yang mengeksplotasi moralitas yang “bottenless” dibawah standar bagaikan bar-bar yang beringas seperti manusia purba. Para pemimpin rohani seharusnya tidak memanfaatkan jemaat sebagai komoditas popularitas diri dan hidup hedon sebaliknya pemimpin gereja harus membuat umat Tuhan sungguh-sungguh memiliki kemelekatan dengan Tuhan bukan dunia ini. Moderasi agama adalah meminimalis akan kekerasan terhadap kepercayaan yang berbeda. Artikel ini bertujuan menawarkan moderasi beragama yang membangun toleransi dan pluralitas di Indonesia.
Pendidikan Agama Kristen bagi Anak dalam Gereja: Tantangan dan Solusi Novida Dwici Yuanri Manik; Amos Neolaka; Sutrisno
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 12 No. 2 (2022): Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v12i2.63

Abstract

Abstract: Christian religious education is a necessity for all age groups, including children. Instead, Christian Religious Education should be taught as early as possible for the good of the child in the future. The church is one of the places for children to get a Christian education, and the church is one of the main places for children to learn about Christianity. But unfortunately, sometimes the church forgets to pay attention to this need so the children's group becomes a little sidelined and only focuses on activities for adults. Even though there are so many ways to introduce Christian Religious Education to children in the church. Children are the future of the church; therefore, this age group should receive the same attention as other age groups. Therefore, the church must strive for the continuity of Christian Religious Education for children's groups. Thus, children who are said to be the future of the church can be committed from an early age to live according to the way of Christ and face the challenges they face. Abstrak: Pendidikan Agama Kristen merupakan kebutuhan bagi semua golongan usia, termasuk juga kelompok anak. Justru, Pendidikan Agama Kristen harus diajarkan sedini mungkin demi kebaikan anak di masa depan. Gereja merupakan salah satu tempat bagi anak untuk mendapatkan pendidikan Agama Kristen, dimana gereja menjadi salah satu wadah utama bagi anak untuk mempelajari tentang Kekristenan. Namun sayangnya, terkadang gereja lupa memperhatikan kebutuhan ini, sehingga kelompok anak menjadi sedikit tersisihkan dan hanya fokus pada kegiatan untuk orang dewasa. Padahal ada begitu banyak cara dalam mengenalkan Pendidikan Agama Kristen bagi anak di dalam gereja. Anak merupakan masa depan gereja, karena itu kelompok usia ini harusnya mendapat perhatian yang sama dengan kelompok usia lainnya. Karena itu, gereja harus berupaya untuk keberlangsungan Pendidikan Agama Kristen bagi kelompok anak. Sehingga, anak yang dikatakan merupakan masa depan gereja, dapat berkomitmen sejak dini untuk hidup seturut dengan jalan Kristus dan menghadapi tantangan yang mereka hadapi.