Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

HISTORICAL ANALYSIS OF URBANITY ON THE WATERFRONT Bambang Karsono
Arsitekno Vol 2, No 2 (2013): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/arj.v2i2.1244

Abstract

Since the dawn of the civilization, water plays an important role in human life. Water covers 75% of the earth surface and sustains virtually every life form on it. From the early days of human settlement, the banks of themajor rivers such as the Nile, Tigris, Euphrates, Indus and Hwang Ho became the cradle of civilizations. It is here the culture developed and the pattern and morphology of urban settlement became the source of ourknowledge. This paper attempts to overview the main developmental periods of waterfronts around the world. It discusses on the fundamental periods and events which shaped the city water-borne activities and explained how those events influenced the nature of public space on the waterfronts. The port-city that developed since then will be analyzed corresponding to the historical events that are related to the city development. A few cases studies will be shown in order to present a valuable descriptive situation. Corresponding to the above issues, a continuous process that took place in the development of the waterfront will be discussed extensively.
Efficacy and Safety of In-Asia-Manufactured rhG-CSF 300 mcg As Primary Prophylaxis for Prevention of CHOP Chemotherapy-induced Severe Neutropenia in Elderly Patients with Lymphoma Non-Hodgkin Harryanto Reksodiputro; Zubairi Djoerban; Karmel L. Tambunan; Aru W. Sudoyo; Abidin Widjanarko; Djumhana Atmakusuma; Syafrizal Syafei; Nugroho Prayogo; Ronald Hukom; Dody Ranuhardy; Zakifman Jack; Asrul Harsal; Noorwati S -; Bambang Karsono; Shufrie Effendi; Hilman Tadjoedin
Indonesian Journal of Cancer Vol 3, No 1 (2009): Jan - Mar 2009
Publisher : National Cancer Center - Dharmais Cancer Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (790.74 KB) | DOI: 10.33371/ijoc.v3i1.71

Abstract

Penelitian open-label, non-komparatif ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan recombinant human G-CSF produksi Asia sebagai profilaksis primer dalam pencegahan neutropenia derajat berat pada pasien usia lanjut (>60 tahun) dengan limfoma non-Hodgkin (LNH) derajat sedang dan lanjut (stadium II,III,IV) yang mendapat terapi CHOP (siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin). Profilaksis primer recombinant human G-CSF (rhG-CSF) produksi Asia dapat mengurangi median durasi neutropenia derajat 4 pada siklus sitostatistika ke-1 dan ke-2 menjadi tiga hari, sementara median durasi neutropenia derajat 3 pada siklus sitostistika ke-1 menjadi dua hari dan pada siklus sitostatistika ke-2 menjadi dua setengah hari, dari median durasi neutropenia grade 4 dan grade 3 tanpa G-CSF, yaitu empat dan lima hari berurutan. Febrile neutropenia ditemukan pada 7 pasien yang mendapat rhG-CSF produksi Asia (24.1%), lebih rendah jika dibandingkan studi tanpa rhG-CFS (31.3-34% FN). Tiga pasien mendapat rhG-CSF produksi Asia (10,3%) dirawat inap akibat febrile neutropenia, lebih rendah jika dibandingkan rawat inap pada studi tanpa rhG-CSF (24-28%). Kejadian yang tidak diinginkan terbanyak adalah mual dan muntah yang terjadi pada 9 (31%) pasien. Sebagai kesimpulan, penggunaan rhG-CSF produksi Asia untuk profilaksis primer pada pasien LNH usia lanjut yang mendapat regimen CHOP dapat mengurangi durasi neutropenia, mengurangi kejadian febrile neutropenia, dan angka rawat inap akibat febrile neutropenia.Kata kunci : Efektivitas, keamanan, G-CSF, LNH pada usia lanjut
Dominating the Space: Uncover the Existence of Street Vendors in Public Space, The case of Tengku Amir Hamzah Square, Stabat, Indonesia Bambang Karsono; Mohammad Shihadeh A. Arar; Irsanuddin Luthfi; Deni Deni
International Journal of Engineering, Science and Information Technology Vol 2, No 4 (2022)
Publisher : Master Program of Information Technology, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52088/ijesty.v2i4.394

Abstract

The existence of street vendors tends to dominate public spaces, which is physically considered to affect the physical quality. Tengku Amir Hamzah Square (TAHS) in Stabat is a famous local public space. Its strategic location triggers the growth of street vendors who provide attractions for visitors. Initially, TAHS was designed not to provide a space for street vendors, and the local regulation said that the presence of street vendors was prohibited. The existence of street vendors in TAHS who occupy this public space has emerged with pros and cons. This phenomenon became the reason for this study to be conducted, specifically to uncover the pattern of temporary space and space-forming elements created by street vendors and their relationship with the public's interest in visiting TAHS. The mixed-method research approach is used in this study to disclose and analyze data descriptively. Mapping and observation were carried out to obtain quantitative data, including layout, the number of street vendors, merchandise types, and distribution patternshod of displaying. The elements that form public spaces implemented by street vendors are obtained through observations and photo-trekking, and 58 respondents were involved in the interviews. Findings indicate that the strategic location and fluent permeability to and from TAHS have made this potential street vendor attraction popular among the locals. The activity created in this area acts as a generator of movement, especially at night, attracting people to come and walk through the existing street vendor outlets, contributing to urban livability.
Fenomena Pedagang Kaki Lima pada Kawasan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh Bambang Karsono; Maghfira; Fidyati; Sisca Olivia
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 12 No. 2 (2023): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32315/jlbi.v12i2.78

Abstract

Pedagang kaki lima (PKL) merupakan salah satu fenomena di perkotaan yang selalu menarik menjadi topik diskusi dan diteliti. Kesempatan kerja di sektor formal di kota yang terbatas menjadikan PKL sebagai alternatif bagi masyarakat untuk memperoleh pendapatan. Aktivitas PKL dikategorikan sebagai informal, tumbuh secara spontan, mudah cara pengoperasian dan kadang kala tidak ada prosedur standar yang mengaturnya. Ada kalangan yang mendukung bahwa keberadaan PKL di ruang perkotaan karena dapat memberikan dampak positif bagi keberlangsungan kehidupan perkotaan (livability). Namun ada juga yang mempermasalahkan keberadaannya dengan alasan ruang kota menjadi tidak teratur. Di Kota Banda Aceh, PKL tumbuh menyebar dan mendominasi ruang publik di sepanjang koridor jalan. Kajian ini bertujuan mengungkapkan faktor penyebab, cara pemanfaatan koridor jalan yang didominasi oleh pedagang kaki lima serta dampak positifnya terhadap livability dan keberlanjutan kota. Penelitian memilih PKL pada satu koridor jalan di Kawasan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh sebagai studi kasus. Pendekatan penelitian metode campuran diterapkan dalam penelitian ini, data kuantitatif dan kualitatif diperoleh melalui observasi, pemetaan, photo-trekking, dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan cara triangulasi deskriptif, guna mengungkap keterkaitan antar fenomena. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena PKL pada kawasan studi kasus memberi kontribusi kepada keberlangsungan kehidupan kota dan menjadi generator kegiatan pada siang dan malam hari. Di sisi lain, tempat tersebut menunjukkan tingginya tingkat ketergantungan tempat bagi PKL untuk memperoleh pendapatan.
Kemanfaatan Ruang Salat Utama pada Masjid Al-Hikmah Cunda, Lhokseumawe Bambang Karsono; Dara Nabila Pulungan; Hendra A; Cut Azmah Fithri
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 12 No. 3 (2023): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32315/jlbi.v12i3.75

Abstract

Secara etimologi, masjid memiliki arti sebagai tempat sujud yang penuh ketaatan dan kepatuhan. Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat memberi contoh hakikat fungsi masjid bukan hanya dijadikan sebagai tempat ibadah salat saja, namun juga digunakan sebagai tempat berbagai kegiatan yang mencerminkan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT. Pada masa itu, masjid berfungsi sebagai pusat kegiatan umat Islam, seperti: pendidikan, dakwah, politik, ekonomi, moral dan sosial, tempat berkumpul dan berdiskusi. Beragam kegiatan dilakukan di dalam masjid sehingga memiliki kemanfaatan ruang yang baik dan tidak terdapat ruang yang mubazir. Pada masa kini, fenomena desain ruang salat utama pada masjid cenderung bergeser menjadi lebih eksklusif dan berfungsi tunggal. Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat kemanfaatan ruang pada Masjid Al-Hikmah Cunda, Lhokseumawe, guna mengetahui tingkat dan pola penggunaan ruang salat utama pada waktu salat dan kegiatan diluar waktu salat terkait dengan isu kemubaziran ruang. Penelitian menggunakan metode studi kasus normatif, Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan utama untuk menelaah hakikat kemanfaatan ruang salat masjid. Pengumpulan data menggunakan teknik pengamatan teknik kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan cara menggambar ulang denah masjid kemudian melakukan pengamatan dengan menghitung jumlah pengguna ruang untuk memperoleh tingkat kemanfaatan ruang. Sedangkan data kualititatif digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan selain ibadah salat yang terjadi di ruang salat utama masjid, dengan cara mengamati dan mencatat kegiatan yang terjadi. Penelitian mengungkap rata-rata kemanfaatan ruang salat utama tidak lebih dari 35%. Pada sisi lain kegiatan selain salat jamaah dilakukan di ruang utama meliputi kegiatan belajar Quran, berbuka puasa dan tempat masyarakat bercengkerama setelah salat jamaah.
Penyuluhan: Upaya Penguatan Perilaku Anti Korupsi Di Lingkungan SMA Bekasi Di Masa Pandemi Covid-19 Amalia Syauket; Bambang Karsono; Mic Finanto Ario Bangun
Abdi Bhara Vol. 1 No. 2 (2022): Abdi Bhara: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31599/2d75xn89

Abstract

Corruption has become a real threat to the Indonesianpeople. The impact has been so massive that its eradication mustinvolve all levels of society. Educational institutions, bothuniversities and high schools, take the role of prevention byproviding anti-corruption behavior counseling in the hope ofraising awareness for anti-corruption behavior. This counselingis of group type, namely a group of lecturers as instructors and agroup of students with grades 10, 11 and 12 in several highschools in Bekasi as participants/targets of extension workers,which has been taking place since 2021 and 2022. Conducted bya group of lecturers from Bhayangkara Jaya University asextension officer. The counseling media is carried out onlinebecause of the Covid-19 pandemic, making face-to-face meetingsimpossible, with the adoption stage to be achieved, namely thestudents in the form of efforts to strengthen anti-corruptioneducation in the form of implementing anti-corruption behaviorin their school environment and raising awareness not to commitcorruption. corruption in the family and school environment.Because Anti-Corruption Education has a strategic role inpreventing corruption, it is necessary to strengthen it throughoutreach activities.
Pengenalan Profesi Arsitek Pada Masyarakat Pelajar Kota Lhokseumawe Hendra; Deni; Bambang Karsono; Muhammad Iqbal; Effan Fahrizal
Mejuajua: Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Yayasan Penelitian dan Inovasi Sumatera (YPIS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52622/mejuajuajabdimas.v3i2.104

Abstract

Profesi Arsitek kini tidak dapat lagi hanya ditempuh melalui pendidikan strata satu (S1) program studi ilmu arsitektur, tahap selanjutnya harus menjalani pendidikan satu tahun lagi di program studi Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr). Dengan adanya perubahan pencapaian profesi arsitek ini terdapat kekhawatiran bahwa akan memperlambat populasi profesi arsitek dalam kapasitas nasional. Profesi arsitek merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab terhadap hajat dan kualitas hidup manusia dalam menjawab permasalahan ruang dalam menampung aktivitas yang ada. Dengan lambatnya pertumbuhan profesi ini dikhawatirkan dapat menurunkan hajat dan kualitas hidup manusia. Untuk menjawab permasalahan tersebut, sebagai pendekatan dari pihak akademisi yang memiliki predikat profesi merasa terpanggil untuk membuat kegiatan pengenalan profesi arsitek pada masyarakat pelajar setempat sebagai pemahaman profesi sejak dini bagi mereka. Atas adanya kegiatan ini diharapkan agar pelajar dapat mempersiapkan dirinya sejak dini untuk menjemput profesi arsitek yang mereka tuju. Kegiatan pengabdian masyarakat terbagi dalam dua bagian, pertama yaitu pengenalan kode etik profesi arsitek sebagai instrument kegiatan rancang bangun bangunan secara mendasar untuk diletakkan pemahamannya kepada mental dan intelektual peserta. Kedua, kegiatan pengenalan teknis tentang pertanahan, perencanaan kota, rencana arsitektur, lingkungan dan manajemen proyek dalam lingkup ketetapan tata ruang. Oleh karena pengenalan profesi arsitek secara argumentatif ini masih baru di tingkat intelektual pelajar, namun lambat laun mereka mulai memiliki rasa keingintahuan yang kuat sebagai nilai mental tumbuhnya benih minat mereka dalam bidang Arsitektur. Dampak yang diterima dengan adanya pengenalan profesi arsitek pada masyarakat pelajar Kota Lhokseumawe adalah terlihatnya ketertarikan mereka dalam mengikuti kegiatan dengan fokus, interaktif dan komunikatif dengan harapan bahwa profesi ini dapat menjadi profesi yang mereka tuju di kemudian hari.
KEMANFAATAN RUANG UTAMA PADA MASJID AGUNG ISLAMIC CENTER KOTA LHOKSEUMAWE Bambang Karsono; Julaihi Wahid; Irma Yunita Sari
Jurnal Koridor Vol. 9 No. 2 (2018): Jurnal Koridor
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.969 KB) | DOI: 10.32734/koridor.v9i2.1362

Abstract

Banyak perancangan ruang pada masjid dihasilkan dari sebuah duplikasi dan peniruan terhadap tipologi ruang dari bangunan masjid lain yang dianggap baik sebagai produk masyarakat muslim. Pendekatan ini terbatasi dengan pengunaan ruang utama berupa ruang di tengah yang paling besar yang dipergunakan untuk sholat dan seringkali mengabaikan nilai dan prinsip dasar Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Artikel ini berusaha mengungkap kemanfaatan ruang utama pada Masjid Agung Islamic Center (MAIC) di Kota Lhokseumawe dikaitkan dengan ‘menghindari berlebih-lebihan’ yang merupakan salah satu nilai dan prinsip dasar Islam. Pengamatan dilakukan selama 30 hari, paralel dengan eksplorasi nilai dan prinsip Arsitektur Islami yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kemanfaatan ruang utama pada MAIC rata-rata hanya 3,24% menurut hari dan 3,26% menurut waktu sholat hal ini menunjukkan indikasi kemubaziran. Kajian ini diharapkan dapat menjadi diskusi bagi pengembangan ranah perancangan dan pemikiran Arsitektur Islami yang lebih bernilai khususnya di Aceh.
Kedudukan Hukum Perma Nomor 2 Tahun 2012 dalam Mengefektivkan Pidana Denda pada Perkara Pencurian Ringan Bambang Karsono
KRTHA BHAYANGKARA Vol. 17 No. 3 (2023): KRTHA BHAYANGKARA: DECEMBER 2023
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31599/krtha.v17i3.788

Abstract

The story of grandmother Minah who was tried for stealing three cocoa beans, or Basar and Kholil who were brought to trial for stealing a watermelon and a child with the initials AP (age 13) who was charged with stealing a bucket rope is a case of theft with a relatively small economic loss. Conditions at the same time became a contrast, when corruptors stealing large amounts of state money were only given too light sentences. Supreme Court Regulation of the Republic of Indonesia number 2 of 2012 addresses the discrepancy between the limitations of minor crimes and the amount of fines in the Criminal Code with the development of the dynamics of a society whose sense of justice is disturbed and various statutory regulations are no longer according to law in society. This normative juridical research aims to determine the capacity of PERMA No. 2 of 2012 in the legal hierarchies under the Criminal Code, especially in the criminal case of petty theft. Research findings in terms of effectiveness, fines are less effective when compared to prison sentences, especially in terms of the deterrent effect on convicts, because fines can be paid by other people.
Dualitas Kepemimpinan: Eksistensi Masyarakat Adat (Pakraman) Desa Kutuh Bali Menuju Desa Anti Korupsi dan Terkaya se-Indonesia Amalia Syauket; Bambang Karsono
KRTHA BHAYANGKARA Vol. 16 No. 2 (2022): KRTHA BHAYANGKARA: DECEMBER 2022
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31599/krtha.v16i2.1222

Abstract

Usually in a village there is only one leader. However, this does not apply in Bali, namely the Kutuh Traditional Village. Kutuh Village is led by 2 people with different functions and jobs. Between the two by calling, its leadership duality, not dualism. Leadership that is mutually beneficial and supports each other, strives together to build Kutuh village towards an advanced village. This empirical research has been ongoing since 2021 and has interviewed village officials, the indigenous people of Kutuh-Bali Village aim to find out how the synergy between the Head of the Service Village and the Head of the Traditional Village of Kutuh Village in making their village advanced by optimizing the Village Fund and even getting the title as an anti-corruption village. corruption and the richest village in Indonesia. This study draws the conclusion that the duality of leadership is harmoniously intertwined between the village head of the "perbekel" service and the traditional village head "Bendese Adat" who is worried about the trihita karana philosophy which is Balinese local wisdom. Synergy is seen at the intersection in the management of village funds. The Village Service in carrying out activities relies on customary law called written awig-awig. These intersections have an impact on the decision-making process, implementation and direct supervision by indigenous peoples in the management of village funds. So that the existence of indigenous peoples is still strongly maintained and duality continues and is proven to work in harmony according to their respective duties because their manners are the same. Thus, the existence of indigenous peoples or pakreman together with the official village both play an important role in the current framework of constitutional life, in order to realize the welfare of the community.