Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

FITOREMEDIASI LAHAN YANG MENGALAMI CEKAMAN LOGAM BERAT NIKEL DENGAN MENGGUNAKAN TUMBUHAN ENDEMIK BELIMBING BAJO (Sarcotheca celebica Veldk) Naima Haruna; Tatik Wardiyati; Moch. Dawam Maghfoer; Eko Handayanto
Journal TABARO Agriculture Science Vol 2, No 2: DESEMBER 2018
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.95 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v2i2.133

Abstract

Areal bekas galian tambang Nikel di Sorowako dan sekitarnya termasuk lahan yang mengalami cekaman logam berat Nikel karena rata-rata masih mengandung Nikel lebih dari 5000 mg.kg-1. Keberadaan logam berat Ni dalam tanah tidak dapat hilang secara alami sehingga diperlukan upaya remediasi dan proses remediasi banyak dipilih karena dianggap ramah lingkungan adalah fitoremediasi. Salah satu jenis tumbuhan endemik yang berpotensi untuk proses fitoremediasi adalah belimbing bajo (Sarcotheca celebica Veldk.) karena tumbuhan liar ini toleran dan banyak tumbuh di sekitar lahan penambangan Nikel tanpa mengalami gangguan toksisitas. Kemampuan belimbing bajo untuk tumbuh normal pada lingkungan yang mengalami cekaman logam Nikel dapat disebabkan karena belimbing bajo mampu menyerap logam Nikel yang berlebihan dari lingkungannya dan mengakumulasi logam Nikel dalam organ tubuhnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tumbuhan belimbing bajo dalam menurunkan jumlah kandungan Nikel dalam tanah yang mengalami cekaman logam berat Nikel. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif yaitu mendeskripsikan hasil observasi terhadap pertumbuhan dan analisis kandungan Nikel pada tanah maupun jaringan tumbuhan belimbing bajo. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kandungan Ni total tanah yang mengalami cekaman logam Ni menurun sebesar 70, 84% setelah media ditanami belimbing bajo selama 25 MST dan diberi pupuk NPK, sedang hasil analisis jaringan daun menunjukkan adanya logam Nikel yang terakumulasi pada daun sebesar 143,77% pada umur 12 MST.  Disimpulkan bahwa belimbing bajo dapat menjadi salah satu tumbuhan endemik yang dapat dimanfaatkan untuk remediasi logam berat Nikel dari lahan yang mengalami cekaman karena dapat menurunkan kandungan logam berat Ni.
PEMANFAATAN Hydrilla verticillata (L.f.) Royle SEBAGAI PUPUK HIJAU UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) Marwan Marwan; Sitti Maryam Yasin; Naima Haruna
Journal TABARO Agriculture Science Vol 1, No 1: MEI 2017
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.189 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v1i1.14

Abstract

Hydrilla verticillata (L. f.) Royle adalah merupakan salah satu tumbuhan air yang banyak ditemukan tumbuh di perairan yang tergenang seperti sawah dan rawa-rawa. Keberadaan tanaman ini dalam jumlah banyak dapat menghalangi laju aliran air sehingga tumbuhan ini sering dicabut dan dibuang begitu saja. Tumbuhan hydrilla mengandung Nitrogen 1,37 % dan Karbon Organik 14,47% sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai pupuk hijau yang dapat diberikan pada tanaman baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kompos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian Hydrilla verticillata (L. f.) Royle sebagai pupuk hijau terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L). Penelitian dilaksanakan di Desa Bungadidi Kecamatan Tanalili Kabupaten Luwu Utara yang berlangsung pada bulan Juli-September 2016. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan yaitu tanpa pemberian hydrilla (kontrol=P0), pemberian hydrilla segar 200 g/polybag (P1), 400 g/polybag (P2), dan 600 g/polybag (P3), pemberian hydrilla yang dikomposkan  200 g/polybag (P4), 400 g/polybag (P5), dan 600 g/polybag (P6).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian hydrilla yang dikomposkan dengan dosis 600 g/polybag mengakibatkan pertumbuhan bibit kakao menjadi lebih baik yaitu jumlah daun lebih banyak (9,6 helai), bibit lebih tinggi (30,3 cm), diameter batang lebih besar (5,2 mm) dan volume akar lebih banyak (6,6 ml).
Pengaruh Konsentrasi Zat Etefon Terhadap Pematangan Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) : The Effect of Ethephon Concentration on the Ripening of Kepok Bananas (Musa paradisiaca L.) Naima Haruna; Mudaffar, Rahmi Azizah
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 12 No. 1 (2024): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v12i1.3105

Abstract

Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi zat etefon terhadap pematangan buah pisang kepok (Musa paradisiaca L). Penelitian ini dilakukan di BPP Wara Selatan dan dilaksanakan pada bulan Oktober 2023. Penelitian ini menggunakan metode percobaan lapangan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menggunakan empat perlakuan konsentrasi etefon. Konsentrasi etefon yang pertama yaitu konsentrasi 0 ml/L air (e0), yang kedua yaitu konsentrasi etefon 2 ml/L air (e1), yang ketiga yaitu konsentrasi etefon 4 ml/L air (e2), dan keempat yaitu konsentrasi etefon 6 ml/L air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi etefon yang berbeda-beda pada setiap tandannya tidak berpengaruh nyata pada perubahan warna, kekerasan, berat buah, aroma, rasa dan masa simpan. Namun perlakuan konsentrasi etefon 6 ml/L air (e3) merupakan konsentrasi terbaik dibandingkan dengan konsentrasi lainnya karena dapat mempercepat proses pematangan pada pisang kepok. Bagian tandan yang lebih cepat matang adalah tandan bagian atas dan tengah. This research aims to determine the effect of the concentration of ethephon substances on the ripening of kepok banana fruit (Musa paradisiaca L). This research was conducted at BPP Wara Selatan and carried out in October 2023. This research used a field trial method with a Randomized Group Design (RAK) using four etephone concentration treatments. The first etephone concentration is a concentration of 0 ml/L water (e0), the second is an ethephone concentration of 2 ml/L water (e1), the third is an ethephone concentration of 4 ml/L water (e2), and the fourth is an ethephone concentration of 6 ml /L water. The results showed that giving different concentrations of ethefon to each bunch had no significant effect on changes in color, hardness, fruit weight, aroma, taste and shelf life. However, the Ethefon concentration treatment of 6 ml/L water (e3) is the best concentration compared to other concentrations because it can speed up the ripening process in kepok bananas. The parts of the bunch that ripen more quickly are the top and middle bunches.
Pengaruh Suhu Penyimpanan dan Jenis Kemasan Terhadap Mutu Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) : The Effect of Storage Temperature and Type of Packaging on the Quality of Tomatoes (Lycopersicum esculentum Mill) Mudaffar, Rahmi Azizah; Naima Haruna
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 12 No. 2 (2024): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v12i2.3864

Abstract

Tomat merupakan komoditi yang bersifat mudah rusak (perishable). Penanganan pasca panen yang tidak tepat pada buah tomat mengakibatkan proses pembusukan semakin cepat sehingga daya tarik konsumen terhadap tingkat kesegaran buah tomat juga menurun yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai mutu, nilai gizi dan nilai ekonomisnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan mutu buah tomat dengan cara perlakuan suhu dan jenis kemasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suhu penyimpanan dan jenis kemasan yang terbaik bagi mutu buah tomat. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan jenis kemasan dan suhu penyimpanan dua taraf yaitu suhu ruang (30oC) dan suhu dingin (10oC), yang diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga terdapat 18 unit percobaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan suhu penyimpanan dan jenis kemasan berbeda sangat nyata terhadap masa simpan buah tomat, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot, warna, dan tekstur buah tomat. Kombinasi suhu penyimpanan dan jenis kemasan dengan masa simpan terbaik (paling lama) untuk buah tomat adalah perlakuan yang disimpan pada suhu dingin dan dibungkus dengan kertas HVS (31 hsp). Tomatoes are a perishable commodity. Improper post-harvest handling of tomatoes results in the decay process becoming more rapid so that consumers' interest in the freshness of tomatoes also decreases, which in turn will affect the quality, nutritional value and economic value. Therefore, it is very important to pay attention to the quality of tomatoes by temperature treatment and type of packaging. The aim of this research is to determine the effect of storage temperature and the best type of packaging on the quality of tomatoes. This research used a Randomized Block Design (RAK) with two levels of packaging type and storage temperature treatment, namely room temperature (30oC) and cold temperature (10oC), which was repeated 3 times so that there were 18 experimental units. The results of this research show that the combination of different storage temperature treatments and packaging types has a very significant impact on the shelf life of tomatoes, but has no significant effect on weight loss, color and texture of tomatoes. The combination of storage temperature and type of packaging with the best (longest) shelf life for tomatoes is stored at cold temperatures and wrapped in HVS paper (31 hsp).
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi dan Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu Ikram Ikram; Dewi Marwati Nuryanti; Naima Haruna
Flora : Jurnal Kajian Ilmu Pertanian dan Perkebunan Vol. 1 No. 3 (2024): Oktober : Flora : Journal of Agricultural and Plantation Studies
Publisher : Asosiasi Riset Ilmu Tanaman Dan Hewan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62951/flora.v1i3.129

Abstract

Research on the pattern of development of empowerment of rice farmers towards income levels was carried out in Tombang Village, Walenrang District, Luwu Regency. This research was conducted from January to March 2024. The results of the study showed that rice farming in Walenrang District was profitable with variable costs of IDR 12,442,999 and fixed costs of IDR 407,471 so that the total costs incurred were IDR 12,850,470 and the production value was IDR 44,730,181 so that the net income received by farmers was IDR 31,879,711 per ha / planting season. Based on the t-test with regression analysis, the production factors that influence rice farming income in Walenrang District, namely Land area (X1), Labor costs (X2) and Capital (X3) have a significant effect on increasing production. Based on the F test on the regression analysis of production factors, the independent variables, namely land area (X1), labor costs (X2) and capital (X3), have a significant influence on increasing production in rice farming in Walenrang sub-district, Luwu district.
Isolasi dan Identifikasi Cendawan dari Pelapukan Batang Bawah Sagu (Metroxylon sagu Rottb.): Isolation and Indentification of Fungi from Weathering Sago Rootstock (Metroxylon sagu Rottb.) Ilyas Mattola, Paradillah; Naima Haruna; Rosnina, Rosnina
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 13 No. 1 (2025): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v13i1.4628

Abstract

Pelapukan batang bawah sagu merupakan proses alami yang terjadi pada bagian batang sagu yang tidak lagi aktif secara fisiologis. Berbagai mikroorganisme, diantaranya adalah cendawan, bakteri, nematoda dan organisme tanah lainnya, memakan bahan organik dalam proses pelapukan ini. Pentingnya pelapukan batang sagu dalam siklus ekosistem, terutama dalam pengembalian nutrisi ke dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi cendawan yang terdapat pada pelapukan batang bawah sagu serta melakukan identifikasi cendawan yang ditemukan dari hasil pelapukan batang bawah sagu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - September 2024 di Desa Pengkajoang, Kecamatan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil sampel hasil pelapukan batang bawah sagu pada kedalaman 15 cm. Sampel diambil dari lima titik dengan jumlah 100 gram pada setiap titik. Pengambilan sampel dilakukan dengan prosedur yang sama di setiap titik. Sampel kemudian diisolasi menggunakan metode pengenceran berseri, di mana 1 gram sampel dilarutkan dalam 9 ml air steril dan dikocok menggunakan sentrifugasi selama 30 menit hingga tercampur rata. Selanjutnya, 1 ml suspensi diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml aquades steril. Pengenceran berseri dilakukan hingga tercapai pengenceran 104. Sampel dari pengenceran 101, 102, dan 103, sebanyak 0,5 ml suspensi, ditumbuhkan pada media PDA menggunakan metode sebar dan diinkubasi selama 3 hingga 7 hari pada suhu 22-25°C. Identifikasi isolat cendawan dilakukan menggunakan kunci determinasi dari Illustrated Genera of Imperfect Fungi (Barnett & Hunter, 1998). Penelitian ini menemukan empat genus cendawan, yaitu Trichoderma, Penicillium, Gliocladium, dan Rhizopus. Weathering sago rootstock is a natural process natural occurs in parts of the sago stem that are no longer physiologically active. Various microorganisms, including fungi, bacteria, nematodes, and other soil organisms, eat organic material in this weathering process. The importance of weathering sago stems in the ecosystem cycle, especially in returning nutrients to the soil. This research aims to isolate fungi found in weathering sago rootstocks and identify fungi found in the weathering of sago rootstocks. This research was carried out in June - November 2024 in Pengkajoang Village, West Malangke District, North Luwu Regency. This research was carried out by taking samples from the weathering of sago rootstock at a depth of 15 cm. Samples were taken from five points, with 100 grams collected from each point. The sampling procedure was consistent across all points. The samples were then isolated using a serial dilution method, where 1 gram of the sample was dissolved in 9 ml of sterile water and shaken using centrifugation for 30 minutes until homogenized. Subsequently, 1 ml of the suspension was taken and placed into a test tube containing 9 ml of sterile aquades. The serial dilution was carried out until a 104 dilution was achieved. Samples from dilutions 101, 102, and 103, 0.5 ml each, were then cultured on PDA media using the spread plate method and incubated for 3 to 7 days at 22-25°C. Fungal isolates were identified using a determination key from Illustrated Genera of Imperfect Fungi (Barnett & Hunter, 1998). The study identified four fungal genera: Trichoderma, Penicillium, Gliocladium, and Rhizopus.
Analisis Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian di Kota Palopo: Analysis of the Influence of Information Technology on the Performance of Agricultural Extenders in the Palopo City Ridoan, Ridoan; Taruna S.Arzam; Naima Haruna
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 13 No. 2 (2025): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v13i2.4752

Abstract

Peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani merupakan salah satu peran strategis penyuluh pertanian. Dalam era digital, penyuluh pertanian juga menggunakan teknologi komunikasi seperti pesan teks, email, atau media sosial untuk berkomunikasi dengan petani. Penggunaan teknologi ini memungkinkan penyuluh untuk memberikan informasi, membagikan sumber daya, atau menjawab pertanyaan petani secara efisien dan cepat. Penelitian ini bertujuan menganalisis penguasaan teknologi informasi, menganalisis kinerja penyuluh pertanian lapangan (PPL) serta menganalisis pengaruh penguasaan teknologi informasi terhadap kinerja penyuluh. Dalam penelitian ini populasinya adalah penyuluh pertanian yang berstatus PNS sebanyak 55 orang. Data dianalisis secara deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa 36.36% penyuluh pertanian menguasai perangkat keras, 58.18 penyuluh pertanian cukup menguasai perangkat keras, dan sisanya 5.45% penyuluh pertanian kurang menguasai perangkat keras komputer. Selanjutnya, 40% penyuluh pertanian menguasai perangkat lunak, 54.54% penyuluh pertanian cukup menguasai dan sebesar 5.54% penyuluh pertanian kurang menguasai perangkat lunak. Kinerja penyuluh pertanian kategori baik adalah sebesar 30.91%, kategori cukup baik sebesar 61.82%, kategori kurang baik sebesar 5.45%, dan sisanya sebesar 1.82% memiliki kinerja sangat kurang. Hasil uji regresi linear berganda mengindikasikan bahwa penguasaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian lapangan baik secara parsial maupun secara simultan. Increasing the productivity and welfare of farmers is one of the strategic roles of agricultural extension workers. In the digital era, agricultural extension workers also use communication technology such as text messages, email, or social media to communicate with farmers. The use of this technology allows extension workers to provide information, share resources, or answer farmer questions efficiently and quickly. This study aims to analyze the mastery of information technology, analyze the performance of agricultural extension workers and analyze the effect of mastery of information technology on the performance of extension workers. In this study, the population was agricultural extension workers with civil servant status as many as 55 people. Data were analyzed descriptively and multiple linear regression analysis. The results obtained in this study indicate that 36.36% of agricultural extension workers mastered hardware, 58.18 agricultural extension workers were quite proficient in hardware, and the remaining 5.45% of agricultural extension workers did not master computer hardware. Furthermore, 40% of agricultural extension workers mastered software, 54.54% of agricultural extension workers were quite proficient and 5.54% of agricultural extension workers did not master software. The performance of agricultural extension workers in the good category is 30.91%, the category is quite good is 61.82%, the category is less good is 5.45%, and the remaining 1.82% have very poor performance. The results of the multiple linear regression test indicate that mastery of hardware and software affects the performance of agricultural extension workers in the field both partially and simultaneously.
Pengaruh Suhu Penyimpanan dan Jenis Kemasan Terhadap Mutu Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) : The Effect of Storage Temperature and Type of Packaging on the Quality of Tomatoes (Lycopersicum esculentum Mill) Mudaffar, Rahmi Azizah; Naima Haruna
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 12 No. 2 (2024): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v12i2.3864

Abstract

Tomat merupakan komoditi yang bersifat mudah rusak (perishable). Penanganan pasca panen yang tidak tepat pada buah tomat mengakibatkan proses pembusukan semakin cepat sehingga daya tarik konsumen terhadap tingkat kesegaran buah tomat juga menurun yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai mutu, nilai gizi dan nilai ekonomisnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan mutu buah tomat dengan cara perlakuan suhu dan jenis kemasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suhu penyimpanan dan jenis kemasan yang terbaik bagi mutu buah tomat. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan jenis kemasan dan suhu penyimpanan dua taraf yaitu suhu ruang (30oC) dan suhu dingin (10oC), yang diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga terdapat 18 unit percobaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan suhu penyimpanan dan jenis kemasan berbeda sangat nyata terhadap masa simpan buah tomat, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot, warna, dan tekstur buah tomat. Kombinasi suhu penyimpanan dan jenis kemasan dengan masa simpan terbaik (paling lama) untuk buah tomat adalah perlakuan yang disimpan pada suhu dingin dan dibungkus dengan kertas HVS (31 hsp). Tomatoes are a perishable commodity. Improper post-harvest handling of tomatoes results in the decay process becoming more rapid so that consumers' interest in the freshness of tomatoes also decreases, which in turn will affect the quality, nutritional value and economic value. Therefore, it is very important to pay attention to the quality of tomatoes by temperature treatment and type of packaging. The aim of this research is to determine the effect of storage temperature and the best type of packaging on the quality of tomatoes. This research used a Randomized Block Design (RAK) with two levels of packaging type and storage temperature treatment, namely room temperature (30oC) and cold temperature (10oC), which was repeated 3 times so that there were 18 experimental units. The results of this research show that the combination of different storage temperature treatments and packaging types has a very significant impact on the shelf life of tomatoes, but has no significant effect on weight loss, color and texture of tomatoes. The combination of storage temperature and type of packaging with the best (longest) shelf life for tomatoes is stored at cold temperatures and wrapped in HVS paper (31 hsp).
Isolasi dan Identifikasi Cendawan dari Pelapukan Batang Bawah Sagu (Metroxylon sagu Rottb.): Isolation and Indentification of Fungi from Weathering Sago Rootstock (Metroxylon sagu Rottb.) Ilyas Mattola, Paradillah; Naima Haruna; Rosnina, Rosnina
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 13 No. 1 (2025): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v13i1.4628

Abstract

Pelapukan batang bawah sagu merupakan proses alami yang terjadi pada bagian batang sagu yang tidak lagi aktif secara fisiologis. Berbagai mikroorganisme, diantaranya adalah cendawan, bakteri, nematoda dan organisme tanah lainnya, memakan bahan organik dalam proses pelapukan ini. Pentingnya pelapukan batang sagu dalam siklus ekosistem, terutama dalam pengembalian nutrisi ke dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi cendawan yang terdapat pada pelapukan batang bawah sagu serta melakukan identifikasi cendawan yang ditemukan dari hasil pelapukan batang bawah sagu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - September 2024 di Desa Pengkajoang, Kecamatan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil sampel hasil pelapukan batang bawah sagu pada kedalaman 15 cm. Sampel diambil dari lima titik dengan jumlah 100 gram pada setiap titik. Pengambilan sampel dilakukan dengan prosedur yang sama di setiap titik. Sampel kemudian diisolasi menggunakan metode pengenceran berseri, di mana 1 gram sampel dilarutkan dalam 9 ml air steril dan dikocok menggunakan sentrifugasi selama 30 menit hingga tercampur rata. Selanjutnya, 1 ml suspensi diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml aquades steril. Pengenceran berseri dilakukan hingga tercapai pengenceran 104. Sampel dari pengenceran 101, 102, dan 103, sebanyak 0,5 ml suspensi, ditumbuhkan pada media PDA menggunakan metode sebar dan diinkubasi selama 3 hingga 7 hari pada suhu 22-25°C. Identifikasi isolat cendawan dilakukan menggunakan kunci determinasi dari Illustrated Genera of Imperfect Fungi (Barnett & Hunter, 1998). Penelitian ini menemukan empat genus cendawan, yaitu Trichoderma, Penicillium, Gliocladium, dan Rhizopus. Weathering sago rootstock is a natural process natural occurs in parts of the sago stem that are no longer physiologically active. Various microorganisms, including fungi, bacteria, nematodes, and other soil organisms, eat organic material in this weathering process. The importance of weathering sago stems in the ecosystem cycle, especially in returning nutrients to the soil. This research aims to isolate fungi found in weathering sago rootstocks and identify fungi found in the weathering of sago rootstocks. This research was carried out in June - November 2024 in Pengkajoang Village, West Malangke District, North Luwu Regency. This research was carried out by taking samples from the weathering of sago rootstock at a depth of 15 cm. Samples were taken from five points, with 100 grams collected from each point. The sampling procedure was consistent across all points. The samples were then isolated using a serial dilution method, where 1 gram of the sample was dissolved in 9 ml of sterile water and shaken using centrifugation for 30 minutes until homogenized. Subsequently, 1 ml of the suspension was taken and placed into a test tube containing 9 ml of sterile aquades. The serial dilution was carried out until a 104 dilution was achieved. Samples from dilutions 101, 102, and 103, 0.5 ml each, were then cultured on PDA media using the spread plate method and incubated for 3 to 7 days at 22-25°C. Fungal isolates were identified using a determination key from Illustrated Genera of Imperfect Fungi (Barnett & Hunter, 1998). The study identified four fungal genera: Trichoderma, Penicillium, Gliocladium, and Rhizopus.
Dampak Ekonomi Alih Fungsi Lahan Kakao Menjadi Lahan Persawahan (Studi Kasus Petani di Kecamatan Ranteangin Kabupaten Kolaka Utara): Economic Impact of Altering the Function of Cocoa Land to Civil Land (Case Study of Farmers in Ranteangin District, North Kolaka Regency) Irwanto Hasbi; Naima Haruna; Suryanto, Suryanto
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 13 No. 3 (2025): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v13i3.6866

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi alih fungsi lahan kakao ke persawahan padi di Kecamatan Ranteangin, Kabupaten Kolaka Utara. Pergeseran ini terjadi sebagai respons petani terhadap tingginya biaya perawatan, serangan hama, dan fluktuasi harga kakao yang tidak menentu. Penelitian deskriptif kuantitatif ini menggunakan metode sensus terhadap 29 petani. Analisis data dilakukan dengan regresi linear berganda dan uji Paired Sample t-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor aspek ekonomi dan konsistensi harga memiliki pengaruh signifikan terhadap alih fungsi lahan. Sebaliknya, faktor kesesuaian lahan dan bantuan pemerintah terbukti tidak signifikan secara statistik. Dampak dari alih fungsi lahan ini sangat positif bagi petani, terbukti dengan peningkatan pendapatan bersih dari Rp16.561.310 per tahun (kakao) menjadi Rp26.361.667 per musim tanam (padi). Kesimpulan ini menegaskan bahwa keputusan alih fungsi lahan didorong oleh pertimbangan ekonomi yang kuat demi peningkatan kesejahteraan petani. This study aims to analyze the factors influencing the conversion of cocoa land to paddy fields in Ranteangin District, North Kolaka Regency. This shift occurred as a response by farmers to the high maintenance costs, pest attacks, and uncertain price fluctuations of cocoa. This quantitative descriptive study used a census method involving 29 farmers. Data analysis was performed using multiple linear regression and a Paired Sample t-Test. The results show that economic aspects and price consistency have a significant influence on land conversion. Conversely, land suitability and government assistance factors were found to be statistically insignificant. The impact of this land conversion is very positive for farmers, as evidenced by an increase in net income from Rp16,561,310 per year (cocoa) to Rp26,361,667 per planting season (paddy). This conclusion affirms that the decision for land conversion is driven by strong economic considerations for the improvement of farmers' welfare.