Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK KLINIS PROFESI KESEHATAN MELALUI WEBINAR “EMPAT KETERAMPILAN DASAR PENDIDIK KLINIS” Jurnal Pepadu; Dian Puspita Sari; Yoga Pamungkas Susani; Mohammad Rizki; Emmy Amalia
Jurnal Pepadu Vol 2 No 3 (2021): Jurnal PEPADU
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v2i3.2213

Abstract

ABSTRAK Pendidikan klinis pada profesi dokter dan profesi kesehatan lainnya berlangsung di situasi pelayanan kesehatan otentik. Proses pendidikan yang berjalan paralel dengan pelayanan ini sulit diprediksi dan tidak selalu dapat berjalan sesuai rencana. Keterbatasan waktu, jenis kasus yang tersedia, tuntutan pelayanan dan keterbatasan lingkungan fisik untuk pembelajaran menjadi tantangan yang dihadapi para pendidik klinis. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran klinis, dokter dan profesi kesehatan yang terlibat perlu dibekali dengan kompetensi khusus sebagai pendidik klinis yang tidak didapatkan selama pendidikan mereka sebelumnya, ataupun dari pelatihan khusus untuk dosen seperti PEKERTI dan AA. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dokter dan tenaga kesehatan mengenai aspek-aspek mendasar dalam pendidikan klinis. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui webinar. Topik yang disampaikan mencakup empat keterampilan dasar bagi pendidik klinis yaitu: menyusun perencanaan, komunikasi dan interaksi, penilaian, dan umpan balik. Dari 98 orang pendaftar, 62.4% adalah dokter, 15.3% bidan, 14.3% perawat, dan 8% tenaga kesehatan lainnya. Partisipan tidak hanya berasal dari institusi pendidikan di Provinsi NTB tetapi juga dari provinsi lainnya. Sebagian besar (75.5%) telah terlibat dalam pendidikan klinis, namun 57.14% belum pernah mengikuti pelatihan khusus. Enam puluh partisipan mengisi tautan presensi dan postes. Dari hasil pre dan postes didapatkan peningkatan rerata skor pengetahuan secara bermakna dari 4.46±2.39 menjadi 5.98±2.55 (p = 0.001, uji Wilcoxon). Seluruh partisipan yang mengisi postes tertarik untuk mengikuti pelatihan lanjutan. Partisipan juga berharap acara semacam ini dilaksanakan secara rutin dan diikuti dengan sesi praktik.
EDUKASI KESEHATAN PENCEGAHAN RESISTENSI ANTIBIOTIK MENGGUNAKAN VIDEO ANIMASI PADA ANAK PANTI ASUHAN DI KOTA MATARAM Dian Puspita Sari; Putu Suwita Sari; Rizqa Fersiyana Deccati; Lale Justin Amelinda Elizar
Jurnal Abdi Insani Vol 10 No 2 (2023): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v10i2.960

Abstract

Secara alamiah bakteri dapat mengembangkan kemampuan untuk bertahan dari antibiotik yang sebelumnya efektif. Kondisi yang dikenal sebagai resistensi antibiotik ini terjadi semakin cepat karena penggunaan berlebihan, atau penyalahgunaan antibiotik. Resistensi antibiotik memiliki implikasi klinis dan ekonomi yang serius. Perilaku swamedikasi dengan antibiotik mempercepat terjadinya resistensi dan perilaku ini sering ditemukan di Indonesia. Faktor pengetahuan dan perilaku mencari pengobatan sendiri memengaruhi perilaku swamedikasi. Meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya anak asuh di Panti Asuhan Patmos, Kota Mataram, mengenai bahaya resistensi antibiotik dan upaya pencegahannya. Pengetahuan yang benar diharapkan dapat membentuk perilaku bijak dalam penggunaan antibiotik. Edukasi disampaikan menggunakan video animasi berdurasi 4,5 menit. Video ini menjelaskan definisi antibiotik dan resistensi antibiotik; penyebab dan besarnya masalah; cara penggunaan antibiotik yang benar; cara penyebaran bakteri yang resisten; dan cara mencegah resistensi antibiotik. Dari 46 peserta kegiatan, 36 peserta mengisi pretes, 22 mengisi postes, dan 17 mengisi keduanya. Mayoritas peserta (91-100%) menjawab enam dari delapan pertanyaan dengan benar. Meski demikian, kurang dari 60% peserta yang mengetahui bahwa demam tidak selalu memerlukan antibiotik dan definisi resistensi antibiotik yang benar. Rerata skor pengetahuan sebelum (8,01) dan sesudah edukasi (8,24) tidak menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik (p>0,05, uji Wilcoxon). Edukasi serupa di masa mendatang perlu lebih interaktif, meluruskan miskonsepsi mengenai penggunaan antibiotik pada demam, dan menjelaskan definisi resistensi antibiotik dengan akurat sehingga masyarakat memahami implikasinya terhadap risiko dan upaya bersama dalam mencegahnya. Tidak didapatkan peningkatan pengetahuan yang signifikan setelah menonton video edukasi. Kegiatan ini juga mengidentifikasi miskonsepsi yang perlu diluruskan pada edukasi selanjutnya.
EDUKASI POLA MAKAN SEHAT DAN AKTIVITAS FISIK MENGGUNAKAN BOARD GAME DI PANTI ASUHAN DHARMA LAKSANA KOTA MATARAM Dian Puspita Sari; I Made Tobias Abdiman; Kezia Michella Yusak Maringka; Winda Manafe; Firdaus Kamma Patandianan
Jurnal Abdi Insani Vol 11 No 3 (2024): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v11i3.1898

Abstract

The prevalence of obesity among children and adolescents is rising globally, leading to short- and long-term health issues such as type 2 diabetes (Type 2 DM). While obesity has multiple causes, modifiable lifestyle factors like diet and physical activity can reduce the risk Indonesian children are exposed to high-sugar, low-nutrient foods and engage in limited physical activity, increasing their risk for obesity and Type 2 DM. Although children depend on adults for food, they must learn to make healthy choices early on. This community service activity aimed to improve knowledge and promote healthy eating and physical activity among foster children at the Dharma Laksana Orphanage in Mataram City. A brief survey found that 33-60% of the children chose high-sugar foods over healthier options. Education was delivered through presentations and a custom-developed board game, "Pilah Pilih" (Select and Choose), which included a storybook and guide. Forty children and two caregivers participated. Post-activity evaluations showed 60% of children scored above 70 in knowledge assessments, with a highest score of 85. Feedback on the game indicated positive engagement and enthusiasm for replay. The "Pilah Pilih" board game shows potential as an effective educational tool to encourage behavioral change through repeated play.