Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

RANCANG BANGUN PENDETEKSI GAS CO DAN H2S SEBAGAI EARLY WARNING SYSTEM (EWS) DI KAWAH GUNUNG IJEN Subono Subono; Alfin Hidayat; Akhmad Afandi
Jurnal Ilmiah Flash Vol 4 No 2 (2018)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1542.968 KB) | DOI: 10.32511/flash.v4i2.293

Abstract

Gunung Ijen di Banyuwangi merupakan salah satu gunung aktif di Indonesia dengan ketinggian 2443 mdpl. Gunung ijen terkenal dikalangan wisatawan domestik maupun luar negeri karena fenomena alam api biru dan penambang belerang tradisional. Permasalahan utama adalah munculnya gas beracun secara mendadak. Gas beracun yang muncul dari kawah dalam konsentrasi tinggi sangat berbahaya. Berdasarkan keterangan dari Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen, gas beracun gunung ijen telah menelankorban sekitar 70 orang sampai tahun 2013. Kondisi wilayah kawah terjal, berbatu, licin, curam dengan kemiringan hingga 450, sehingga diperlukan sistem peringatan dini (Early Warning System) untuk mendeteksi kandungan gas beracun konsentrasi tinggi melalui perangkat sensor. Perangkat sensor yang digunakan sesuai kondisi geografis dari kawah ijen yaitu mudah dalam penempatan, dapat dipindah sesuai kebutuhan keadaan dan mampu saling komunikasi dengan perangkat sensor yang lain termasuk berkomunikasi dengan server melalui jaringan sensor nirkabel (Wireless Sensor Network). Sistem komunikasi antar sensor node menggunakan singlehop. Daya jangkau perangkat zigbee sampai 200 meter tanpa halangan. Tingkat efisiensi konsumsi arus listrik maksimal 35 mA dibutuhkan untuk mengirim data gas beracun CO dan H2S dari sensor MQ-9 dan MQ-136. Peringatan dini munculnya gas beracun dapat dideteksi dengan baik maka timbulnya korban jiwa dapat berkurang
PKM Kelompok Pemilah Sampah TPSA Bulusan Kabupaten Banyuwangi Melalui Program Ompimpah Alfin Hidayat; Subono Subono; Mohamad Dimyati Ayatullah
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 2 (2018): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-dinamika.v3i2.1063

Abstract

Pada kelurahan Bulusan terdapat Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) yang menampung beberapa tempat pembuangan sampah dari berbagai TPSS di Kabupaten Banyuwangi. Volume sampah yang masuk setiap harinya kurang lebih mencapai 122,5 meter3 atau setara dengan 27 rit/truk. Sampah yang ditampung di TPSA Bulusan berupa sampah padat seperti plastik, botol bekas minuman, hingga sisa sayuran. Keadaan sampah di TPSA bulusan seperti timbunan besar yang menggunung tinggi setiap harinya. Meskipun pemilah sampah yang setiap harinya memiliah sampah tetap tidak mengurangi banyaknya sampah. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu upaya untuk menggerakkan masyarakat guna mengoptimalkan pengolahan sampah dari jenis sampah anorganik agar dapat dimanfaatkan menjadi barang yang bernilai. Melalui program Optimalisasi Pengolahan Sampah Menjadi bentuk Paving (Ompimpah), tim pengabdian masyarakat Politeknik Negeri Banyuwangi berupaya untuk mengurangi volume sampah terutama sampah plastik di area TPSA Bulusan Kabupaten Banyuwangi. Hasilnya dengan adanya program ini, sebanyak 60% masyarakat sasaran, yaitu kelompok pemilah sampah menjadikan program ompimpah sebagai peluang usaha yang menjanjikan untuk dilakukan secara mandiri.
Pelatihan Pemanfaatan Penerapan Teknologi Frame Flow Hive di Kandang Lebah Madu Terintegrasi Berbasis IoT pada Petani Lebah Tunas Harapan Kelurahan Gombengsari Vivien Arief Wardhany; Subono Subono; Alfin Hidayat
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 2 No 4 (2022): JAMSI - Juli 2022
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.417

Abstract

Madu merupakan salah satu produk unggulan yang dihasilkan oleh kelompok Tani Tunas Harapan di kelurahan Gombengsari. Salah satu faktor utama penyebab kurang maksimalnya hasil budidaya madu adalah proses pemeliharaan lebah masih konvensional serta proses pemanenan madu secara konvensional yaitu metode pengasapan saat panen madu yang mengakibatkan banyak lebah pekerja yang mati pada saat pengasapan kemudian pada saat pemerahan madu dari sarang dilakukan dengan mengambil sarang dengan memotong sarang lebah dan menyaringnya menggunakan kain sehingga mengurangi tingkat higienitas dan banyak madu yang terbuang saat proses penyaringan. Dengan adanya permasalahan tersebut maka program pengabdian masyarakat ini menawarkan solusi dari permasalahan yang dimiliki oleh mitra yaitu dengan memberikan sebuah pelatihan kepada mitra para peternak lebah madu yang memanfaatkan teknologi yang menerapkan penggunaan frame flowhive pada sarang lebah madu sehingga memudahkan proses pemanenan madu berjalan lebih efektif dan efisien serta dapat melakukan monitoring dari jarak jauh. Kegiatan pelatihan ini ditujukan pada para petani yang tergabung dalam kelompok tani Tunas Harapan yang terdiri dari 10 orang para peternak lebah madu. Metode pelatihan yang diberikan yaitu berupa paparan penjelasan tentang perangkat flow hive meliputi fungsi, cara menggunakan perangkat IoT dan penggunaan aplikasi pada Smartphone dengan cara melakukan demontrasi alat secara langsung dan instalasi pada kandang lebah madu dilapangan. Dengan dilaksanakannya kegiatan pelatihan ini pengabdi telah melaksanakan tranfer teknologi kepada para peternak lebah madu. Setelah melaksanakan kegiatan pelatihan ini para peternak lebah madu dapat mengoperasikan perangkat Frame Flow hive dan aplikasi android secara maksimal sehingga dapat memaksimalkan hasil produksi madu.
Implementasi dan Workshop Teknologi Maggokit Berbasis IoT pada Peternakan Puyuh Desa Tapanrejo, Blambangan, Banyuwangi Alfin Hidayat; Subono Subono; Vivien Arief Wardhany; Dewiarum Sari; Refita Dinda Cahyani Putri
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 3 No 1 (2023): JAMSI - Januari 2023
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.584

Abstract

Tingginya harga pakan ternak membuat pemilik peternakan mencari alternatif untuk mengurangi biaya pembelian pakan ternak dengan tetap memperhatikan kualitas serta kandungan yang dibutuhkan ternak. Pembudidayaan Maggot dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak menjadi sebuah solusi atas permasalahan terkait peningkatan harga pakan ternak. Maggot atau larva dari lalat hitam merupakan organisme pengurai limbah yang sangat potensial. Protein yang terkandung dalam maggot tinggi yaitu 61,42% sehingga maggot banyak dijadikan sebagai alternatif pakan ternak. Dalam pembudidayaan maggot diperlukan perawatan yang sesuai agar maggot dapat berkembang lebih optimal. Beberapa langkah peternak dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak yang dihasilkan sudah sangat tepat, namun masih diperlukan pendampingan Ipteks dan manajemen yang lebih modern agar pemanfaatan sumber daya yang dihasilkan lebih maksimal. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah sosialisasi, implementasi teknologi, penyuluhan dan monitoring. Hasil kegiatan penyuluhan berupa pengembangan wawasan peternak tentang manfaat maggot sebagai alternatif pakan ternak serta pembudidayaan maggot dengan teknologi Maggokit berbasis IoT. Sistem pada teknologi Maggokit dapat mempermudah peternak dalam proses perawatan hingga panen maggot karena dilengkapi dengan monitoring dan kontrol kondisi lingkungan pembesaran maggot secara jarak jauh dan pengayak otomatis.
Sistem Pengering Vanili Menggunakan Metode Kendali Fuzzy Logic Berbasis Internet of Things di Kelompok Tani Vanilla Organik Desa Gintangan Provinsi Jawa Timur Subono Subono; Alfin Hidayat; Vivien Arief Wardhany; Refita Dinda Cahyani Putri; Eka Listiyaningsih Ayu Wardani
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 3 No 1 (2023): JAMSI - Januari 2023
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.589

Abstract

Saat ini para petani vanili masih menerapkan tahapan pengolahan secara konvensional serta sedikit menggunakan perangkat pengering otomatis. Pengolahan vanili melalui tahapan proses diantaranya pelayuan kemudian fermentasi serta proses pengeringan untuk mengurangi kadar air menjadi 30% - 40%. Proses ini harus didukung dengan cuaca cerah agar proses pengeringan bisa mendapatkan hasil sesuai dengan kualitas yang telah ditentukan yaitu tidak mudah hancur, elastis serta memiliki warna coklat kehitaman serta bebas jamur dan cendawan. Apabila kondisi cuaca sering hujan maka kondisi vanili akan memerlukan waktu lebih lama dalam proses pengeringan, hal ini bisa menyebabkan penurunan kualitas vanili karena banyak ditumbuhi jamur dan cendawan. Perencanaan strategi yang dilakukan yaitu meningkatkan kualitas pengolahan buah vanili yang dihasilkan serta efisiensi waktu yang digunakan dalam proses pengeringan dengan diterapkannya teknologi alat pengering vanili terintegrasi yang dapat mempermudah petani dalam proses pengeringan. Metode yang digunakan dalam program pengabdian meliputi identifikasi lapangan, perencanaan, pembuatan alat, implementasi serta penyuluhan dan evaluasi. Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan petani vanili dapat mengoperasikan sistem pengering vanili otomatis. Hasil uji pengeringan yang dilakukan bersama mitra didapatkan waktu pengeringan selama 6 jam dengan kadar air sekitar 36%, dibandingkan dengan konvensional cuaca baik membutuhkan 6 sampai dengan 7 hari proses pengeringan.
PENGARUH MOBILITAS END DEVICE PADA WIRELESS SENSOR NETWORK (WSN) UNTUK PEMANTAUAN GAS CO DAN H2S PADA KAWAH IJEN KABUPATEN BANYUWANGI Subono Subono; Alfin Hidayat; Akhmad Afandi
JURNAL ELTEK Vol 17 No 1 (2019): ELTEK Vol 17 No 1
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (866.963 KB) | DOI: 10.33795/eltek.v17i1.137

Abstract

Gunung Ijen terletak di perbatasan kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso. Gunung Ijen merupakan salah satu gunung aktif di Indonesia dengan ketinggian 2443 mdpl. Gunung ijen terkenal dikalangan wisatawan domestik maupun luar negeri karena fenomena alam api biru dan penambang belerang tradisional. Berdasarkan pengamatan terakhir dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) kabupaten Banyuwangi pada bulan maret 2018 tercatat 30 orang mengalami keracunan gas CO dan H2S. Berdasarkan Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Kawah Ijen, pada bulan maret terjadi aktifitas vulkanik yang memicu keluarnya gas CO dan H2S dalam konsentrasi pekat dan membahayakan pengunjung, penambang maupun penduduk sekitar. Peringatan dini gas beracun (CO, H2S) diperlukan sebagai dasar evakuasi sebelum jatuh korban. Kondisi wilayah kawah ijen dengan tebing curam mencapai kemiringan 45o, berbatu, terjal dan licin, sehingga memerlukan pemantauan gas beracun dengan teknologi jaringan nirkabel. Pemanfaatan WSN dengan topologi Star Single Hop dapat digunakan sebagai Early Warning System (EWS).Beberapa syarat harus dipenuhi agar paket data dan gain signal tetap pada posisi optimal. Jarak antar sensor data dan server maksimal 100 meter. Jumlah paket data yang dikirimkan maksimal 200 tiap mili detik dengan kecepatan 3.14 Kbps. Mount Ijen is located on the border of Banyuwangi and Bondowoso districts. Mount Ijen is one of the active mountains in Indonesia with an altitude of 2443 masl. Gunung Ijen is well-known among domestic and foreign tourists because of the natural phenomenon of blue fire and traditional sulfur miners. Based on the latest observations from the Badan Penanggulangan Bencana Alam (BPDB) of Banyuwangi district in March 2018 there were 30 people experiencing CO and H2S gas poisoning. According to the Kepala Pos Pengamatan Gunng Api (PPGA) of Ijen Crater, volcanic activity occurred in March which triggered the release of CO and H2S gas in concentrated concentrations and endangered visitors, miners and surrounding residents. Early warning of toxic gases (CO, H2S) is needed as a basis for evacuation before falling victim. The condition of the Ijen crater area with steep cliffs reaches a slope of 450, rocky, steep and slippery, which requires monitoring of toxic gases with wireless network technology. The utilization of WSN with StarSingle Hop topology can be used as an Early Warning System (EWS).Some requirements must be fulfilled so that the data package and signal gain remain in the optimal position. The distance between the data sensor and the server is a maximum of 100 meters. The number of data packets sent is a maximum of 200 each milliseconds at a speed of 3.14 Kbps.
Sistem pemeliharaan burung lovebird dalam sangkar berbasis IoT (internet of things) Subono Subono; Alfin Hidayat; Vivien Arief Wardhany; Abdullah Fahmi
JURNAL ELTEK Vol 18 No 1 (2020): ELTEK Vol 18 No 1
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.727 KB) | DOI: 10.33795/eltek.v18i1.210

Abstract

Spesifikasi dan populasi burung di Indonesia termasuk lima besar di dunia. Pada tahun 2019 terdapat 1777 jenis burung. Perlindungan terhadap ekosistem burung Indonesia, menjadi salah satu bentuk konservasi alam dari pemerintah Indonesia melalui Dinas Lingkungan Hidup. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama berperan aktif dalam perlindungan satwa langka untuk menghindari dari kepunahan. Proses pengembangbiakan satwa burung langka menjadi prioritas pemerintah dalam menjaga kelestarian dari kepunahan. Salah satu tujuan penelitian ini adalah bagaimana membuat kandang koloni atau kandang pasangan burung yang dapat dikendalikan atau difungsikan secara otomatis agar lebih mudah bagi para peternak untuk mengembangbiakkan burung lo, dalam hal ini burung lovebird. Kandang pintar dengan kelengkapan seperti nodeMCU, Arduino, ESP8266 dapat diitegrasikan sebagai layanan kendali menggunakan IoT. Penelitian ini mempunyai spesifikasi pemberi pakan dan minum otomatis agar burung dapat dikendalikan pola makannya dan terhindar dari kegemukan dan beberapa penyakit patogen yang menyertainya. Species and bird populations in Indonesia are among the top five in the world. In 2019 there were 1777 species of birds. Protection of Indonesian bird ecosystems has become one of the forms of nature conservation from the Indonesian government through the Office of the Environment. The government and the community must jointly play an active role in the protection of endangered species to avoid extinction. The process of breeding endangered species of birds has become the government's priority in preserving extinction. One of the aims of this research is how to make a colony cage or a pair of bird cages that can be controlled or function automatically to make it easier for breeders to breed lo birds, in this case lovebird birds. Smart enclosures with equipment such as node MCU, Arduino, ESP8266 can be integrated as a control service using IoT. This study has the specifications of automatic feeding and drinking so that birds can be controlled by their diet and avoid obesity and some pathogenic diseases that accompany it.