Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Fenomena School of Crime dalam Kasus Tindak Pidana Berulang: Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember Panca Kursistin Handayani
Jurnal Online Psikogenesis Vol 7, No 2 (2019): Desember
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jps.v7i2.865

Abstract

Previous research on the effects of imprisonment or correctional practices on increasing recurrent crime is not clear enough. Mentioned in previous studies, although it was found data that people who have been imprisoned will tend to become recidivists (repeating their crimes) with a percentage of ± 7-13%, but it cannot be ascertained how far the likelihood of recurring crimes is really caused by imprisonment. Based on these questions, this study aims to explore the phenomenon of the School of Crime in Class IIA Jember Lapas. The choice of location of the study is based on the incidence of recurrent crime which is quite high in the correctional institution. The results of this study are expected to provide an overview of other factors beyond guidance that are often not detected by the Lapas, so that efforts to anticipate and change the atmosphere in guidance can be done to overcome this phenomenon.The qualitative method with the Phenomenology Case Study approach was used for this purpose, with the FGD and in-depth interviews as the main data collection methods. The research subjects used were 9 recidivist prisoners (6 for FGDs and 3 for in-depth interviews). Analysis of the data used is Interpretative Phenomelogical Analysis (IPA) which is used to make conclusions about the themes of the research findings.The results of the study found that: First, prisons provide an opportunity to learn about characters that are considered better, as well as strategies and methods used in committing crimes from fellow prisoners. Secondly, prisons also provide an opportunity to add social networks to friendship and connections, which later has the potential as a supporting factor or risk factor for the formation of repetition of crime after the prison is released. Third, criminal tendencies and family problems become risk factors or protective factors for the formation of recurrent crime
Gambaran Kebutuhan Pendampingan Perempuan Korban Kekerasan dan Kejahatan di Kabupaten Jember Layla Efani Fauzia; Panca Kursistin Handayani
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 13, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/ins.v13i1.580

Abstract

Dampak kekerasan terhadap perempuan tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga dapat berkepanjangan menjadi hambatan bagi kehidupan selanjutnya. Dalam upaya untuk mengantisipasi dampak yang berkelanjutan, para korban kekerasan membutuhkan pendampingan dari berbagai segi agar mampu segera beradaptasi dengan kehidupan selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kebutuhan pendampingan pada korban kekerasan dan kejahatan di kabupaten Jember.Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Populasi yang digunakan 87 dari korban kekerasan berdasarkan laporan yang masuk ke program pendampingan di PPA Jember  data tahun 2014/2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah insidental  sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang dilakukan melalui prosentase. Statistik deskriptif prosentase digunakan untuk mengetahui prosentase kebutuhan  pendampingan pada perempuan  korban  kekerasan dan kejahatan.Berdasarkan hasil uji deskriptif ditemukan bahwa kebutuhan pendampingan pada perempuan korban kekerasan termasuk dalam kategori tinggi yaitu 50 orang (57%), sedangkan sisanya (43%) mempunyai kebutuihan pendampingan dengan kategori rendah. Bila dilihat dari aspek-aspek kebutuhan pendampingannya,  ditemukan bahwa yang paling dominan dibutuhkan adalah jaringan layanan terpadu 57 orang (65,5%), selanjutnya outreach pendampingan korban 48 orang (55%), aspek litigasi sebanyak 47 orang (54%),  konseling rutin yaitu sebanyak 42 orang (48%), aspek shelter 42 orang (48%), yang terakhir aspek support group 32 orang (36,8%).Kata Kunci : kebutuhan, pendampingan, perempuan korban kekerasan dan kejahatan.
PEMETAAN PROBLEM-PROBLEM PSIKOLOGIS NARAPIDANA DI LAPAS KELAS IIA JEMBER Panca Kursistin Handayani; Mirna Fitri
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 10, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/ins.v10i2.299

Abstract

Narapidana adalah manusia bermasalah yang dipisahkan dari masyarakatuntuk mendapat pembinaan agar dapat bermasyarakat dengan lebih baik.Kenyataannya tidak semua program penanganan tersebut mampu menjawabkebutuhan dan permasalahan yang dialami narapidana. Insidensi kerusuhan yangsedang marak terjadi di beberapa daerah di Nusantara menggambarkan bahwa sistemkoreksional perlu dibenahi. Setiap penanganan terhadap permasalahan, mestinyadidasari pada pemahaman yang tepat terhadap sumber penyebab dan situasi yangmelatarbelakangi, karena suatu intervensi apapun bentuknya tidak akan menjadisolusi bila tidak menjawab permasalahan. Untuk itu, perlu kiranya dibuat sebuahpemetaan problem atau problem profiling untuk mengetahui akar dari masalahperilaku narapidana.Tujuan penelitian ini adalah menemukan profil problem psikologis di LapasKelas IIA Jember dengan menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Tiga skalapsikologis digunakan dalam pengumpulan data. Skala-skala ini hasil modifikasi dariskala Kecenderungan Depresi (BDI), Skala Kecemasan (TMAS), dan SkalaKecenderungan Bunuh Diri (SIBD). Jumlah subjek penelitian yang dilibatkan adalah80 orang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tingkat Kecemasan pada Narapidanaberada pada kategori sedang (46 orang = 57,5%), sementara sisanya berimbang antarakategori tinggi dan rendah; 2) Kecenderungan Depresi Narapidana berada padakategori sedang (39 orang = 48,75%), sementara sisanya berimbang antara kategoritinggi dan rendah; 3) Kecenderungan Bunuh Diri Narapidana berada pada tingkatsedang (55 orang = 68,75%), sementara sisanya berimbang antara kategori tinggi danrendah.Hasil ini diharapkan menjadi rujukan bagi Lapas dan pihak-pihak terkaituntuk menyusun program intervensi berbasis problem, terutama yang berkaitandengan program preventif dan kuratif dalam menangani ketiga problem psikologistersebut.
KONTRIBUSI STRATEGI REGULASI EMOSI TERHADAP KECENDERUNGAN MISCONDUCT DAN IDE BUNUH DIRI PADA NARAPIDANA LAPAS II A JEMBER Panca Kursistin Handayani
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 12, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/ins.v12i1.326

Abstract

Penanganan permasalahan di lapas mestinya tidak hanya berjalan pada satusisi, karena sebenarnya penanganan atau intervensi apapun yang diberikanhanyalah merupakan stimulasi bagi perubahan perilaku. Perubahan perilakupositif seperti yang diharapkan akan terjadi bila ada dukungan dari faktor internalindividu sendiri. Tampaknya perlu dilakukan upaya pemberdayaan denganmemanfaatkan potensi atau karakter positif dari narapidana sendiri dalammenghadapi segala tekanan hidup yang ada di lapas setiap harinya. Hal ini bisadibentuk dan dilatihkan, namun dibutuhkan asesmen yang tepat mengenaikarakter positif apa yang dapat mempengaruhi pembentukan perilaku.Penelitian ini berupaya untuk mengeksplorasi sejauhmana peran strategiregulasi emosi yang dilakukan individu terhadap kecenderungan misconduct danmunculnya ide bunuh diri selama mereka menjalani hukuman di lapas Kelas IIAJember. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Subjek yangdilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 orang dengan ciri yang sudahditentukan.Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara strategi regulasi emosidengan ide bunuh diri dengan nilai p 0.000 0.05, dengan r square 0.218menunjukkan bahwa strategi regulasi emosi memberikan kontribusi sebesar 0.218pada munculnya ide bunuh diri narapidana Lapas II A Jember. Selain itu jugaditemukan bahwa tidak ada hubungan antara strategi regulasi emosi dengankecenderungan misconduct pada narapidana di Lapas II A Jember dengan nilai p0.895 0.05.Kecenderungan misconduct lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternaldari individu seperti kondisi lingkungan, hubungan dengan orang lain sertadukungan sosial. Sedangkan ide bunuh diri sangat ditentukan oleh keterampilanindividu dalam melakukan coping pada permasalahan yang sedang merekahadapi. Coping ditentukan oleh kemampuan individu dalam meregulasikanemosinya sehingga dapat memodifikasi emosi negatif dalam bentuk ekspresi yangadaptif dan adekuat.
PENGARUH INTERNALIZATION AND SOCIAL PRESSURE OF APPEARANCE IDEALS TERHADAP BODY DISSATISFACTION PADA REMAJA PEREMPUAN Alfina Rizqyani; Panca Kursistin Handayani; Ria Wiyatfi Linsiya
Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling Vol. 10 No. 3 (2025): Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3287/liberosis.v10i3.10408

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta mengetahui bagaimana pengaruh antara internalization and social pressure of appearance ideals terhadap body dissatisfaction. Konsep Tripartite Influence Model menjelaskan bahwa orang tua, teman sebaya dan media massa menjadi penyebab utama dalam berkembangnya body dissatisfaction pada remaja. Hal ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung melalui dua proses, dimana salah satu prosesnya adalah melalui internalization of appearance ideals. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuantitatif korelasional, dengan sampel sejumlah 398 remaja perempuan yang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Kabupaten Jember, dengan usia 18 – 21 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan dikumpulkan melalui media Google Formulir. Alat ukur yang digunakan adalah BSQ-34 (34 item, α = 0.974) dan SATAQ-4 (22 item, α = 0.926). Model regresi variabel internalisasi dan tekanan menunjukkan nilai F sebesar 179.976 dan 141.336 dengan signifikansi sebesar 0.000a < 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa internalization of appearance ideals dan social pressure memiliki pengaruh yang signifikan terhadap body dissatisfaction. Nilai R Square menunjukkan pengaruh yang diberikan internalization of appearance ideals terhadap body dissatisfaction sebesar 0.477 sedangkan social pressure sebesar 0.518. Hal ini berarti bahwa internalization of appearance ideals memiliki pengaruh yang cukup kuat dan social pressure memperkuat internalisasi tersebut sehingga memunculkan body dissatisfaction. Pada penelitian selanjutnya disarankan memperluas rentang usia dari remaja awal hingga remaja akhir dan menyertakan BMI untuk melihat perbedaan body dissatisfaction yang dialami remaja serta membandingkan tekanan dari agen sosial mana yang lebih dominan dalam membentuk internalisasi penampilan ideal.
PENGARUH SELF-ESTEEM TERHADAP KECEMASAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER Deni Setiawan; Panca Kursistin Handayani; Ria Wiyatfi Linsiya
Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling Vol. 11 No. 1 (2025): Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3287/liberosis.v11i1.11659

Abstract

Transisi ke universitas merupakan fase penuh tantangan, terutama dalam adaptasi sosial. Peralihan ini dapat memicu kecemasan sosial, karena mahasiswa baru berusaha untuk diterima oleh teman sebaya dan membangun hubungan sosial yang mendukung. Namun, keraguan terhadap penyesuaikan diri di lingkungan baru dapat muncul, yang berkaitan dengan tingkat harga diri seseorang. Harga diri adalah sikap individu terhadap dirinya sendiri, yang bisa bersifat positif maupun negatif. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh harga diri terhadap kecemasan sosial pada mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Jember. Pendekatan ini adalah kuantitatif dengan populasi 1.451 mahasiswa baru. Sampel penelitian berjumlah 314 mahasiswa yang dipilih menggunakan teknik proportionate stratified random sampling dengan rumus Slovin. Pengumpulan data dilakukan menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dengan reliabilitas (0,807) dan Social Anxiety Scale for Adolescents (SASA) dengan reliabilitas (0,922). Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga diri berpengaruh signifikan terhadap kecemasan sosial dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Implikasi yang dapat diberikan oleh lingkungan kampus dengan menciptakan suasana yang inklusif dan mendukung.
SHYNESS PADA SISWA DI SMK X KABUPATEN JEMBER Nisfatin Rifkah Nurdiana; Nurlaela Widiyarini; Panca Kursistin Handayani
Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling Vol. 11 No. 1 (2025): Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3287/liberosis.v11i1.11660

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecenderungan shyness pada siswa di SMK-X Kabupaten Jember. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan variabel tunggal yaitu shyness. Populasi yang menjadi objek penelitian ini terdiri dari 221 siswa pada kelas X, XI, dan XII. Dalam menentukan sampel, penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, sehingga diperoleh sampel sebanyak 142 siswa. Data dikumpulkan menggunakan instrumen skala Revised Cheek and Buss Shyness Scale (RCBS) yang dikembangkan oleh Cheek dan Buss 1983 dengan total 20 item dan a = 0,732. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 56% siswa berada pada kategori shyness rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar individu tidak menunjukkan gejala fisiologi seperti cemas, tidak menarik diri, dan menghindari interaksi sosial. Kategori rendah ini juga menunjukkan bahwa shyness dalam taraf normal dan tidak mengganggu kehidupan sehari-hari baik dalam aktivitas di sekolah maupun lingkungan sosial siswa. Selain itu, keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan sosial, seperti bergabung dalam organisasi, mengikuti ekstrakurikuler, atau terlibat dalam komunitas dapat mendukung penguatan rasa percaya diri dan kemampuan komunikasi siswa.
GAMBARAN PERILAKU PROBLEMATIC INTERNET USE PADA PENGGEMAR KOREAN POP Nur Annisa; Panca Kursistin Handayani; Januariya Laili
Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling Vol. 11 No. 1 (2025): Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3287/liberosis.v11i1.11666

Abstract

Problematic internet use adalah suatu perilaku ketidakmampuan seseorang untuk mengontrol penggunaan internet yang dapat tampak dalam tekanan psikologis dan dapat memperburuk fungsi seseorang dalam keseharian. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku problematic internet use pada penggemar Korean Pop (K-Pop). Subjek pada penelitan ini adalah 90 orang penggemar K-pop berusia 18-25 tahun, dengan penentuan sampel menggunakan non-probability sampling dengan metode accidental sampling. Alat ukur menggunakan Problematic Internet Use Questionnaire (PIUQ) yang dikembangkan oleh Demetrovics dan di adaptasi dengan kedalam bahasa Indonesia oleh Widyastuti dan Agriyani (0,892). Penelitian ini menggunakan uji deskriptif dengan hasil didapatkan bahwa responden cenderung masuk kedalam problematic internet use rendah. Artinya, penggemar mampu untuk mengontrol penggunaan internetnya. Sementara penelitian ini hanya berfokus pada hasil penggemar yang termasuk dalam problematic interent use tinggi untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh. Penggemar yang termasuk dalam problematic internet use tinggi masih kesulitan untuk mengontrol dan menurunkan intensitas dalam penggunaan internetnya. Berdasarkan hasil penelitian, problematic internet use dapat berkembang karena adanya motif dan expectencies (positve dan avoidance). Di mana, pada penelitian ini motif media sosial dan penggemar yang membutuhkan hiburan secara bersamaan menjadi faktor terbentuk dan memperkuat perilaku problematic internet use. Peneliti penyarankan untuk mematikan notifikasi, menggunakan aplikasi pembatas waktu serta memprioritaskan untuk beraktivitas secara offline.
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN KECEMASAN AKAN MASA DEPAN PADA FRESH GRADUATE DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER Diajeng Lintar Pertapa; Panca Kursistin Handayani; Ria Wiyatfi Linsiya
Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling Vol. 11 No. 1 (2025): Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3287/liberosis.v11i1.11675

Abstract

Fase dewasa awal merupakan fase yang dimana individu dihadapkan dengan banyaknya tuntutan yang sangat beragam sehingga mengakibatkan beberapa individu mengalami kesulitan. Hal ini dirasakan oleh fresh graduate Universitas Muhammadiyah Jember yang baru saja menyelesaikan masa studinya. Ketidakpastian tentang bagaimana fresh graduate setelah lulus dari perguruan tinggi memicu timbulnya rasa cemas akan masa depan. Adapun self efficacy menjadi salah faktor timbulnya kecemasan akan masa depan pada fresh graduate. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy (X) dengan kecemasan akan masa depan (Y) pada fresh graduate di Universitas Muhammadiyah Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala kecemasan akan masa depan terdiri dari 26 item valid dengan nilai reliabilitas 0,764. Skala self efficacy terdiri dari 27 item valid dengan nilai reliabilitas 0.830. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu non-probability sampling dengan metode purposive sampling. Responden yang terlibat dalam penelitian ini yaitu 150 fresh graduate di Universitas Muhammadiyah Jember. Berdasarkan hasil analisa data menggunakan correlation pearson product moment diperoleh nilai sebesar -0,651, dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0,000 < 0,05 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara self efficacy dengan kecemasan akan masa depan. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan penelitian selanjutnya dan pengembangan ilmu di bidang psikologi.