Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Efektifitas Ekstrak Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap Jumlah Pembuluh Darah Kapiler pada Proses Penyembuhan Luka Insisi Fase Proliferasi Fatimatuzzahroh, Fatimatuzzahroh; Firani, Novi Khila; Kristianto, Heri
Majalah Kesehatan FKUB Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.872 KB)

Abstract

Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut melibatkan luka insisi atau penyayatan jaringan. Hingga saat ini, penanganan luka insisi pada umumnya menggunakan povidone iodine 10 % yang secara klinis dapat menimbulkan parut. Ekstrak bunga cengkeh mengandung 16-23 % minyak atsiri yang terdiri dari 64-85 % eugenol. Eugenol mengandung senyawa aktif seperti polifenol, flavonoid, saponin dan tannin yang saat ini banyak dikembangkan sebagai terapi komplementer dalam proses penyembuhan luka, khususnya luka insisi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap jumlah pembuluh darah kapiler pada proses penyembuhan luka insisi fase proliferasi. Desain penelitian menggunakan true experiment post-test design dengan menggunakan 25 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 3 kelompok perlakuan yang diberi ekstrak bunga cengkeh (dosis 20 %, 40 % dan 60 %) diberikan dalam bentuk cair dan 2 kelompok kontrol yang diberi povidone iodine dan normal saline. Perawatan luka dilakukan selama 14 hari pada luka insisi seluas 4 cm lalu diukur jumlah pembuluh darah kapiler pasca perawatan luka insisi. Analisis data menggunakan ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan kelompok ekstrak bunga cengkeh 60 % dibandingkan kelompok kontrol dengan nilai signifikansi p sebesar 0,001 (p < 0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu perawatan luka insisi dengan ekstrak bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) dosis 60 % mempengaruhi jumlah kapiler pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar. Kata kunci :  Ekstrak bunga cengkeh, Jumlah pembuluh darah kapiler, Luka insisi
Peningkatan Sekresi Angiotensinogen pada Kultur Sel Adiposit akibat Paparan Glukosa Suprafisologis secara Akut Khila F, Novi; Indra, M Rasjad
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 26, No 3 (2011)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.367 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2011.026.03.3

Abstract

Salah satu mekanisme yang menerangkan patogenesis hipertensi pada obesitas adalah aktifasi sistem renin angiotensin. Angiotensinogen  merupakan  prekursor  angiotensin  II  yang  berperan  dalam  patofisiologi  hipertensi.  Ekspresi angiotensinogen  dipengaruhi  oleh  kondisi  lingkungan  di  sekitarnya.  Penelitian  sebelumnya  secara  in  vivo  memperlihatkan bahwa   hiperglikemia dapat memodulasi ekspresi gen angiotensinogen di jaringan adiposa. T ujuan penelitian ini adalah ngin  mengetahui  apakah  terjadi  peningkatan  sekresi  angiotensinogen  pada  kultur  sel  adiposit  yang  di  papar  glukosa suprafisiologis  selama  24  jam.  Kultur  sel  adiposit  diisolasi  dari    jaringan  adiposa  viseral  tikus  Rattus  Novergicus strain Wistar   jantan  berusia  2-3  minggu.  Kultur  sel  adiposit  dibagi  dalam  3  perlakuan,  dipapar  glukosa  dengan  konsentrasi  5  mM (sebagai  kondisi  fisiologis),  11  mM dan  25  mM sebagai  kondisi  glukosa  tinggi,  selama  24  jam.  Dilakukan  pengamatan  kadar angiotensinogen  pada  medium kultur  menggunakan  ELISA.  Hasil  penelitian  menunjukkan  terdapat  peningkatan  yang signifikan  kadar  angiotensinogen  pada  medium  kultur  sel  adiposit  yang  dipapar  glukosa  25  mM  dibandingkan  pada paparan  glukosa  5  mM  (p=0,000)  dan  11  mM  (p=0,002).  Paparan  glukosa  tinggi  (25  mM)  selama  24  jam  dapat meningkatkan  sekresi  angiotensinogen  pada  kultur  sel  adiposit. Kata  Kunci:  Angiotensinogen,  glukosa  suprafisiologis,  kultur  adiposit
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN IBU HAMIL DENGAN PERILAKU IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN Firani, Novi Khila
EGALITA EGALITA (Vol 1, No 2
Publisher : Pusat Studi Gender UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.869 KB) | DOI: 10.18860/egalita.v0i0.1926

Abstract

Angka kematian ibu di negara-negara sedang berkembang, khususnya Indonesia, masih sangat tinggi. Bahkan angka kematian ibu melahirkan di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kematian ibu melahirkan, antara lain faktor reproduksi, komplikasi obstetrik seperti perdarahan, infeksi, serta faktor pelayanan kesehatan yang kurang baik. Di Indonesia, tingginya kematian ibu melahirkan disebabkan masih tingginya kebiasaan para ibu melahirkan dengan bantuan dukun  bayi, terutama di pedesaan. Pada tahun 1998, di Jawa Timur jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga medis baru sebanyak 63,4%, sedangkan yang ditolong oleh dukun (tenaga non medis) sebesar 10,21%. Hal ini membuat penanganan berbagai masalah dalam proses kelahiran seringkali sudah terlambat, sehingga berakibat pada kematian ibu. Masalah mendasar di desa adalah kondisi pendidikan sebagian besar penduduknya yang masih relatif rendah sehingga status kesehatannya juga rendah. Hasil penelitian yang dilakukan di desa Curah Mojo kabupaten Mojokerto menunjukkan  adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan. Dari hasil survei didapatkan data bahwa sebagian besar ibu di desa tersebut, yakni 74,47% masih berpendidikan rendah, yakni hanya tamat sekolah dasar (SD), 14,89% berpendidikan SLTP, dan 10,64% berpendidikan SLTA. Sebagian besar wanita yang berpendidikan rendah tersebut, yakni 38,30% memilih dukun sebagai penolong persalinan, 31,91% yang memilih bidan dan hanya 4,26% yang memilih dokter untuk menolong persalinanny
PENGARUH PAPARAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK FREKUENSI RADIO 1800 MHZ TERHADAP PERSENTASE SEL T CD4+ PADA KULTUR PERIPHERAL BLOOD MONONUCLEAR CELLS Putri, Fara Felisa; Khila Firani, Novi; Rahmad, Rahmad; Zulhaidah Arthamin, Maimun
Majalah Kesehatan FKUB Vol 8, No 3 (2021): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2021.008.03.1

Abstract

Penggunaan gelombang elektromagnetik telah banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya gelombang elektromagnetik global system for mobile communication (GSM) pada ponsel. Beberapa penelitian menyebutkan paparan medan elektromagnetik pada ponsel dapat mempengaruhi fungsi sel dalam tubuh, antara lain sel limfosit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh paparan medan elektromagnetik 1800 Mhz terhadap persentase sel limfosit T CD4+ pada kultur  peripheral blood mononuclear cells (PBMC). Penelitian ini menggunakan metode experimental design di laboratorium Biomedik dan Parasitologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya secara in vitro dengan pre & post test group design pada kultur PBMC pada kelompok sampel yang telah dipapar dengan medan elektromagnetik frekuensi radio 1800 Mhz selama 60 menit dengan jarak 5 cm. Analisis sampel dilakukan dengan FACSVia flowsitometer untuk menganalisis persentase limfosit T CD4+. Analisis data dilakukan dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji Wilcoxon. Hasilnya didapatkan rata-rata persentase sel limfosit T CD4+ sebelum paparan 38,765%±8,42 dan setelah paparan meningkat menjadi 42,545%±2,33. Namun peningkatan yang terjadi masih dalam batas normal dan tidak berbeda signifikan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa paparan gelombang elektromagnetik 1800Mhz selama 60 menit pada jarak 5 cm tidak mempengaruhi persentase sel T CD4 pada kultur PBMC. 
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN PENYAKIT PENYAKIT PERIODONTAL YANG DIUKUR MENGGUNAKAN COMMUNITY PERIODONTAL INDEX OF TREATMENT NEEDS (CPITN) Firani, Novi Khila; Alvianti, Kurnia Putri; Listari, Khusnul Munika
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.5

Abstract

Latar belakang: Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia dengan kecenderungan terjadi peningkatan tiap tahun. Obesitas adalah kelebihan berat badan akibat penimbunan lemak berlebih yang beresiko menimbulkan berbagai komplikasi penyakit sistemik, dan diduga juga menyebabkan gangguan kesehatan periodontal. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dan penyakit periodontal. Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional pada pasien di Puskesmas Janti, Kota Malang, dari Agustus hingga November 2019. Terdapat 107 responden obesitas dan non obesitas (21 laki-laki dan 86 perempuan), yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Kriteria obesitas berdasarkan kriteria WHO Asia Pasifik yaitu indeks massa tubuh ≥25 kg/m2. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan kelainan sistemik, merokok, menggunakan protesa atau alat ortodontik, hamil, menyusui, memiliki penyakit pada kelanjar saliva, dan pasien yang mengkonsumsi obat-obatan. Analisis statistik menggunakan chi-square dan Spearman's correlation test. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.002) pada skor keparahan indeks CPITN antara obesitas dan non obesitas. Uji korelasi spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan (p<0.01) antara obesitas dan skor CPITN. Kesimpulan: Obesitas memiliki hubungan dengan penyakit periodontal yang ditunjukkan dengan meningkatnya skor CPITNKeywords: CPITN, Obesity, Periodontal disease, Body mass index 
PHOSPHATIDYLINOSITOL -3KINASE (PI3K) DI PERBENIHAN ADIPOSIT YANG DIPAJAN GLUKOSA TINGGI DENGAN RETINOL Novi Khila Firani; Bambang Prijadi
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 2 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i2.1111

Abstract

Retinol is one of the active forms of vitamin A. In the previous study, it was known that retinol level in serum of DM patient waslower than in healthy people, which correlated with an increase of the glucose levels in these patients. The importance of retinol in insulinsignaling mechanisms that play a role in the pathogenesis of DM is still unknown. One of the components that play a role in insulinsignaling on adipocytes is phosphatidylinositol-3 kinase (PI3K), which encourages the translocation of glucose transporter-4 (GLUT4) tothe cell surface. The aim of this study was to know the importance of retinol therapy in the levels of PI3K enzyme on visceral adipocyteculture with high glucose exposure (25 mM) as a model of DM in vitro by determination method. Retinol therapy was given at a doseof 0.1 μM, 1 μM , and 10 μM. Measurement of PI3K level was done by ELISA method. The mean (SD) levels of PI3K enzyme were 1.91(0.27), 0.94 (0.15), 1.98 (0.22), 1.69 (0.81), 2.04 (0.16) ng/mL respectively, for adipocyte cultures exposed to 5mM glucose (as aphysiological condition), 25mM glucose, and 25mM glucose concentration with doses of retinol therapy 0.1 μM, 1 μM and10 μM. Theresults of this study indicated that high glucose exposure (25 mM) decreased the level of PI3K compared with adipocyte’s culture on5 mM glucose exposure. Retinol therapy with a dose of 0.1μM, 1μM and10 μM on adipocyte culture exposed with high glucose couldincrease the levels of PI3K.
CORRELATION BETWEEN VISCERAL ADIPOSE TISSUE-DERIVED SERPIN WITH FASTING BLOOD GLUCOSE LEVEL IN OBESITY Novi Khila Firani; Agustin Iskandar; Anik Widijanti; Nonong Eriani
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v24i1.1150

Abstract

Abnormalitas jaringan lemak pada kegemukan berhubungan dengan timbulnya berbagai masalah kesehatan, antara lain terjadinyaresistensi insulin. Adipositokin merupakan protein yang dihasilkan jaringan lemak, salah satunya adalah Visceral Adipose Tissue-DerivedSerpin (Vaspin). Beberapa penelitian menunjukkan vaspin berhubungan dengan kepekaan insulin. Belum diketahui apakah dalam setiappeningkatan derajat kegemukan terdapat perubahan hasilan vaspin, yang berhubungan dengan perubahan kadar glukosa darah, sebagaimanifestasi gangguan kepekaan insulin. Rancangan penelitian adalah potong silang, dengan jumlah sampel 60 orang usia dewasa,yang terbagi berdasarkan patokan WPRO (2000), yaitu 10 orang non-kegemukan, 10 orang kegemukan I dan 40 orang tergolongkegemukan II. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa menggunakan metode heksokinase. Pemeriksaan kadar vaspin menggunakanmetode sandwich ELISA. Telitian menunjukkan kadar vaspin di kelompok kegemukan II dan I lebih tinggi dibandingkan kadar vaspinpada non-kegemukan (p=0,00). Kadar vaspin di kegemukan II dan I tidak berbeda bermakna. Kadar glukosa darah puasa di kelompokkegemukan II dan I lebih tinggi dibandingkan kadar glukosa darah puasa di non-kegemukan (p=0,017), namun kadar glukosa darahsebagian besar subjek penelitian masih dalam taraf normal. Hasil uji kenasaban Spearman menunjukkan ada kenasaban positif yangbermakna kadar vaspin terhadap kadar glukosa darah, namun kekuatannya rendah (r=0,384, p=0,001). Terdapat hubungan yangbermakna kadar vaspin dengan kadar glukosa darah puasa di kegemukan. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut menggunakan subjekpenelitian kegemukan dengan mengukur indeks kepekaan insulin, untuk memperjelas hubungan antara vaspin, sebagai adipositokinyang berperan dalam kepekaan insulin, terhadap kadar glukosa darah.
Role of Lactic Acid as Predictor of Mortality in Patients with Acute Myocardial Infarction Novi Khila Firani; Theresa Sugiarti Oetji
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 27, No 2 (2021)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v27i2.1734

Abstract

The hypoxic-ischemic condition causes tissue metabolic abnormalities and organ dysfunction, characterized byelevated blood lactic acid levels. It is suspected that increased lactic acid in Acute Myocardial Infarction (AMI) patients couldincrease mortality risk. This study aimed to determine whether increased lactic acid levels could be used as a predictor ofmortality in AMI patients. The analytical observational-cohort study was performed on AMI patients who were admitted toDr. Saiful Anwar Malang Hospital from January 2018 to December 2019. Research subjects were divided into two groups, thegroup of deceased and living AMI patients, who were tested for lactic acid, troponin-I, CKMB, and creatinine levels atadmission. Diabetes mellitus and septic patients were excluded. For analysis of lactic acid as a predictor of mortality, ROCcurve analysis and odds ratio were used. There found that lactic acid levels in the deceased AMI patients group were highercompared to that of the living AMI patients (p < 0.05). The sensitivity and specificity values of lactic acid as a predictor ofmortality in AMI patients at a cut-off of 3.5 mmol/L were 66.7% and 80%, respectively. Odds ratio analysis showed that AMIpatients with lactic acid levels more than 3.5 mmol/L had 8 times greater mortality risk than those whose level less than 3.5mmol/L. It was concluded that lactic acid level can be used as an indicator to predict the mortality of AMI patients.
ANGIOTENSIN II DI PERBENIHAN ADIPOSIT YANG DIPAJAN GLUKOSA TINGGI Novi Khila Firani
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 19, No 3 (2013)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v19i3.409

Abstract

Abdominal obesity is closely linked to the occurrence of metabolic syndrome. In pathomechanism of metabolic syndrome, adipocity plays an important role as an active metabolic endocrine organ. This is accomplished the secretion of various hormones, enzymes, cytokines, and components that play a role in the rennin angiotensin system (RAS). One of the mechanisms linking the occurrence of hypertension in obesity is through the increased activity of RAS. Angiotensin II is the major effector of hypertension. The effect of high glucose exposure in adipocytes culture to angiotensin II secretion up to now is yet unknown. Adipociyties culture from rat visceral adipose tissue were exposed to 5 mM glucose concentration (as a physiological condition), 11 mM and 25 mM glucose concentration as the high glucose condition. Measurement of the angiotensin II level which is secreted in the culture medium was done by ELISA method. The mean (SD) levels of angiotensin II were 56.4 (4.28), 66.05 (2.24), and 69.22 (3:49) ng/mL respectively, for adipocities cultures exposed to 5 mM, 11 mM and 25 mM glucose concentration. High glucose exposure could increase the secretion of angiotensin II significantly in adipocytes culture. This suggests that the condition of hyperglycemia affects adipocytes dysfunction that play a role in the metabolic syndrome pathomechanism.
Procalcitonin and Troponin-I as Predictor of Mortality in Acute Myocardial Infarction Patients Novi Khila Firani; Jennifer Prisilla
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 28, No 2 (2022)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v28i2.1817

Abstract

Acute Myocardial Infarction (AMI) is known as one of the leading causes of death in the world as well as in Indonesia. Procalcitonin is a marker of inflammation that has been recognized as a predictor of mortality in sepsis patients. The role of procalcitonin as a predictor of mortality in AMI patients has not been widely studied. Troponin-I has been recognized as a biomarker of AMI. It is unclear whether Troponin-I can also act as a biomarker to predict the death of AMI patients. This study aim is to determine the role of procalcitonin and troponin-I as predictors of mortality in AMI patients. A 5-month analytical observational study was performed on AMI patients who were admitted to Dr. Saiful Anwar, Malang. Patients with sepsis or infection were excluded. There were 51 study subjects, of whom median procalcitonin and troponin-I levels of patients who died were significantly different from survivors (p<0.05). Procalcitonin level with a cut-off of 2.16 ng/mL had a sensitivity of 77% and specificity of 87%. Troponin-I level with a cut-off of 3.1 ng/mL had a sensitivity of 61% and specificity of 84%. Odds ratio of procalcitonin to mortality was 17.78 (p=0.001), while troponin-I was not significant. Procalcitonin correlated with mortality (r= 0.519, p= 0.005). The conclusion of this research is procalcitonin acts as a predictor of in AMI patients.