Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Manfaat Finansial pada Pola Kemitraan Usaha Pembibitan Sapi Potong (Financial Benefit on Local Cattle Breeding Smallholder Sharing Pattern) Cecep Firmansyah; Sondi Kuawaryan; Sri Rahayu
Jurnal Ilmu Ternak Vol 6, No 1 (2006)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v6i1.2271

Abstract

Penelitian survey bertujuan mengungkap informasi perolehan manfaat finansial usaha pembibitan sapi potong lokal pada kemitraan pola bagi hasil anak berselang. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang. Responden sebanyak 25 orang peternak pembibitan sapi potong lokal dengan pola bagi hasil anak berselang, diperoleh dengan metode Cluster simple Random Sampling. Kesepakatan informal pada pola bagi hasil mewajibkan investor menyediakan induk sapi potong lokal dan peternak membiayai seluruh pengeluaran usaha. Investor dan peternak masing-masing memperoleh 50 % gross output. Rata-rata peternak mendapatkan bagian 3,83 ekor/tahun (Rp. 7.260.988,80). Pendapatan riil keluarga peternak Rp. 6.544.425,-/tahun dari investasi sebesar Rp. 1.911.200, sedangkan pendapatan investor Rp.7.260.989,-/tahun/ unit usaha dari investasi sebesar Rp. 14.400.000,-. Parameter ROI peternak 57,39 % lebih besar dari ROI investor 50,42 % mengindikasikan aturan pola bagi hasil yang selama ini disepakati secara informal dinilai hampir memberikan keuntungan finansial yang proporsional/adil.Kata kunci : Pola Bagi Hasil, manfaat finansial
STRATEGI PEMANFAATAN KEUNGGULAN KOMPARATIF DALAM PENYEDIAAN CALON INDUK SAPI PERAH DI JAWA BARAT Sri Rahayu -; Cecep Firmansyah -; Sondi Kuswaryan -
Sosiohumaniora Vol 17, No 2 (2015): SOSIOHUMANIORA, JULI 2015
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.216 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v17i2.7300

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keunggulan komparatif dan strategi pemanfaatannyadalam penyediaan induk sapi perah di Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah survey di beberapawilayah sentra dan non sentra budidaya sapi perah di Jawa Barat. Responden peternak ditentukan denganmulty stage, yaitu: tahap-1 menentukan jumlah sample (n), tahap-2 menentukan jumlah sample pada masingmasinglokasi (ni) menggunakan proporsional allocation sampling method, dan tahap-3 pengambilan sampeluntuk masing-masing lokasi menggunakan simplerandom sampling. Jumlah sampel secara keseluruhan adalahsebanyak 65 orang. Teknik analisis yang digunakan merupakan perpaduan antara analisis kualitatif dan kuantitatif.Keunggulan komparatif dianalisis dengan teknik scoring menggunakan likert scale, dan location quotien. Faktorpenentu penyediaan calon induk sapi perah dianalisis menggunakan perspective analysis. Strategi pemanfaatankeunggulan komparatif ditentukan dengan SWOT analysis. Hasil penelitian menujukkan bahwa : (1) Keunggulankomparatif wilayah dalam pengembangan usaha rearing sapi perah menurut urutan tertinggi sampai terendahadalah ketersediaan: (a) pakan hijauan, (b) jumlah tenaga kerja, dan (c) pedet sapi perah betina, (2) seluruh wilayahmemiliki keunggulan komparatif berbeda-beda menurut indeks perbandingan relatif, (3) faktor-faktor penentupengembangan usaha rearing: (a) kebijakan pemerintah, (b) eksistensi petugas/ pembina, dan (c) sumberdayamanusia dan teknologi, dan (4) strategi pemanfaatan keunggulan komparatif dalam penyediaan calon induk sapiperah di Jawa Barat diarahkan pada pengembangan usaha rearing sapi perah berkelanjutan didukung denganberbagai kebijakan yang saling memperkuat satu sama lain. Fokus program diupayakan melalui pengembangankualitas pembinaan, kualitas SDM peternak, peningkatan adopsi teknologi dan inovasi rearing sapi perah.
PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP DAGING DOMBA DI JAWA BARAT Dadi Suryadi,; Sri Rahayu; Cecep Firmansyah; Sondi Kuswaryan
Sosiohumaniora Vol 18, No 1 (2016): SOSIOHUMANIORA, MARET 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.063 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v18i1.9353

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap daging domba. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Lokasi penelitian di wilayah jalur wisata Bogor-Cianjur, dan Kota Bandung yang ditentukan secara purposive. Sampel yang digunakan sebanyak 109 responden, dengan model analisisUji Chochran Q Test, dan Multi Atribut Fishbein. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (a) Terdapat empat dari 18 atribut daging domba yang valid disepakati konsumen daging domba yaitu: keempukan daging, hargadaging, bagian potongan karkas, dan aroma, (b) konsumen lebih menyukai: daging domba empuk yang ditandai konsistensi kenyal jika ditekan dengan jari; harga daging yang layak sesuai dengan kualitas; bagian potongan karkas paha belakang dan depan; daging memiliki aroma khas dan tidak berbau busuk, (c) prioritas atribut yang dipertimbangkan dalam membeli daging domba dari tingkatan penting sampai sangat penting, yaitu : keempukan daging, harga daging, bagian potongan karkas, dan aroma daging, (d) Sikap konsumen daging domba sebagian besar ada pada kategori positif sampai sangat positif, dan sebagian kecil responden bersikap netral, tetapi responden tetap melakukan pembelian daging domba.
HUBUNGAN ANTARA HARAPAN HASIL DENGAN TINGKAT RISIKO PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING Sondi Kuswaryan; Maman Paturochman; Cecep Firmansyah
Sosiohumaniora Vol 5, No 3 (2003): SOSIOHUMANIORA, NOPEMBER 2003
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v5i3.5527

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara tingkat risiko usaha dan harapan hasil pada usahaternak ayam ras pedaging. Penelitian dilakukan di Poultry Shop Tanjung Mulya, Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Penelitian ini menggunakan data dari 276 kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh 50 unit usahaternak ayam ras pedaging, yang dipilih secara acak. Risiko usaha menggunakan ukuran koefisien variasi, dan harapan hasil menggunakan ukuran rata-rata dari gros marjin yang diperoleh usahaternak selama setahun. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Risiko usahaternak ayam ras pedaging merupakan pengaruh kumulatif dari kegagalan faktor teknis dan harga. Faktor teknis disebabkan oleh terjadinya kematian ayam atau kegagalan berat ayam mencapai berat yang optimal. Faktor harga disebabkan oleh tingginya harga DOC dan Pakan, serta rendahnya harga ayam hasil panen. Terdapat hubungan yang nyata antara tingkat risiko ( X ) dengan tingkat harapan hasil ( Y ), mengikuti model korelasi sebagai berikut : Y = 734.793,8 – 206.046 X + 17.514,86 X 2 R2 = 0,9137, Pada usahaternak ayam ras pedaging, risiko usaha berjalan selaras dengan besarnya harapan hasil. Makin besar harapan hasil, peternak dihadapkan pada risiko usaha yang makin besar. Kata Kunci : Risiko Usaha, Harapan Hasil, Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Design of livestock mortality insurence system as a tool of rosk guarantee for sustainability the smallholder beef cattle in West Java (risk identification in the smallholder beef cattle) Hasni Arief; Sri Rahayu; Cecep Firmansyah
Proceedings of AICS - Social Sciences Vol 1 (2013)
Publisher : Proceedings of AICS - Social Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.311 KB)

Abstract

Under conditions where a very small scale of farming, death of cattle can be no sustained business continuity factors that can disrupt the economy of the family. Further efforts to beef self-sufficiency will be threatened. Consider this, the necessary existence of an insurance system that can provide a guarantee for the sustainability of beef cattle livestock people. The purpose of this study were: 1) generate information about the risks involved in beef cattle farming in the context of changes in the current economic environment, 2) generate a description of the strategies and practices of governance risks run by actors livestock beef cattle at the moment, and 3) generate valuation and risk indicators for the feasibility of applying the insurance system in livestock beef cattle. The study was conducted in three (3) areas: District of Bandung, District of Subang, and District of Ciamis for eight months (since April to November 2012).The research method used was a survey method, which used technique of sampling is multistage random sampling. The number of samples used in this study as the primary data source as many as 150 people breeder. The data were analyzed descriptively by tabulation triangulation. The results showed that the dominant risk is a problem faced by farmers feed (forage) and diseases (diarrhea, flu, and bloating). To that end, death insurance deemed necessary because it was an case, very rare (incidence average once in 5 years). Nevertheless, the demand for insurance cattle ranchers (not specific: livestock mortality insurance) is very high, 90% of total survey respondents farmer wants a livestock insurance. Mainstay in the management of risk is to diversify its business, farming or fishing; reduce inputs, both the number and kind, and formed a partnership system. How risk management is closely linked to socio-economic conditions that farmers (individual attributes). Breeders realized that farming of beef cattle an economic sector heavily laden with risk conditions. Therefore, the farmers consider that the risk (losses) not yet at the level of troubling.Keywords: Livestock insurance, risk management, beef cattle
Usaha Ternak Domba sebagai Jalur Keluar dari Kemiskinan Buruh Tani di Perdesaan Sondi Kuswaryan; Cecep Firmansyah; Muhammad Hasan Hadiana
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 3 (2020): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.005 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i3.11396

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemungkinan usaha ternak domba sebagai aktivitas nafkah untuk pengentasan kemiskinan, serta menentukan jumlah kepemilikan domba yang dapat  membawa rumah tangga buruh tani keluar dari kemiskinan. Survey telah dilakukan di Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi, melibatkan rumah tangga buruh tani miskin sebanyak 65 orang dan 22 orang tidak miskin. Faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan dianalisis menggunakan model regresi logistik biner, sedangkan jumlah kepemilikan domba yang harus dipelihara untuk keluar dari kemiskinan ditentukan dengan model regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia kepala keluarga, dan pengalaman beternak tidak mempengaruhi kemiskinan, sedangkan jumlah kepemilikan domba, jumlah anggota rumah tangga, keterlibatan dalam kelembagaan, serta sumber pendapatan dari non pertanian mempengaruhi status kemiskinan rumah tangga buruh tani. Pada rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4,45 orang,untuk keluar dari kemiskinan buruh tani harus memelihara minimal sebanyak 36,63 ekor domba per rumah tangga. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa usaha ternak domba dapat digunakan sebagai sarana untuk pengentasan kemiskinan buruh tani, program pengentasan kemiskinan akan efektif bila melibatkan kelembagaan lokal.Kata Kunci: buruh tani, jumlah kepemilikan domba, kemiskinanABSTRACTThis study aims to determine the possibility of sheep farming as a livelihood activity for poverty alleviation and to determine the amount of sheep ownership that can bring farm laborers households out of poverty. Survey research has been carried out in Walangsari Village, Kalapanunggal District, Sukabumi Regency, involving 65 poor farmer households and 22 non-poor households. Factors affecting poverty were analyzed using a binary logistic regression model, while the number of sheep ownership needed to escape poverty was determined by a simple regression model. The results showed that the age of the head of the family, and experience of sheep farmers did not affect poverty, while the number of sheep ownership, number of household members, involvement in institutions, and sources of income from non-agriculture affected the poverty status of farm laborers' households. In the average number of household members as many as 4.45 people, to get out of poverty must maintain a minimum of 36.63 sheep per household. This research explains that sheep farming can be used as a means to reduce the poverty of farm laborers, and poverty alleviation programs will be effective if they involve local institutions.Keywords: farm labor, number of sheep ownership, poverty
Differences in Characteristics and Income of Duck Farming in Sukra and Sindang Districts, Indramayu Regency Herlina, Linda; Firmansyah, Cecep; Salsabilah, Khansa Nurul
Jurnal Ilmu Ternak Vol 23, No 2 (2023): December
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v23i2.49769

Abstract

AbstractDuck is one of the commodities breeders rely on in Indramayu Regency as a source of income to support the farmer's family expenses. Two areas became the basis for providing duck products in Indramayu Regency: Sukra District and Sindang District. The purpose of this study was to determine the difference in the average characteristics of the breeder's variables consisting of livestock experience, age, number of family members out of the farmer, distance to marketing centers, farmer expenses, duck farming costs, duck farming revenue, and farmer income (per head per year). The method used was a survey with 100 farmers as respondents. Data were collected using interviews with questionnaires. The results showed that to conduct a valid independent sample t-test, several steps were needed, namely removing outliers and variables that did not have normally distributed data. This process produces 4 valid variables used in the difference test. In the end, the variables significantly different between duck farmers in Sukra and Sindang Districts were the average age of the breeders and the average cost of raising ducks. This is because the sources of production inputs used are different from each other, and optimizing the use of production factors is not easy due to the relatively small number of livestock, which is less than 1000 heads per farmer. 
Implementation of The Collaborative Funding Model for Sheep Fattening Farming at The Riungmukti Multipurpose Cooperative Kalapanunggal District, Sukabumi Regency, West Java Kuswaryan, Sondi; Firmansyah, Cecep; Daud, Andre Rivianda; Sulistyati, Marina
Jurnal Pengabdian Masyarakat Biologi dan Sains Vol 2, No 2 (2023): Jurnal Pengabdian Masyarakat Biologi dan Sains
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/jpmbio.v2i2.2232

Abstract

Sheep farming is an important income for rural communities. The fattening segment has better business prospects than breeding. This conducive business opportunity cannot be accessed bysheep farmerss, due to limited financial capital for purchasing fattening sheep. Community service activities aimed to provide funds to finance fattening by sheep farmers, using a crowdfunding system. Implementation of activities using the territorial mapping method, counseling and assistance to members and administrators of the Riungmukti Multipurpose Cooperative, Kalapanunggal District, Sukabumi, West Java. The program evaluation showed that crowdfunding system by strengthening the Ecobis 2-3-5 profit sharing pattern received appreciation from the majority of sheep farmers and investors. The Ecobis 2-3-5 pattern provides financial feasibility for investors, with a rate of return on investment value added of 11.42 percent/year, greater than interest on bank savings, deposits and interest on people's business credit loans (KUR). Cooperative program operational costs can be covered, as well as increasing employment and business opportunities for farmers. Increasing program performance can be done through investment promotions to attract investors, improving services to farmers, especially the movement to plant forage on empty and/or unproductive land with the addition of legume plants. It is necessary to run monthly communication forums between farmers for business motivation, exchange experiences, and increase the capacity for adopting science and technology.
IMPLEMENTASI DAN RESPON PETERNAK TERHADAP INOVASI PEMBIAYAAN PENGGEMUKAN DOMBA QURBAN “MODEL EKOBIS 30-70” Kuswaryan, Sondi; Firmansyah, Cecep; Daud, Andre Rivianda; Fitriani, Anita
Jurnal Difusi Ipteks Legowo Vol. 2 No. 1 (2024): Jurnal Difusi Ipteks Legowo
Publisher : Perkumpulan Legowo Cerdas Sejahtera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62242/jdil.v2i1.23

Abstract

Ternak mempunyai fungsi penting dalam penghidupan masyarakat perdesaan, memberikan rasa aman, sebagai aset usaha dan tabungan, dan berperan penting membantu mengatasi risiko finansial yang tidak direncanakan, namun sebagai sumber nafkah usahaternak masih berperan sebagai sumber pandapatan tambahan.  Peternak domba di Kelompok Peternak Jaya Bakti Desa Citali Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang mempunyai motivasi kuat untuk mengusahakan ternaknya sebagai bisnis komersial, dengan memanfaatkan peluang pasar hewan qurban. Peternak ternyata tidak dapat merealisasikan rencana tersebut karena terbatasnya pengetahuan dan pembiayaan.  Untuk mengatasi keterbatasan peternak, diintroduksikan inovasi pembiayaan Model Ekobis 30-70, yang merupakan pola bagi hasil antara peternak dan pemodal. Ternak yang digunakan menjalankan program sebanyak 14 ekor, dengan nilai investasi Rp 29.850.000, melibatkan 12 orang peternak.   Pasca pemeliharaan selama 6 bulan, diperoleh nilai penjualan domba Rp 44.717.500,00. Nilai tambah total yang diperoleh Rp 14.867.500,00.  Dari nilai tersebut peternak mendapatkan bagian 70% sebesar Rp 10.406.250,00. Rata-rat nilai tambah yang dihasilkan Rp 743,375,00/ekor dan peternak mendapatkan nilai tambah sebesar Rp 867.270,83/orang.  Nilai tambah investor sebesar Rp 4.460.250,00 atau 14,94 % dari total investas. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat bunga deposito bank. Dengan demikian tingkat kelayakan investasi pola bagi hasil Model Ekobis 30-70 memenuhi aspek kelayakan. Oleh karena itu, peternak, masyarakat umum dan perangkat desa memberikan respon yang baik terhadap model pembiayaan yang diintroduksikan.
PERAN USAHA TERNAK DOMBA TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETERNAK (KASUS DI KECAMATAN KERTAJATI, KABUPATEN MAJALENGKA) Putri, Nadhilah Rahayu; Kuswaryan, Sondi; Firmansyah, Cecep
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Vol. 12 No. 2 (2024)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jitp.v12i2.30802

Abstract

Domba merupakan komoditas usaha ternak yang sering menjadi andalan ekonomi rumah tangga bagi peternak di Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan dan Desa Pasiripis, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, bertujuan untuk mengetahui sejauhmana tingkat ketahanan pangan rumah tangga peternak dan bagaimana peran dari usaha ternak domba terhadap ketahanan pangan rumah tangga peternak. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan responden sebanyak 46 orang dan data pengeluaran rumah tangga didapat melalui proses wawancara dengan reponden dan data konsumsi gizi didapat dengan menggunakan metode food recall 3x24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pangsa pengeluaran rumah tangga peternak adalah sebesar 55,71% dan konsumsi energi sebesar 102,92% yang mengindikasikan ketahanan pangan rumah tangga peternak berada pada kategori tahan pangan. Besarnya kontribusi usaha ternak domba terhadap pemenuhan kebutuhan pangan adalah sebesar 67,79%, artinya usaha ternak domba memiliki peran yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan dan menjaga ketahanan pangan rumah tangga. Kata Kunci: Analisis pendapatan usaha ternak, ketahanan pangan, peternak domba.