Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

IMPLEMENTASI AJARAN ASTA BRATA DI PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA (PHDI) KOTA PALU Ketut Yasini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 6 No 1 (2015): Widya Genitri
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Zaman globalisasi yang ditandai dengan merosotnya di dalam berbagai sektor kepemimpinan, sehingga banyak konsep ajaran agama Hindu dalam Ramayana yaitu ajaran Asta Brata dipakai sebagai landasan berpikir, berkata, dan bertindak. Ajaran kepemimpinan Asta Brata digunakan sebagai pedoman kepemimpinan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Kemajemukan dan perkembangan suatu daerah memberikan tantangan kepada PHDI dalam membangun baik fisik maupun mental, kerukunan antar umat beragama, suku, bahkan mengantisipasi perselisihan yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan perpecahan. Dengan demikian, diperlukan pemimpin yang handal dan profesional untuk menghadapi tantangan dan hambatan tersebut. Penelitian ini didasarkan atas ajaran kepemimpinan yang merupakan epos besar Ramayana yaitu ajaran kepemimpinan Asta Brata. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi ajaran Asta Brata di PHDI Kota Palu? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi ajaran Asta Brata di PHDI Kota Palu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi ajaran Asta Brata di PHDI Kota Palu meliputi: 1) Indra Brata, PHDI Kota Palu memberikan kesejahteraan kepada umat, seperti memberikan pakaian setiap tahun kepada pinandita dan meminjamkan dana khas umat bagi umat yang membutuhkan; 2) Yama Brata, PHDI Kota Palu menegakan aturan yang berlaku dan memberikan sanksi bagi yang melanggarnya; 3) Surya Brata, PHDI Kota Palu melakukan suatu koordinasi dengan bawahan dan tidak mengambil keputusan dengan tergesa-gesa; 4) Candra Brata, PHDI Kota Palu mengimplementasikan dengan cara menghargai bawahan, tidak memandang derajat, selalu berwajah yang berseri-seri di depan umat; 5) Bayu Brata, PHDI Kota Palu selalu berada di tengah-tengah umatnya dalam kegiatan ngayah, rapat, dan kegiatan-kegiatan lainnya, 6) Kuwera Brata, PHDI Kota Palu mengimplementasikan ajaran tersebut dengan menggunakan khas umat secara maksimal untuk pembangunan fisik dan upakara yajna; 7) Baruna Brata, PHDI Kota Palu selalu menyampaikan hal-hal penting agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti mabuk-mabukan; dan 8) Agni Brata, diimplementasikan oleh PHDI Kota Palu dengan memberikan semangat kepada umat untuk melaksanakan pembangunan dengan membentuk panitia pembangunan
DAMPAK TERORISME TERHADAP INTEGRASI MASYARAKAT MULTIKULTUR DI DESA SAUSU PAKAREME KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH Ketut Yasini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 8 No 2 (2017): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v8i2.224

Abstract

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori perubahan sosial, teori fungsional konflik dan teori nilai. Penentuan informan ditentukan prosedur purposif. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu: observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. dampak terorisme terhadap integrasi masyarakat multikultur di Desa Sausu Pakereme yaitu timbulnya rasa trauma serta terbatasnya dalam kontak sosial. 2. faktor-faktor penghambat dan pendorong integrasi masyarakat multikultur di Desa Sausu Pakereme yaitu faktor penghambat meliputi: timbulnya rasa kecurigaan sebagian masyarakat terhadap golongan tertentu kepada kelompok jaringan terorisme, Berprasangka pada hal-hal yang terlihat baru atau asing, serta belum terbentuknya sebuah organisasi lintas agama. Faktor pendorong meliputi: meningkatnya kerja sama antar masyarakat, menjalin silaturahmi yang kuat sesama masyarakat, dan aktifnya kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat. 3. nilai-nilai pendidikan Agama Hindu dari integrasi masyarakat multikultur di Desa Sausu Pakereme yaitu terdapat nilai a). Tat Twam Asi, b). Tri Kaya Parisudha.
PERANAN PERADAH DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI AJARAN AGAMA HINDU PADA PEMUDA HINDU DI DUSUN LINGGA SARI DESA TOLAI BARAT KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ketut Yasini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 9 No 2 (2018): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v9i2.243

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah Peranan Peradah dalam Mengembangkan Nilai-nilai Ajaran Agama Hindu pada Pemuda Hindu? (2) Apakah kendala-kendala yang dihadapi Peradah dalam mengembangkan Nilai-nilai Ajaran Agama Hindu pada Pemuda Hindu? (3) Apakah upaya-upaya yang dilakukan Peradah dalam mengembangkan Nilai-nilai Ajaran Agama Hindu pada Pemuda Hindu?. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui Peranan Peradah dalam Mengembangkan Nilai-nilai Ajaran Agama Hindu pada Pemuda Hindu, (2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Peradah dalam Mengembangkan Nilai-nilai Ajaran Agama Hindu pada Pemuda Hindu, (3) Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Peradah dalam Mengembangkan Nilai-nilai Ajaran Agama Hindu pada Pemuda Hindu. Teori yang digunakan adalah teori peran, teori fungsional struktural, dan teori motifasi. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan.Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan atau verifikasi data. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peranan Peradah dalam mengembangkan nilai ajaran Agama Hindu yaitu dengan mengadakan dan ikut ambil bagian dalam kegiatan yang di adakan di desa. Kendala-kendala yang dihadapi Peradah dalam mengembangkan Nilai-nilai ajaran Agama Hindu yaitu (1) Kurangnya tingkat kesadaran pemuda (2) Kesibukan anggota Peradah (3) Kurangnya dukungan orang tua. Upaya-upaya yang dilakukan Peradah dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Agama Hindu yaitu (1) Menerapkan sistem denda (2) Rekontruksi kepengurusan Peradah (3)Melakukan sosialisasi.
PERANAN PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA DALAM MENERAPKAN AJARAN BRAHMACARI ASRAMA PADA REMAJA HINDU DI DESA MALONAS KECAMATAN DAMSOL KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH Ketut Yasini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 13 No 1 (2022): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v13i1.279

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) peranan PHDI dalam menerapkan ajaran Brahmacari Asrama pada remaja Hindu di Desa Malonas, 2) kendala yang dihadapi oleh PHDI dalam menerapkan ajaran Brahmacari Asrama pada remaja Hindu di Desa Malonas, 3) upaya yang dilakukan oleh PHDI untuk mengatasi kendala dalam menerapkan ajaran Brahmacari Asrama pada remaja Hindu di Desa Malonas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil Penelitian: Peranan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dalam menerapkan ajaran Brahmacari Asrama pada remaja Hindu di Desa Malonas, yaitu: a) memberikan motivasi, dan b) memberikan pembinaan secara berkesinambungan. Dalam melaksanakan perannya, PHDI Desa Malonas mengalami beberapa kendala, yaitu: a) kurangnya respon remaja, dan b) meningkatnya kasus kenakalan remaja. Berkaitan dengan kendala yang dihadapi PHDI dalam menerapkan ajaran Brahmacari Asrama pada remaja Hindu di Desa Malonas, maka upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut, yaitu: a) PHDI Desa Malonas menjalin kerjasama dengan pihak sekolah, masyarakat, orang tua dan pasraman dalam menanamkan nilai pendidikan agama Hindu, dan b) PHDI Desa Malonas bekerjasama dengan pihak sekolah, masyarakat, orang tua dan pasraman melakukan pembinaan melalui kegiatan olah raga, Dharma Gita dan ajaran tentang susila.
PERSEPSI MASYARAKAT HINDU TERHADAP TERHADAP NGABEN MASSAL Ratih Paraswati; Gede Merthawan; Ketut Yasini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 3 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i3.336

Abstract

Masyarakat merasa terbebani oleh biaya dalam melaksanakan ngaben namun setelah adanya ngaben massal masyarakat dapat melaksanakan ngaben tanpa memikirkan biaya yang terlalu tinggi. Namun lain halnya di Desa Solo yang menganggap biaya ngaben massal sama dengan ngaben individu. Pokok permasalahan: (1) Bagaimanakah persepsi masyarakat Hindu terhadap ngaben massal di Desa Solo, Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan?. (2) Bagaimanakah tata cara pelaksanaan terhadap ngaben massal bagi masyarakat di Desa Solo, Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan?. Tujuan penelitian : (1) Untuk mengetahui persepsi masyarakat Hindu terhadap ngaben massal di Desa Solo, Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. (2) Untuk mengetahui tata cara terhadap ngaben massal bagi masyarakat di Desa Solo, Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara , dokumentasi dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, model data, penarikan dan verifikasi kesimpulan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Persepsi masyarakat Hindu terhadap ngaben massal, (1) untuk membayar hutang, (2) ngaben sawa wedana, (3) ngaben asti wedana, (4) ngaben swasta, (5) upakara ditanggung oleh panitia. Sedangkan tata cara pelaksanaan ngaben bagi masyarakat (1) tahap persiapan dan (2) tahap pelaksanaan
WAYANG LEMAH DALAM UPACARA NGENTEG LINGGIH DI PURA AGUNG PURNASADHA TOLAI Wayan Sutarman; I Nyoman Suparman; Ketut Yasini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 1 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i2.343

Abstract

Upacara ngenteg linggih memiliki nuansa religius magis karena terkait dengan keyakinan tentang dewa yadnya. Kekhasan inilah yang menjadikan pelaksanaan upacara ngenteg linggih harus dirangkaikan dengan pementasan wayang Lemah.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1). Fungsi Pementasan Wayang Lemah Dalam Upacara Ngenteg Linggih?. 2). Nilai Pendidikan Agama Hindu Pada Pementasan Wayang Lemah Dalam Upacara Ngenteg Linggih? Penelitian ini memiliki tujuan yaitu: 1). mengetahui fungsi pementasan wayang lemah dalam upacara ngenteg linggih. 2). Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama hindu yang terkandung dalam pementasan wayang lemah. Teori yang digunakan untuk membedah permasalahan adalah Teori Struktural fungsional dan Teori Nilai. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian: dalam Pementasan Wayang Lemah pada Upacara Ngenteg Linggih Di Pura Purnasada Tolai memiliki fungsi yaitu: (1) Wayang Lemah Sebagai Wali Upacara, (2) Wayang Lemah sebagai balih-balihan (hiburan), (3) Wayang Lemah Sebagai Fungsi Sosial. Nilai Pendidikan Hindu yang terkandung yaitu: pertama nilai pendidikan Tattwa pada proses pelaksanaan, nilai pendidikan Etika, yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek pikiran, perkataan, dan perbuatan. Hindu mengajarkan bahwa apa yang dihasilkan oleh pikiran (manacika) harus selalu suci (parisudha), dan wacika parisudha dan nilai pendidikan estetika yaitu unsur keindahan pementasan wayang lemah yang dilaksanakan siang hari.
ANALISIS KOMPARATIF PERILAKU MASYARAKAT HINDU TRANSMIGRAN DALAM BERDANA PUNIA DI DAERAH PERDESAAN DAN PERKOTAAN SULAWESI TENGAH Ketut Yasini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 11 No 3 (2020): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v11i3.360

Abstract

Dana punia merupakan pemberian tulus ikhlas, yang dilandasi oleh ajaran Tat Tvam Asi, yang berarti aku adalah kamu, kamu adalah aku, kita semua adalah sama. Pandanglah setiap orang sama seperti diri kita sendiri yang memerlukan pertolongan, bantuan, atau perlindungan untuk mewujudkan kebahagiaan hidup yang sejati seperti yang diamanatkan dalam kitab suci veda Vasudhaivakutumbakam, semua makhluk adalah saudara. Pelaksanaan kegiatan dana punia oleh masyarakat Hindu di Palu (perkotaan) dan di wilayah perdesaan transmigran Sulawesi Tengah cenderung masih bersifat spontanitas dan dilaksanakan pada saat hari persembahyangan baik persembahyangan pada Hari Purnama, Tilem, Hari Raya maupun pada hari ulang tahun (Puja Wali) yang ada di Palu dan di wilayah tranmigrasi. tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1) mengetahui manfaat dari dana punia bagi umat Hindu yang berada di daerah tranmigran Sulawesi Tengah dan (2) menganalisis perbedaan jumlah dana punia umat Hindu di perkotaan dan perdesaan Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan di Pura Agung Wana Kertha Jagatnatha Sulawesi Tengah, yang berada di Kota Palu yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tengah (yang mewakili pura di perkotaan), sedangkan yang mewakili pura di perdesaan adalah Pura Agung Purnasadha yang berada di Desa Tolai Kecamatan Turue Kabupaten Parigi Moutong. Jumlah anggota pupuasi di Pura Agung Wana Kertha Jagatnatha 484 KK, sedangkan di Pura Purnasadha Desa Tolai 680 KK. Sesuai dengan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpukan bahwa: (1) manfaat dari dana punia bagi umat Hindu sangat besar, karena dana punia yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas merupakan wujud bakti seorang terhadap Sang Hyang Widhi Wasa, dan (2) Ada perbedaan yang nyata (significant) antara jumlah dana punia masyarakat Hindu di perkotaan dan perdesaan Sulawesi Tengah.
PEMAHAMAN MASYARAKAT HINDU TENTANG PEMENTASAN TARI REJANG RENTENG PADA UPACARA PIODALAN DI PURA AGUNG LOKA NATHA DESA KENANGAN KABUPATEN PASANGKAYU PROVINSI SULAWESI BARAT I Komang Edi Putra; I Nyoman Suparman; Ketut Yasini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 14 No 1 (2023): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v14i1.424

Abstract

Tujuan penelitian adalah : 1) Untuk mengetahui pemahaman masyarakat Hindu tentang pementasan tari Rejang Renteng pada upacara piodalan di Pura Agung Loka Natha Desa Kenangan Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat. 2) Untuk mengetahui fungsi tari Rejang Renteng pada upacara piodalan di Pura Agung Loka Natha Desa Kenangan Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian menggunakan dua teori yaitu persepsi dan teori fungsional, Penelitian menggunakan metode kualitatif dan penentuan informan dengan purposive sampling. Metode pengumpulan data observasi, wawancara, kepustakaan, dokumentasi, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa: 1) Pemahaman masyarakat Hindu tentang Tari Rejang Renteng di Desa Kenanganadalah: a) Tari Rejang Renteng merupakan tari sakral, b) Tari Rejang Renteng ditarikan oleh ibu-ibu, c) Tari Rejang Renteng dipentaskan di pura saat upacara piodalan. Fungsi tari Rejang Rentengbagi masyarakat Hindu di Desa Kenangan yaitu a)Tari Rejang Renteng berfungsi sebagai Sarana Upacara, b)Tari Rejang Renteng Sebagai fungsi Religius c) Tari Rejang Renteng berfungsi sebagai hiburan.
PERAN ORANG TUA SISWA HINDU SDN 2 TATURA DALAM PEMBELAJARAN DI RUMAH PADA MASA PANDEMI COVID-19 I Kayan Setiawan; Ketut Yasini; I Nyoman Suparman
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 3 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i3.428

Abstract

Pandemi Covid-19 berdampak pada sektor pendidikan sehingga adanya penerapan kebijakan belajar dari rumah, salah satunya adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Tatura. Penelitian ini mengangkat tiga permasalah yaitu: 1) Peran orang tua dalam pembelajaran dari rumah; 2) Faktor penghambat orang tua dalam pembelajaran dari rumah; 3) Faktor pendukung orang tua dalam pembelajaran dari rumah. Ketiga permasalahan tersebut akan dibedah menggunakan teori peran, teori behavioristik, dan teori fungsionalisme struktural. Hasil penelitian ini adalah: 1) Peran orang tua dalam pembelajaran dari rumah meliput: a. Peran aktif terdiri dari pemberian bimbingan belajar, penghubung antara anak dengan guru, dan sebagai fasilitator; b. Peran partisipatif terdiri dari pemberian fasilitas belajar, memeriksa tugas belajar anak, dan mendampingi anak belajar; c. Peran pasif terdiri dari mengingatkan anak untuk disiplin dan mengingatkan anak untuk menerapkan hidup bersih dan sehat. 2) Faktor penghambat orang tua dalam pembelajaran dari rumah meliputi: a. Orang tua kurang memahami materi; b. Kurangnya minat belajar anak dalam pembelajaran dari rumah. 3) Faktor pendukung orang tua dalam pembelajaran dari rumah meliputi: a. Tingkat pendidikan orang tua yang memadai; b. Materi mudah diakses di google dan youtube; c. Pemberian motivasi belajar kepada anak; d. Tersedianya fasilitas belajar yang memadai.
PERSEPSI MASYARAKAT HINDU TERHADAP UPACARA MENEK KELIH Ni Gusti Ketut Seruni; I Wayan Mudita; Ketut Yasini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 13 No 1 (2022): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v13i1.440

Abstract

Upacara menek kelih merupakan ungkapan rasa syukur orang tua, memohon keselamatan kehadapan Sang Hyang Semara Ratih agar diberikan jalan yang baik dan benar. Upacara menek kelih wajib dilaksanakan agar mejadi anak yang suputra. Sebagian masyarakat Hindu khususnya di Desa Tovalo tidak melaksanakan upacara menek kelih. Rumusan masalah:(1) Bagaimana Persepsi Masyarakat Hindu Terhadap Upacara Menek kelih?(2) Apa Faktor Penyebab Masyarakat Hindu Tidak Melaksanakan Upacara Menek kelih?. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Teori digunakan, teori persepsi dan teori perubahan sosial. Metode pengumpulan data observasi, wawancara, dokumentasi dan study kepustakaan. Teknik analisis data, reduksi data, penyajian data, kesimpulan. Penentuan informan secara Purposive Sampling. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil, Persepsi Masyarakat Hindu Terhadap Upacara Menek kelih:(1) Ucapan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi,(2) sebagai pembersihan,(3) Melepas masa kanak-kanak,(4) Ungkapan rasa syukur orang tua, (5) Perubahan tingkah laku. Persepsi tidak melaksanakan:(1) Kurang memahami pentingnya upacara menek kelih,(2) tidak perlu dilaksanakan secara terpisah. Faktor Tidak Melaksanakan:(1) Masyarakat tidak melaksanakan karena keluarga,(2) Masyarakat tidak melaksanakan karena faktor ekonomi,(3) kurangnya pembinaan tokoh umat kepada masyarakat Hindu.