Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Performance of technology and prospects agribusiness for salacca fruit Dwi Amiarsi; Edy Mulyono
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 9, No 1 (2013): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The potency of salacca edulis has not been fully utilized yet. Its use is limited as Salacca edulis decoration/parcel, of sweets fruits in syrup (in can or glass bottles). The improvement of fruits quality, the longer shelf life and product diversity can increase the usefulness of the fruits in modern life. Postharvest handling activities generally still has not done well by the farmers and traders. To increase the production of as well as the direction of development of fruits is to implemental quality assurance system that cover post harvest handling is good and right, and distribution. Postharvest handling of fruits through harvesting, collecting, cleaning, sorting and grading, pre-treatment, packaging and storage, transportation, distribution, and display. Technology of processed fruits which is increased the added value, i.e. sweet pickle, chips, fruit in syrup, pickles, edible coating. Abstrak Versi IndonesiaPotensi buah salak belum dimanfaatkan secara maksimal, penggunaannya terbatas sebagai buah meja, parsel, manisan dan buah salak dalam sirup (dikemas kaleng atau botol gelas). Peningkatan mutu buah salak, masa simpan yang lebih lama dan keragaman produk dapat menambah kegunaan buah salak dalam kehidupan modern. Kegiatan penanganan pascapanen umumnya masih belum dilakukan secara baik oleh petani maupun pedagang. Untuk meningkatkan produksi sekaligus sebagai arah pengembangan buah salak adalah dengan menerapkan sistem jaminan mutu yang meliputi cara penanganan pascapanen yang baik dan benar, dan cara distribusi yang baik dan benar. Penanganan pascapanen buah salak melalui kegiatan panen, pengumpulan, pembersihan, sortasi dan grading, perlakuan awal, pengemasan dan penyimpanan, transportasi, distribusi, dan peragaan. Teknologi olahan buah salak untuk peningkatan nilai tambah dapat berupa manisan, keripik, buah dalam sirup, asinan, edible coating.
Preferensi Konsumen Bunga Potong Segar Alpinia nFN Sunarmani; - Nurmalinda; Dwi Amiarsi
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v21n1.2011.p60-67

Abstract

Alpinia merupakan jenis bunga potong tropis yang disukai kosumen hotel, floris, dan rumah tangga, namun belum banyak dikenal masyarakat luas. Oleh karena itu jenis bunga potong tersebut perlu disosialisasikan memiliki potensi untuk dikembangkan dalam agribisnis tanaman hias. Penelitian bertujuan mendapatkan informasi preferensi konsumen terhadap bunga potong Alpinia. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2004 sampai Maret 2005 dengan metode survai. Responden yang dipilih ialah pedagang (floris), hotel (berbintang empat dan lima) dan rumah tangga masing-masing sebanyak 10, 9, dan 13 responden. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja, berdasarkan pertimbangan bahwa responden tersebut merupakan konsumen Alpinia dalam bentuk bunga potong. Analisis data untuk menentukan preferensi konsumen dilakukan dengan menggunakan Chi-Square (P=0,01) dan untuk faktor-faktor yang memengaruhi konsumen dalam pemilihan Alpinia menggunakan metode ranking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pembelian bunga potong Alpinia ialah warna bunga. Selera konsumen hotel terhadap bunga potong Alpinia ialah warna merah, ukuran besar, tingkat kemekaran 50% kuncup, jumlah daun per tangkai tiga helai, panjang tangkai  lebih dari 50 cm, dan harga sedang atau murah. Konsumen rumah tangga menyenangi bunga Alpinia berwarna merah, ukuran besar, mekar penuh, tanpa daun, panjang tangkai lebih dari 50 cm dengan harga sedang atau murah. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan agribisnis Alpinia dan upaya pemuliaannya.Alpine is a tropical cut flowers which is preferred by consumers of hotels, florists, and households, but the cut flower has not been widely known by people. It is required to be introduced for the development of its agribusiness. The objective of this research was to identify the consumer’s preference on Alpine cut flower. Primary data were collected from 10 respondents of florist, nine respondents of four and five star hotels, and 13 respondents of household. The respondents were purposively chosen based on that  they are Alpine consumers. Consumer’s preferences were analyzed by a ranking technique and tested by Chi-Square analyses (P=0.01). The results showed that the major factor  of consumenr’s preference was color interest. Hotel consumers prefered red color, outgrows flower, 50% buds opening, total leaf per stalk was three, stalk length more than 50 cm, and lower or medium price. Meanwhile, family consumer’s favoured rudle flower, big, and full opening flower, without leaf, stalk length more than 50 cm, and low or medium price.  This comsumer’s preference study will be useful for farmers to develop Alpine cut flower needed by consumers, and also for researchers to develop new superior varieties.
Pengaruh Transportasi, Tingkat Kemekaran Bunga, dan Kultivar Anggrek Pot Berbunga terhadap Ketahanan Segar pada Rumah Sere Dwi Amiarsi; - Yulianingsih; S D Sabari
Jurnal Hortikultura Vol 16, No 1 (2006): Maret 2006
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v16n1.2006.p%p

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendapatkan ketahanan segar bunga anggrek dendrobium pot di rumah sere penyinaran 55%. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta dari bulan Juli 1998 sampai bulan April 1999. Tanaman pot anggrek Dendrobium berbunga yang digunakan dalam penelitian merupakan tanaman yang berbunga pertama atau kedua. Tingkat kemekaran bunga yang dicoba  terdiri dari lima taraf yaitu 0-5% bunga mekar, 25–30% bunga mekar, 45–50% bunga mekar, 70–75% bunga mekar dan 90–95% bunga mekar. Pengangkutan dilakukan menggunakan mobil berpendingin (suhu 10-130C; RH 75-100%) selama 10 jam (±308,3 km). Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap, pola faktorial dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemekaran bunga 0-5% baik  untuk kultivar anggrek Dendrobium Bandung Pink maupun kultivar Dendrobium Sakura White masing-masing mempunyai umur kesegaran 36,4 dan 37,9 hari dengan persentase kemekaran bunga 87,5% dan 92,5%, waktu kemekaran bunga maksimum 17,7 dan 18,3 hari, bunga pertama layu 12,9 dan 14,5 hari. Perlakuan tersebut dapat mempertahankan kualitas bunga tetap prima dan dapat memperpanjang masa kesegaran tanaman pot berbunga setelah pengangkutan.The experiment was conducted to find out the flower shelf-life of potted Dendrobium at screenhouse. The experiment was done at Research Institute of Ornamentals Plant Jakarta from July 1998 to April 1999. Potted Dendrobium used in the experiment was bearing first or second flowers. In this experiment, five blooming stages (0-5%, 25-30%, 45-50%, 70-75%, and 90-95% bud opening) of Dendrobium orchid were used. Potted plants were transported from Jakarta–Bandung vice-versa using refrigated vehicle (10-13oC of temperature and 75-100% RH) for about 10 hours (±308.3 km). The experiment was arranged in a factorial completely randomized design with 3 replications. The results of the experiment indicated that potted Dendrobium cultivar Bandung Pink and Sakura White with blooming stage of 0-5% gave the best keeping quality with percentage of bud opening 85.7 and 92.5%, time of maximal blooming 17.7 and 18.3 days, time of first wilting flowers 12.9 and 14.5 days, and shelf-life 36.4 and 37.9 days respectively. By applying those treatment the period of potted plant flower shelf-life could be extended and quality after transportation could be maintained.
PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGA (MANGIFERA INDICA L.) CV RUCAH PADA BERBAGAI ISOLAT JAMUR DAN RAGI DIISOLASI DARI KULIT MANGGA Ermi Sukasih; Setyadjit Setyadjit; Dwi Amiarsi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v11n2.2014.101-107

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan uji aktivitas antifungal dari ekstrak kulit mangga yang telah disemprot dengan asam salisilat ke dalam kapang dan khamir perusak buah mangga yang diperoleh dari proses isolasi. Dari proses isolasi diperoleh tujuh isolat kapang dan khamir yang diberi kode isolat A, B, C, D, E, F, dan G, dan setelah dimurnikan diperoleh empat isolat (isolat A, B, D dan G). Perlakuannya adalah tingkat kepekatan ekstrak kulit mangga, ada 5 tingkatan yaitu ekstrak yang dievaporasi hingga volumenya ½ nya (ekstak A), dievaporasi hingga 1/3 nya (ekstrak B), dievaporasi hingga ¼ nya (ekstrak C), dievaporasi hingga 1/5 nya (esktrak D) dan dievaporasi hingga 1/6 nya (ekstrak E). Sebagai kontrol adalah etil asetat teknis dan larutan benomyl 500 ppm. Uji aktivitas menggunakan metode sumur, uji resorsinol menggunakan HPLC. Penelitian diulang sebanyak tiga kali. Hasil aplikasi ekstrak pada agar plate menunjukkan bahwa berbagai konsentrasi ekstrak kulit mangga mampu menghambat semua jenis isolat kapang dan khamir, kecuali isolat D. Daya hambat terbesar ditunjukkan pada isolat G, mencapai 31 mm zona hambat yakni pada ekstrak kulit mangga yang dievaporasi hingga 1/6 nya (ekstrak E). Nilai ini lebih besar dari daya hambat oleh benomyl 500 ppm yang hanya 10 mm. Kadar resorsinol pada ekstrak antifungal ini adalah 5.012 ppm. Hasil identifikasi dari isolat adalah: isolat A adalah Aspergillus niger, isolat B adalah Fusarium solari, isolat D adalah Penicillium sp dan isolat G adalah Rhodotorula sp.Kata kunci :ekstrak kulit mangga, antifungal,isolat, kapang dan khamir, resorsinolEnglish Version Abstract(Antifungal Effect Of Mango Peel (Mangifera Indica L) Cv.Rucah Extract On Several Isolates Of Mold And Yeasts From Rotten Mango Peel)The aim of the research was to isolate and identify of molds and yeasts cause rot on mango cv.Indramayu and test the inhibitory activity of mango peel extract that contain antifungal to mold and yeasts the result of the isolation process. Seven earlier isolates have been obtained (isolates A, B, C, D, E, F and G), further purification was obtained 4 isolates (isolates A, B, D and G). The treatments were based on density of the extract, they were evaporated to ½ volume extract (Extract A), evaporation until to 1/3 volume extract (extract B), evaporation to ¼ volume (extract C), evaporation to 1/5 volumes (extract D) and evaporation to 1/6 volume (extract E). As the control were ethyl acetate pure solution and benomyl 500 ppm solution. The research method, antifungal assay using gel well diffusion, determination of resorcinol content using HPLC. This study was three times repeated. Applications on the plate showed that the mango peel extract at various levels of concentration can inhibit the growth of all mold and yeast isolates except isolate D. The greatest inhibition zone indicated on mold isolates G. The mango peel extract which evaporated until the 1/6 volume (extract E) showed of 31 mm zone inhibition, this value is greater than Benomyl 500 ppm solution that is 10 mm. Resorcinol content of this antifungal extract is 5,012 ppm. The end result of the process of identification has been obtained that were Aspergillus niger for isolates A, Fusarium solari for isolates B, Penicillium sp for isolate D and Rhodotorula sp. for isolate G.Keywords :mango peel extract, antifungal, isolate, mold and yeast, resorcinol