Endah Yulia Yulia
Departemen HPT Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Antagonisme Trichoderma spp. terhadap Jamur Rigidoporus lignosus (Klotzsch) Imazeki dan Penekanan Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet Endah Yulia Yulia; Noor Istifadah; Fitri Widiantini; Hilda Sandra Utami
Agrikultura Vol 28, No 1 (2017): April, 2017
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.243 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v28i1.13226

Abstract

ABSTRACTAntagonisms of Trichoderma spp. against Rigidoporus lignosus (Klotzsch) Imazeki and Supression of White Root Disease on Rubber PlantWhite root disease caused by the infection of fungal pathogen Rigidoporus lignosus is an important disease on rubber plants. The pathogen infects the rubber roots but then might cause leaf drop or even kill the plants. Common control method used in controlling the disease is the application of synthetic fungicides besides increasing application of biological control agents (BCA) as an alternative control method. Trichoderma spp. is frequently used as BCA to control diseases in many plants. The aims of this study were to test the antagonism of Trichoderma spp. against R. lignosus and to assess the effectiveness of Trichoderma spp. corn starter in white root disease suppression on rubber seedlings. Trichoderma spp. The antagonism test was conducted using dual culture method in in vitro test. A randomized block design (RBD) experimental design was used in the glass house trial consisted of five treatments and five replications. Application of the Trichoderma spp. corn starter was combined with the application of compost in the treatments of 25 g BCA + 100 g of compost, 50 g BCA + 200 g of compost, 75 g BCA + 300 g of compost, 100 g of BCA + 400 g of compost, and a control treatment without BCA. The BCA Trichoderma spp. was applied in the same time with the inoculation of 20 g of corn mass culture of R. lignosus. The result of antagonism test showed that Trichoderma spp. isolate was effectively suppressed micelial growth of R. lignosus with the supperession percentage reached 90.82%. Meanwhile, the Trichoderma spp. BCA in corn starter was also suppressed the disease development on rubber seedlings with the highest disease suppression of 100% at the dose of 100 g BCA/seedling.Keywords: Trichoderma spp., biocontrol agents, white root disease, rubberABSTRAKPenyakit jamur akar putih (JAP) merupakan penyakit penting pada tanaman karet. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi patogen Rigidoporus lignosus pada akar tanaman karet yang dapat mengakibatkan daun gugur atau bahkan matinya tanaman. Pengendalian yang umum dilakukan adalah pengendalian kimia dengan menggunakan pestisida sintetik tetapi penggunaan agens biokontrol (ABK) juga telah mulai banyak dilakukan. Penggunaan Trichoderma spp. sebagai ABK telah banyak dilakukan untuk mengendalikan penyakit pada beberapa tanaman dengan hasil yang memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji antagonisme Trichoderma spp. terhadap jamur R. lignosus dan penekanan penyakit JAP pada bibit tanaman karet yang diberi perlakuan starter jagung pecah Trichoderma spp. Pengujian antagonisme dilakukan secara in vitro melalui metode dual culture. Percobaan rumah kaca dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas lima perlakuan dan lima ulangan. Aplikasi starter Trichoderma spp. dilakukan dengan tambahan kompos pada perlakuan 25 g ABK + 100 g kompos, 50 g ABK + 200 g kompos, 75 g ABK + 300 g kompos, 100 g ABK + 400 g kompos, dan perlakuan kontrol atau tanpa aplikasi ABK Trichoderma spp. Aplikasi ABK dilakukan bersamaan dengan inokulasi biakan massal jagung pecah jamur R. lignosus sebanyak 20 g/bibit. Hasil uji antagonisme menunjukkan isolatTrichoderma spp. efektif menekan pertumbuhan R. lignosus dengan penekanan mencapai 90,82%. Demikian juga dengan aplikasi starter jagung pecah Trichoderma spp. menunjukkan penekanan penyakit JAP pada bibit tanaman karet dengan penekanan penyakit mencapai 100% pada dosis 100 g ABK/bibit tanaman karet.Kata Kunci: Trichoderma spp., agens biokontrol, jamur akar putih, karet
Ekstrak Metanol Daun Binahong (Anredera cordifolia) Menekan Pertumbuhan Koloni Jamur Rhizoctonia oryzae dan Kejadian Penyakit Hawar Bibit Padi Endah Yulia; Elga Sari; Sudarjat Sudarjat; Fitri Widiantini; Ida Nurhelawati
Agrikultura Vol 31, No 3 (2020): Desember, 2020
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v31i3.30876

Abstract

Penyakit bercak pelepah yang disebabkan oleh Rhizoctonia oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi. Penyakit ini umumnya dikendalikan dengan menggunakan fungisida sintetik meskipun pengendalian cara ini dipercaya dapat memberikan efek negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Dalam upaya pengembangan pengendalian penyakit tanaman yang lebih ramah lingkungan, pemanfaatan bahan-bahan alami seperti tumbuhan sebagai pestisida nabati telah mendapat banyak perhatian pada saat ini. Tanaman binahong (Anredera cordifolia) telah banyak digunakan sebagai obat tradisional terutama di bidang kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan ekstrak metanol daun binahong dalam menekan pertumbuhan koloni jamur R. oryzae serta menekan perkembangan penyakit hawar bibit pada benih padi akibat infeksi R. oryzae. Percobaan dilakukan di Laboratorium Bioteknologi, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).  Pengujian penghambatan pertumbuhan koloni jamur R. oryzae dilakukan menggunakan teknik poisoned food dengan 7 perlakuan yaitu 5 konsentrasi ekstrak 0,25%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%, serta perlakuan kontrol akuades steril dan fungisida propineb 0,3% yang diulang 4 kali. Pengujian pada benih dilakukan dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yang masing-masing terdiri atas 25 benih padi menggunakan teknik perendaman. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak metanol daun binahong 2% mampu menghambat pertumbuhan koloni dan pembentukan sklerotia jamur R. oryzae serta mampu menekan kejadian penyakit akibat infeksi R. oryzae pada bibit padi dengan penekanan tertinggi sebesar 46,2%.
Uji In Vitro Keefektifan Ekstrak Air Daun Dan Bunga Kembang Telang (Clitoria ternatea l.) terhadap Jamur Alternaria solani Penyebab Penyakit Bercak Coklat pada Tanaman Tomat Tarkus Suganda; Pini Komalasari; Endah Yulia; Wahyu Daradjat Natawigena
Agrikultura Vol 31, No 2 (2020): Agustus, 2020
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v31i2.28909

Abstract

Penyakit bercak coklat (Alternaria solani) merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan pada tanaman tomat. Umumnya penyakit ini dikendalikan dengan penggunaan fungisida sintetik, tetapi selain menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan, patogen ini juga mampu berubah menjadi tidak sensitif lagi terhadap bahan aktif fungisida sintetik yang digunakan.  Beberapa penelitian melaporkan bahwa ekstrak tumbuhan dapat menekan berbagai patogen. Tanaman kembang telang diketahui memiliki sifat antimikroba terhadap berbagai mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak air daun dan bunga kembang telang dalam menekan A. solani secara in vitro. Percobaan dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap terdiri atas empat konsentrasi ekstrak daun (0, 3, 6, dan 9%) dan empat konsentrasi ekstrak bunga (0, 5, 10, 15%) yang diperoleh berdasarkan uji LC50 pendahuluan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstrak air daun maupun bunga memperlihatkan penekanan terhadap pertumbuhan koloni jamur A. solani.  Penekanan tertinggi ekstrak air daun maupun bunga masing-masing pada konsentrasi 9% (34,78%) dan 15% (38,97%). Ekstrak air daun mampu menurunkan produksi konidia A. solani pada konsentrasi 9% yaitu 3,0 x 103 konidia/ml, sementara pada konsentrasi 15%, ekstrak air bunga kembang telang menekan total produksi konidia A. solani. Penghambatan tertinggi terhadap perkecambahan konidia (58,33%) ditunjukkan oleh ekstrak air daun kembang telang 3% sedangkan oleh ekstrak air bunga kembang telang sebesar 75,00% oleh konsentrasi 5%.  Kemampuan antisporulasi dari ekstrak air daun dan bunga kembang telang lebih dominan dibandingkan kemampuan fungistatik maupun kemampuan fungisidalnya.
Potensi antagonisme senyawa metabolit sekunder asal bakteri endofit dengan pelarut metanol terhadap jamur G. boninense Pat. Fitri Widiantini; Endah Yulia; Ceppy Nasahi
Agrikultura Vol 29, No 1 (2018): April, 2018
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.661 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v29i1.17870

Abstract

ABSTRACTAntagonism potency of secondary metabolites produced by endophytic bacteria in methanol against pathogenic fungi Ganoderma boninense Pat.The research aimed to determine the antifungal effect of secondary metabolites produced by endophytic bacteria of healthy root oil palm tree against the growth of Ganoderma boninense, the causal agent of basal stem rot disease on oil palm tree. Endophytic bacteria isolates (BEK5, BEK6, BEK7, BEK8, BEK9, BEK10 dan BEK11) were grown on ISP2 agar media for 14 days and extracted using methanol. Following extraction, the methanol was evaporated using rotary evaporator and the filtrat was sterilized using membrane filter 0.2 μm. The effect of the secondary metabolites against G. boninense was tested using agar well diffusion method. The observation on the colony growth and morphologicy of G. boninense mycelia were done at 7 days after treatment. The result demonstrated that all of the endophytic bacteria were able to produce seconday metablites that has antifungal effect on the growth of G. boninense. The highest growth inhibition was shown by secondary metabolites produced by BEK6 with inhibition of 22.89%. Furthermore, the secondary metabolites produced by all of the endophytic bacteria were caused morphological changes on the mycelia of G. boninense.Keywords; Antifungal, Inhibition, MalformationABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan antijamur metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri endofit asal akar tanaman kelapa sawit untuk menghambat pertumbuhan jamur patogen Ganoderma boninense, penyebab penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit. Isolat-isolat bakteri endofit (BEK5, BEK6, BEK7, BEK8, BEK9, BEK10 dan BEK11) ditumbuhkan pada media ISP2 agar selama 14 hari dan kemudain diekstraksi dengan pelarut metanol. Metanol diuapkan menggunakan rotary evaporator dan filtrat yang dihasilkan disterilkan menggunakan membran filter berukuran 0,2 μm. Pengujian pengaruh senyawa metabolit sekunder terhadap pertumbuhan jamur G. boninense dilakukan dengan metode agar well diffusion. Pengamatan terhadap pertumbuhan koloni jamur G. boninense dan morfologi miselia G. boninense dilakukan pada 7 hari setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan semua isolat bakteri endofit mengeluarkan senyawa metabolit sekunder yang dapat menghambat pertumbuhan jamur G. boninense. Penghambatan pertumbuhan koloni jamur G. boninense tertinggi sebesar 22,89% ditemukan pada perlakuan metabolit sekunder asal bakteri BEK6. Pengamatan terhadap morfologi jamur G. boninense menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh isolat-isolat bakteri endofit tersebut dapat menyebabkan perubahan morfologi miselia G. boninense.Kata kunci: Antifungal, Penghambatan, Malformasi
Seleksi Ketahanan Ubi Jalar Madu Genotipe F1 terhadap Penyakit Kudis (Sphaceloma batatas Saw.) Fitri Widiantini; Endah Yulia; Aina Anna Roosda; Agung Karuniawan
Agrikultura Vol 26, No 1 (2015): April, 2015
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.215 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v26i1.8457

Abstract

ABSTRACTResistant Selection of Sweet Potato Genotypes F1 against Scab Disease (Sphaceloma batatas)Variety of sweet potato in Indonesia is very diversed which is an advantage to develop sweet potatovarieties. However, local sweet potato often replaced with higher economic value varieties. The aim of thisresearch was to determine the resistant ability of genotype F1 from open pollination of local sweet potatolandraces against scab disease (Sphaceloma batatas ). As much as 661 genotypes F1 were grown on researchplantation centre at Ciparanje, Faculty of Agriculture Universitas Padjadjaran. The experiment was doneusing randomized blocked augmented design. The result demonstrated that genotypes F1 as results ofcrossing over between local varieties of sweet potatoes had high resistance against scab. This wasdemonstrated by more than 50% of the assessed population were resistant to scab as showed by low value ofdiseases severity. However, growing those genotypes at different seasons and locations need to be done todetermine the resistance stability.Keywords: sweet potato, scab, Sphaceloma batatasABSTRAKVarietas lokal ubi jalar di Indonesia sangat beragam. Keragaman yang ada tersebut sangat bermanfaat dalampengembangan ubi jalar. Namun, varietas lokal semakin tergeser seiring dengan nilai ekonomi yang lebihmenguntungkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mngetahui ketahanan genotipe-genotipe F1 ubijalar madu hasil dari open pollination dari aksesi-aksesi ubi jalar lokal terhadap penyakit kudis (Sphacelomabatatas). Sebanyak 661 genotpe F1 beserta aksesinya digunakan dalam penelitian ini. Percobaan dilaksanakandi kebun percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan Januari 2013-Juni2013. Percobaan disusun dengan menggunakan rancanga acak dengan perluasan (augmented design).Pengamatan dilakukan dengan menghitung intesitas serangan penyakit kudis dengan interval 30 hari. Hasilpercobaan menunjukkan bahwa genotipe-genotipe F1 yang diuji menunjukkan potensi ketahanan terhadapserangan penyakit kudis. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya genotipe ubi jalar yang relatif tahanterhadap serangan penyakit kudis. Lebih dari 50% dari genotipe F1 ubi jalar yang diuji tahan terhadapserangan penyakit kudis yang ditunjukkan dengan rendahnya nilai assessment serangan penyakit. Pengujiandi berbagai musim tanam dan lokasi perlu dilakukan untuk mengetahui kestabilan ketahanan yang dimilikoleh genotipe-genotipe F1 tersebut.Kata kunci: ubi jalar madu, kudis, Sphaceloma batatas
PerkecambahanPeronosclerospora spp. Asal Beberapa Daerah di Jawa Barat pada Fungisida Berbahan Aktif Metalaksil, Dimetomorf dan Fenamidon Fitri Widiantini; Dwisari Januarily Pitaloka; Ceppy Nasahi; Endah Yulia
Agrikultura Vol 28, No 2 (2017): Agustus, 2017
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (733.947 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v28i2.15753

Abstract

ABSTRACTGermination of Peronosclerospora spp. isolated from several maize plantation areas in West Java on fungicides containing active ingredient of metalaxyl, dimetomorph and fenamidoneDowny mildew is a major disease in corn plants that affect the world corn production, include in Indonesia. The control of downy mildew that caused by pathogen Peronosclerospora spp. are relying on the use of synthetic fungicides. However, the emergence of the Peronosclerospora spp. resistant against fungicides rise awareness for the need of constant surveillance. The aim of this study was to know the effectiveness of three commonly used active ingredients fungicide (Metalaxyl, Dimetomorph, and Fenamidone) in controlling Peronosclerospora spp. from five regions in Wes Java (Sumedang District,Bandung District, Majalengka District, Garut District and West Bandung District). Experiment was conducted using conidia germination method. The results of this study demonstrated that fungicide with active ingredient of Dimethomorph was able to suppress the germination of conidia Peronosclerospora spp. with 0% of conidia germination in 4 districts (Sumedang, Bandung, Majalengka and Garut) and only 0.47% conidia germinated in isolate collected from West Bandung District. Meanwhile, fenamidon experienced a decrease in effectiveness at West Bandung District. In this study, it was also found that the number of conidia germinated on isolates treated with Metalaxyl did not show any significant difference compared to control. This suggested that Peronosclerospora spp. might resistant to Metalaxyl.Keywords: Downy mildew, Peronosclerospora spp., metalaxyl, dimetomorph, fenamidoneABSTRAKPenyakit bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung yang berpengaruh terhadap produksi jagung dunia, termasuk di Indonesia. Pengendalian penyakit bulai yang disebabkan oleh patogen Peronosclerospora spp. masih bertumpu pada penggunaan fungisida sintetik. Akan tetapi, terjadinya penurunan keefektifan fungisida terhadap Peronosclerospora spp. menyebbkan diperlukannya monitoring secara berkala. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan tiga jenis bahan aktif fungisida yang umum digunakan (Metalaksil, Dimetomorf, dan Fenamidon) dalam mengendalikan penyakit bulai terhadap patogen Peronosclerospora spp.asal lima daerah di Jawa Barat (Kab. Sumedang, Kab. Bandung, Kab. Majalengka, Kab. Garut dan Kab. Bandung Barat). Pengujian keefektifan fungisida dilakukan dengan menggunakan metode perkecambahan konidia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan fungsida dimetomorf terhadap isolat Peronosclerospora spp. asal semua daerah dapat menekan perkecambahan konidia dengan persentase perkecambahannya 0% pada 4 daerah dan 0,47% pada isolat asal daerah Kab. Bandung Barat. Sementara Fenamidon menujukkan indikasi penurunan keefektifan di daerah Bandung Barat. Pada penelitian ini, ditemukan pula adanya indikasi resistensi patogen Peronosclerospora spp. terhadap fungisida Metalaksil. Hal ini terlihat dari perkecambahan konidia yang diperlakukan dengan Metalaksil yang hasilnya tidak berbeda nyata dengan kontrol yang tidak diperlakukan dengan fungisida.Kata Kunci: Penyakit bulai jagung, Peronosclerospora spp., Metalaksil, Dimetomorf, Fenamidon
Pengaruh Senyawa Volatil yang dihasilkan Bakteri Endofit Asal Padi terhadap Rhizoctonia Oryzae dan Cercospora Oryzae Fitri Widiantini; Endah Yulia; Agung Kurniawan
Agrikultura Vol 31, No 1 (2020): April, 2020
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.247 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v31i1.27323

Abstract

Penggunaan fungisida dalam mengendalikan penyakit pada tanaman telah banyak dilaporkan menimbulkan dampak negatif terutama terhadap lingkungan. Oleh karena itu diperlukan alternatif pengendalian lain yang lebih ramah lingkungan. Bakteri endofit telah banyak dimanfaatkan sebagai agens biokontrol pada berbagai penyakit tanaman karena  dikenal sebagai sumber penghasil senyawa-senyawa yang bersifat antifungal. Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran memiliki koleksi beberapa bakteri endofit hasil isolasi asal tanaman padi yang masih dalam tahap pengujian. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi antijamur dari senyawa volatil yang dihasilkan oleh bakteri endofit dalam menekan pertumbuhan jamur Rhizoctonia oryzae penyebab penyakit bercak pelepah daun dan jamur Cercospora oryzae penyebab penyakit bercak daun secara in vitro. Percobaan dilakukan dengan metode dual culture dengan menggabungkan dua cawan dimana isolat bakteri endofit dan jamur patogen ditumbuhkan secara terpisah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa isolat bakteri endofit Os1 dan Os2 memiliki kemampuan terbaik dalam menghambat patogen R. oryzae dengan persentase penghambatan pertumbuhan  masing-masing sebesar 68,7% dan 65,4%. Sedangkan isolat bakteri endofit Os3 adalah isolat bakteri endofit yang mempunyai kemampuan terbaik dalam menghambat perkembangan patogen C. oryzae dengan persentase penghambatan sebesar 87,1%. Pengamatan mikroskopis memperlihatkan bahwa senyawa volatil yang dikeluarkan oleh isolat-isolat bakteri endofit tersebut dapat menyebabkan terjadinya malformasi pada miselia jamur R. oryzae dan C. oryzae.
Keefektifan Oligochitosan dalam Menekan Pertumbuhan Jamur Patogen Rigidoporus lignosus [(Klotzsch) Imazeki] Penyebab Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Cengkeh secara in Vitro Fitri Widiantini; Andang Purnama; Endah Yulia; Dwindry Formanda
Agrikultura Vol 27, No 1 (2016): April, 2016
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.736 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v27i1.8477

Abstract

ABSTRACTThe effectiveness of Oligochitosan in Suppressing the Growth of Fungal PathogenRigidoporus lignosus [(Klotzsch) Imazeki] the Causal Agent of White Root Rot Disease of Clovesin VitroWhite root rot disease caused by fungi Rigidoporus lignosus (Klotzch) Imazeki is an important disease of cloves that can cause the death of clove plants. Negative effect on the use of intensive fungicides leads to the search of an alternative method which is more environmentally friendly. Oligochitosan is a natural compound that has antifungal activity and can be used as natural pesticide. This study aimed to determine the concentration of oligochitosan that was able to effectively inhibit R. lignosus mycelial growth and to determine the effect of oligochitosan to R. lignosus mycelial growth. The study used a Completely Randomized Design with 5 oligochitosan concentration treatments (2 g/l, 4 g/l, 6 g/l, 8 g/l and 10 g/l) and control (no treatment). Oligochitosan was diluted with water and mixed with PDA to meet the required concentration. Same concentration was also used to dip wooden toothpick for 1 min and incubated on PDA containing R. lignosus. The result showed that 6 g/l oligochitosan concentration was able to inhibit the mycelial growth of R. lignosus up to 71.6%. Highets inhibition of 100% was demonstrated by oligochitosan at concentration of 8 g/l and 10 g/l. The thinning of mycelial growth on the toothpick and microscopic observation demonstrated that the mycelial of R. lignosus were became lysis.Keywords: Antifungal, Food poisonous, Mycelial growth, LysisAbstrakPenyakit Jamur Akar Putih (JAP) yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus (Klotzch) Imazeki merupakan penyakit penting yang menyerang tanaman cengkeh dan bahkan dapat mengakibatkan kematian tanaman. Pengaruh negatif dari penggunaan fungisida mendorong dilakukan pencarian alternatif pengendalian baru yang lebih ramah lingkungan. Oligochitosan merupakan senyawa alami yang mempunyai aktivitas anti jamur dan dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi oligochitosan yang dapat secara efektif menghambat pertumbuhan jamur R. lignosus dan mengetahui pengaruh oligochitosan terhadap miselia jamur R. lignosus. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan terdiri dari 5 konsentrasi oligochitosan (2 g/l, 4 g/l, 6 g/l, 8 g/l dan 10 g/l) dan kontrol (tanpa oligochitosan). Oligochitosan dilarutan dalam air dan dicampur dengan PDA sehingga diperoleh konsentrasi yang diuji. Konsentrasi yang sama juga digunakan untuk merendam tusuk gigi selama 1 menit dan diinkubasikan dalam cawan petri yang sebelumnya sudah ditumbuhi oleh R. lignosus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oligochitosan pada konsentrasi 6 g/l menghambat pertumbuhan jamur R. lignosus sebesar 71,6%. Sementara penghambatan tertinggi sebesar 100% diperoleh pada perlakuan oligochitosan dengan konsentrasi8 g/l dan 10 g/l. Penipisan koloni jamur R. lignosus pada tusuk gigi dan pengamatan di bawahmikroskop menunjukkan bahwa oligochitosan menyebabkan lisis pada miselia jamur R. lignosus.Kata kunci: Anti jamur, Umpan beracun, Pertumbuhan koloni, Lisis
Uji Keefektifan Antijamur Ekstrak Air Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga [L] Willd.) sebagai Perlakuan Pratanam untuk Mengendalikan Colletotrichum spp. pada Kedelai (Glycine max L.) Endah Yulia; Tarkus Suganda; Fitri Widiantini; Rangga Irawan Prasetyo
Agrikultura Vol 26, No 2 (2015): Agustus, 2015
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.35 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v26i2.8468

Abstract

ABSTRACTAntifungal Effect of Aqueous Extract of Galangal (Alpinia galanga [L] Willd.) Rhizomeas Seed Treatment to Control Colletotrichum spp. of Soybean (Glycine max L.)Colletotrichum is one of the most important seed-borne pathogens of soybean which is usuallycontrolled with synthetic fungicide seed treatment. However, it is believed that the use ofsynthetic fungicide can cause a variety of negative impacts to the environment and humanhealth. Galangal rhizome extract has been widely reported to have antifungal and antibacterialproperties. The aim of the study was to investigate the effectiveness of galangal rhizomeaqueous extract as antifungal for pre-planting seed treatment to control Colletotrichum spp. insoybean. Laboratory and glasshouse experiments were carried out at the Department of PlantPests and Diseases, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. The method used was anexperimental method to test the effectiveness of galangal rhizome aqueous extract against theemergence and spore germination suppression of Colletotrichum spp., and to test the seedviability and plant growth of soybean. Galangal rhizome extract with concentrations of 10%,30%, 50%, 70%, 90% and 100% as well as a metalaxyl fungicide (0.5 g/l) were applied as aseed treatment. The results showed galangal rhizome aqueous extract at concentration of100% reduced the presence of Colletotrichum spp. in seeds up to 100% after the treatment andsuppressed the spore germination by 76.20% as well as increased the seed viability and thegrowth of soybean plants.Keywords: Alpinia galanga, aqueous extract, seed treatment, soybean, Colletotrichum spp.ABSTRAKUmumnya pengendalian penyakit tular benih pada kedelai dilakukan melalui perlakuan benihdengan menggunakan fungisida sintetik yang diakui dapat menimbulkan berbagai dampak negatifpada lingkungan maupun kesehatan manusia. Penggunaan ekstrak air rimpang lengkuas untukperlakuan benih dapat diterapkan sebagai alternatif pengendalian penyakit tular benih padakedelai. Lengkuas telah banyak dilaporkan memiliki sifat antijamur dan antibakteri. Penelitian inidilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan ekstrak air rimpang lengkuas sebagaiantijamur untuk perlakuan benih dalam mengendalikan penyakit tular benih pada kedelai.Percobaan dilaksanakan di Laboraturium Fitopatologi dan rumah kaca Departemen Hama danPenyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Metode penelitian yangdigunakan adalah metode eksperimen dengan pengujian keefektifan air persaan rimpang lengkuasterhadap kemunculan, penekanan perkecambahan konidia, uji pertumbuhan benih, dan viabilitasbenih jamur Colletotrichum spp. pada kedelai. Ekstrak air rimpang lengkuas dengan konsentrasi10%; 30%; 50%; 70%; 90%; dan 100% serta fungsida berbahan aktif metalaksil (0,5 g/l)diaplikasikan sebagai perlakuan benih kedelai. Hasil percobaan menunjukkan ekstrak air rimpanglengkuas konsentrasi 100% dapat menekan sampai 100% kemunculan Colletotrichum spp. setelah perlakuan benih, menekan perkecambahan konidia sebesar 76,20% serta meningkatkanpertumbuhan dan viabilitas benih kedelai.Kata kunci: engkuas, ekstrak air, perlakuan benih, kedelai, Colletotrichum spp.
The Effectiveness of Several Plant Extracts to Induce Rice Plant Resistance against Bacterial Leaf Blight - (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) Fitri Widiantini; Avissa Ayuningdiyas; Endah Yulia; Tarkus Suganda
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 23, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpti.34912

Abstract

Resistant plants are one of the disease control techniques that considered to be effective. Resistant plants can be produced in various ways including the application of plant extracts. The aim of this study was to examine the ability of several plant extracts to increase the resistance of rice plants to bacterial leaf blight (BLB) caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). A total of 13 plants were extracted and applied in two methods, which were seed treatment and seedling treatment which sprayed on two-week old rice seedlings. Xoo bacteria were inoculated on rice plants two weeks after planting. The observations on the intensity of BLB disease infection showed that water hyacinth extract (Eichhornia crassippes), spiny amaranth (Amaranthus spinosus) and jasmine leaves (Jasminum grandiflorum) can suppress the development of BLB disease in both application methods. The application of plant extracts as inducing agents needs to be repeated to maintain the activated plant defense mechanism.