Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

KARAKTER MORFOLOGI, HASIL, DAN MUTU ENAM GENOTIP LENGKUAS PADA TIGA AGROEKOLOGI Nurliani Bermawie; Susi . Purwiyanti; Melati Melati; Nurlaila Wahyuni Meilawati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 2 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n2.2012.%p

Abstract

Penampilan karakter morfologi, hasil dan mutu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi, hasil dan mutu enam genotip lengkuas (Alpina galanga) pada tiga agroekologi. Penelitian dilakukan sejak Januari 2011 sampai Agustus 2012 di Lebak (Banten); Kulon Progo (Yogyakarta), dan Karang Anyar (Jawa Tengah). Enam genotip lengkuas dan dua nomor lokal ditanam menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan empat ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap karakter morfologi, produksi, dan mutu. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan ragam gabungan. Mutu dianalisis mengacu kepada Farmakope Herbal Indonesia (FHI). Terdapat keragaman pada karakter morfologi, hasil, dan mutu antar genotip pada berbagai lokasi. Nomor Lokal-2 asal Karang Anyar menunjukkan pertumbuhan terbaik dibandingkan nomor lokal yang lain. Lokasi berpengaruh terhadap bobot dan karakter morfologi rimpang. Hasil terbaik diperoleh dari penanaman di Lebak dan Karang Anyar. Terdapat variasi pada kadar minyak atsiri antar genotip pada tiga lokasi berkisar antara 0,30-0,50%. Kadar minyak atsiri tertinggi dan memenuhi standar FHI (0,5%) diperoleh dari genotip lengkuas merah Alga 013 yang ditanam di Kulon Progo. Kadar air simplisia sesuai dengan standar FHI, sedangkan kadar abu dan abu tak larut asam masih melebihi batas MMI. Kadar sari yang larut dalam alkohol dan air lengkuas lebih baik dibandingkan ketentuan FHI. Kadar serat dan kadar pati berbeda antar lokasi. Kadar serat tertinggi ditunjukkan oleh genotip yang ditanam di Lebak dan terendah di Kulon Progo.
PENETAPAN BAHAN DIAGNOSIS STATUS HARA NPK PADA JARINGAN TANAMAN PEGAGAN Hermanto Hermanto; Munif Ghulamahdi; Latifah K. Darusman; Nurliani Bermawie; Atang Sutandi
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n2.2011.%p

Abstract

Studi fisiologi dan agronomi seperti aplikasi teknik pemupukan yang efisien dan rasio-nal diperlukan guna menghasilkan produk-si simplisia dengan kandungan bahan aktif tinggi. Penentuan jaringan daun yang te-pat sebagai bahan diagnostik status hara N, P, dan K guna menetapkan kebutuhan pupuk yang efisien bagi tanaman sangat diperlukan. Untuk itu telah dilakukan pene-litian yang menggunakan model korelasi li-nier sederhana yang dilanjutkan dengan uji korelasi. Penelitian ini dilakukan pada tanaman pegagan (Centella asiatica) akse-si Boyolali di KP. Gunung Putri, Cipanas, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aroma-tik (Balittro) sejak Mei sampai Nopember 2008 dengan jenis tanah Andosol yang berada pada ketinggian tempat 1.500 m dpl. Hasil uji korelasi jaringan daun yang paling tepat sebagai bahan diagnosis sta-tus hara bagi produk simplisia dan asiati-kosida pada tanaman pegagan umur 5 bulan setelah tanam (BST) adalah posisi daun ke-3 untuk analisis hara N, P, dan K. Kandungan asiatikosida pada daun tua (1,92% pada umur 6 BST) lebih tinggi dari pada daun muda (1,05% pada umur 3 BST).
ANALISIS FINANSIAL VARIETAS UNGGUL JAHE PUTIH KECIL DI JAWA BARAT Ermiati Ermiati; Nurliani Bermawie
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 1 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n1.2007.%p

Abstract

Meningkatnya permintaan ekspor yang belum terpenuhi merupakan peluang be-sar untuk pengembangan jahe. Seiring dengan itu, maka diperlukan peningkatan produktivitas dan kualitas jahe yang mampu memenuhi stan-dar ekspor. Budidaya jahe sampai saat ini ma-sih menggunakan benih lokal (belum meng-gunakan varietas unggul) yang menyebabkan produktivitas dan mutu tidak stabil. Untuk mendapatkan varietas unggul harus melalui uji-multilokasi dibeberapa sentra produksi dengan agro ekosistem yang berbeda. Bahan penelitian yang digunakan adalah jahe putih kecil (Ge-notipe C, E, F, G, H, K serta lokal 1 dan 2 se-bagai pembanding) yang terpilih untuk uji mul-tilokasi yang dilakukan di Kabupaten Garut, Majalengka, Sukabumi, Sumedang, pada tahun 2003/2005. Penelitian bertujuan untuk menge-tahui apakah varietas unggul jahe putih kecil yang di uji multilokasi layak dikembangkan se-cara teknis dan menguntungkan secara ekono-mis. Data yang dikumpulkan adalah faktor-fak-tor produksi, produksi dan harga jual. Penda-patan usahatani varietas unggul jahe putih kecil dianalisis dengan analisis pendapatan, sedang-kan kelayakan usahataninya dianalisis melalui pendekatan analisis Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) dan Internal Rate of Return (IRR). Jahe putih kecil yang te-lah diusulkan sebagai varietas unggul adalah JPK Genotip G untuk produktivitas rimpang di usulkan dengan nama Halina 1 dan JPK Geno-tipe K untuk produktivitas rimpang dan minyak atsiri di usulkan dengan nama Halina 2. Ke dua Genotipe ini dapat dijadikan sebagai varietas unggul, karena adaptif dan stabil di beberapa lokasi pengujian. JPK Genotip G adapatif dan stabil di Garut, Sukabumi dan Sumedang dan JPK Genotip K adaptif dan stabil di Garut, Ma-jalengka dan Sumedang. Hasil analisis finansial menunjukkan, bahwa usahatani varietas unggul JPK Genotip G dan K pada masing-masing lo-kasi, layak dilakukan secara teknis dan meng-untungkan secara ekonomis, hal ini ditunjuk-kan oleh NPV, B/C Ratio dan IRR masing-masing genotip pada tiap lokasi tersebut po-sitif (+), > 1 dan diatas tingkat suku bunga bank yang berlaku. Besarnya pendapatan, NPV; B/C Ratio dan IRR terendah, yaitu JPK Genotip G di Garut, masing-masing Rp 13.480.171,-; Rp 7.091.353,-/ha, 1,18 dan 2%/bulan. Sedangkan yang tertinggi, yaitu pa-da JPK Genotipe K di Sumedang, masing-ma-sing Rp 76.798.127,-; Rp 61.650.361,-/ha, 2,50 dan 11%/bulan. Hasil analisis sensitivi-tas menunjukkan, bahwa JPK Genotipe G di Garut mempunyai harga minimum tertinggi, yaitu Rp 5.294,-/kg (harga aktual Rp 6.000,-/kg) dengan produksi minimum 6.773 kg/ha (produksi aktual 7.677 kg/ha). Sedangkan JPK Genotipe K di Sumedang mempunyai harga minimum terendah, hanya Rp 2.487,- kg/ha (Harga aktual Rp 6.000,-/kg) dengan produksi minimum 6.977 kg/ha (produksi aktual 16.831 kg/ha). Ini berarti, bahwa jika harga dan pro-duksi masing-masing genotipe tersebut lebih rendah dari harga dan produksi minimumnya, maka usahatani masing-masing genotipe pada daerah yang bersangkutan secara finansial rugi. JPK Genotip G dan K layak dilakukan secara teknis dan menguntungkan secara eko-nomis di semua lokasi pengujian (Garut, Ma-jalengka, Sukabumi dan Sumedang), ditinjau dari segi produksi. JPK Genotipe G dan K se-baiknya dikembangkan di daerah Sumedang atau di daerah dengan ketinggian 800 m dpl. Tipe iklim A dan B (schmidt & Ferguson) dan jenis tanah latosol merah sangat gembur, memberikan produksi paling tinggi (10.758,44 dan 11.781,66 kg/ha) dan memberikan penda-patan paling besar (Rp 66.671.450,- dan Rp 76.798.127,-/ha) dengan produksi minimum paling tinggi (6.947 dan 6.977 kg/ha) dan harga minimum paling rendah (Rp 2.712,- dan Rp 2.487,-/kg). 
PENGARUH WOOD VINEGAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAHE (Zingiber officinale Rosc.) Nurliani Bermawie; Tjutju Nurhayati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 15, No 2 (2004): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v15n2.2004.%p

Abstract

The research to understand the effect of wood vinegar on the growth and yield of ginger was undertaken from November 2002 to March 2003 in Sukamulya Experimental Garden, Sukabumi. One high yielding and good quality ginger line (JPB4) were cut into small pieces about 50 g, and submerged in bactericide or wood vinegar solution 25 treatments were used, consists of control, bacteriside, Atonik, Gandasil and 3 types of wood vinegar (Pine, Mangrove and Acacia) at concentration 1,3 and 5% (v/v) combined with or without 200 g charcoal (Pine and Acacia). The research was designed in a randomized block with two replications. Observations were made on 58 growth percentage, disease incidence, growing components, yield and its components four months after planting. The results showed that the highest growth percentage were obtained from treatment with pine 1% and mangrove 3% combined with acacia charcoal and these were significantly different from control and bactericide treatment. Pine 1%, mangrove 3% with or without charcoal and acacia 5% added with acacia charcoal gave the highest value for growing components. For yield and its components, treatment with mangrove 1%, gave the longest rhizome 21,0 cm, while the widest of rhizome (7,3 cm) was obtained from pine 3% and biggest rhizome diameter was obtained from 5% (5,67 cm). Application of wood vinegar mangrove 1%, pine 1% also gave the highest rhizome weight (275,8 g/plant) and (265 g/plant) significantly different from control and bactericide application. On the whole pine 1%, mangrove 3% and acacia 5% were the best treatments for promoting ginger growth, while for effective control of bacterial wilt, higher concentration (5%) were needed. 
RESPON LIMA AKSESI PEGAGAN TERHADAP Septoria centellae, PENYEBAB BERCAK DAUN Dono Wahyuno; Nisa Amalia; Nia Rossiana; Nurliani Bermawie
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman obat yang berguna untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan kinerja syaraf otak. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) telah mengumpul-kan pegagan dari berbagai lokasi di Indonesia. Beberapa diantaranya telah dikarakterisasi morfologi dan produktivitas-nya. Di Bogor dan sekitarnya, daun tanaman pegagan menunjukkan gejala bercak daun dan belum pernah dilaporkan jenis patogen penyebabnya. Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi patogen penyebab bercak daun dan mengetahui ketahanan aksesi pegagan yang potensial untuk dilepas sebagai varietas. Penelitian dilakukan sejak Januari 2007 sampai Mei 2008 di Balittro, Bogor. Identifikasi dilaku-kan dengan isolasi konidia tunggal, menumbuhkan isolat pada media agar kentang  dektrose (AKD), melakukan pos-tulat Koch, pengamatan morfologi di bawah mikroskop untuk identifikasi, diser-tai pengamatan proses infeksi. Pengujian ketahanan aksesi pegagan dilakukan di rumah kaca dengan inokulasi buatan. Sus-pensi konidia (106 per ml) isolat cendawan yang berhasil diisolasi disemprotkan pada lima aksesi pegagan. Parameter ketahanan yang diamati adalah luas serangan, inten-sitas serangan, dan kecepatan munculnya gejala dihitung dengan rumus Area Under Disease Progress Curve (AUDPC). Hasil pengamatan menunjukkan cendawan penyebab bercak daun pegagan adalah Septoria centellae, yang dapat masuk ke dalam jaringan tanaman melalui lubang stomata maupun penetrasi langsung. Hasil uji ketahanan menunjukkan, aksesi Bengkulu dan Ciwidey mempunyai keta-hanan yang lebih baik dibanding aksesi Gunung Putri, Majalengka, dan Ungaran. 
PENGARUH KOLKISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA TIPE KENCUR ( Kaempferia galanga Linn. ) Nur Ajijah; Nurliani Bermawie
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 14, No 1 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v14n1.2003.%p

Abstract

Induksi mutasi pada tanaman kencur (Kaempferia galanga  Linn.) dengan menggunakan kolkisin telah dilakukan di Laboratorium Genetika Kelompok Peneliti Plasma Nutfah dan Pemuliaan dan di Rumah Kaca Balittro, Bogor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kolkisin terhadappertumbuhan dan produksi dua tipe kencur. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang disusun secara faktorial dengandua faktor dan tiga ulangan.Faktor pertama adalah tipe tanaman (Cileungsi Besar dan Cileungsi Kecil) dan faktor ke dua adalah konsentrasi kolkisin (0, 0,05, 0,1, 0,5 dan 1 %). Kolkisin diaplikasikan dalam bentuk pasta pada matatunas yang terdapat pada rimpang. Setelah itu rimpang ditanam di dalam polibag dengan media tanah di rumah kaca. Pengamatan dilakukan terhadap parameter jumlah anakan; jumlah, panjang, lebar dan,tebal daun; jumlah dan berat basah rimpang per rumpun dan ukuran rimpang pada tanaman generasi ke dua. Data dianalisis dengan menggunakan uji F pada taraf 5 dan 1%,dilanjutkandengan uji DMRT pada taraf yang sama. Hasil uji F menunjukkan pengaruh kolkisin secara tunggal nyata terhadap parameter panjang dan lebar daun serta jumlah dan berat rimpang per rumpun. Perlakuan kolkisin 0,1 –1 % dapat meningkatkan panjang daun secara nyata dibandingkan dengan kontrol pada umur 3 dan 7 bulan tapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kolkisin 0,05 %. Pada umur 5 bulan perlakuan kolkisin 1 % tidak berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Perlakuan kolkisin 1 % dapat meningkatkan jumlah dan berat rimpang per rumpun tanaman generasi ke dua sebesar 31,5% dibandingkan dengan kontrol meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Pengaruh tipe tanaman nyata terhadap parameter berat, panjang dan diameter rimpang, dimana tipe Cileungsi Besar memiliki berat, panjang dan diamter rimpang lebih besar dibandingkan tipe Cileungsi Kecil. Pengaruh interaksi nyata terhadap parameter jumlah anakan dan jumlah daun umur 3 bulan serta lebar daun umur 3 dan 5 bulan, namun tidak nyata setelah 7 bulan.Jumlah anakan yang paling banyak untuk tipe Cileungsi Besar dan Cileungsi Kecil masing-masing diperoleh pada perlakuan kolkisin 0,1 % dan 0,5 % tapi tidak berbeda nyata dengan kontrol. Jumlah daun paling banyak pada tipe Cileungsi Besar diperoleh pada perlakuan 0,05 % tapi tidak berbeda nyatadengan kontrol. Pada tipe Cileungsi Kecil jumlah daun paling banyak diperoleh pada perlakuan 0,5 % yang berbeda nyata kontrol. Lebar daun yang paling lebar pada tipe Cileungsi Besar diperoleh pada perlakuan 0,1 % tapi tidak berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Sedangkan untuk tipe Cileungsi Kecil lebar daun paling lebar diperoleh pada perlakuan 0,5 % yang berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan 0,05 % tapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0,1 dan 1 %. 
Karakterisasi Morfologi dan Mutu Adas (Foeniculum vulgare Mill) Nurliani Bermawie; Nur Ajijah; Otih Rostiana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 13, No 2 (2002): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v13n2.2002.25-32

Abstract

MULTIPLIKASI TUNAS, PERAKARAN DAN AKLIMATISASI TANAMAN SAMBANG NYAWA (Gynura procumbens) N. Nova Kristina; Nursalam Sirait; Nurliani Bermawie
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 16, No 2 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v16n2.2005.%p

Abstract

Shoots Multiplication, Rooting, and Acclimatization of Gynura procumbensThe research was performance to obtain shoots multiplication, rooting and acclimati-zation of Gynura procumbens was conducted    January  2004 to May 2005 at the Laboratory of Tissue Culture of Gremplasm and Breeding Division. This research was conducted within two steps, i.e. 1) : Shoots multiplication  in : MS + BA (0; 0,1; 0,3 and 0,5 ) mg/l; 2) rooting and acclimatization. Explants were culture on rooting medium MS + IAA (0,1; 0,3); MS + IBA  (0,1; 0,3) or NAA (0,1 and 0,3) mg/l. Acclimatization were performanced on the two kinds of media i.e. dung manure + soil (1 : 1) or husk + soil (1 : 1). Rooting and shoots multiplication were arranged in completely randomized design, with 10 replications and 2 explants for each bottle. Acclimatization was arranged in randomized-block design with 10 replications and 1 plantlet for each treatment. The results showed the best medium for multiplication shoot was MS-free hormone with 5,4 shoots, 2 months after cultured. The highest number of roots was obtained in NAA 0,1 mg/l with 9,3/plantet. MS + IBA 0,3 mg/l give the longest roots (9,58 cm) and IAA 0,1 mg/l the highest number of leaf (12/plantet). Interaction between the source medium and acclimatization medium was observed however, there was no significantly difference between IAA 0,1 mg/l and IBA 0,1 mg/l in number of shoots and long shoots (5,2 and 5,01 cm). 
KERAGAAN SIFAT MORFOLOGI, HASIL DAN MUTU PLASMA NUTFAH PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban.) Nurliani Bermawie; Susi Purwiyanti; Mardiana Mardiana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 1 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n1.2008.%p

Abstract

Karakterisasi dan evaluasi dilakukan untuk mendapatkan data karakter morfologi, hasil dan mutu dari 16 nomor aksesi pegagan yang berasal dari Sumatra, Jawa, Bali dan Papua. Penelitian dilakukan di KP. Cicurug, Sukabumi pada ketinggian 550 m dpl, sejak Januari sampai Desember 2006. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak ke-lompok dengan 16 perlakuan dan tiga ulangan, jarak tanam 20 cm x 20 cm, populasi 100 tanaman/petak. Kultur teknis mengacu kepada SOP (Standar Operasional Prosedur), dengan dosis pupuk kandang 20 ton/ha, Urea SP-36 dan KCl masing-masing 200 kg/ha. Pengamat-an dilakukan pada 10 tanaman per petak pada saat panen (umur 3,5 BST) terhadap sifat morfologi kuantitatif dan kualitatif, hasil herba basah dan kering serta mutu. Perbedaan antar aksesi dianalisis, menggunakan Uji Jarak Ber-ganda Duncan (UJBD). Hasil analisis statistik menunjukkan ada keragaman pada sifat mor-fologi kualitatif dan kuantitatif, antara lain ukuran, warna dan bentuk daun, jumlah, ukur-an dan warna geragih, jumlah bunga per gera-gih, panjang dan warna buku, warna batang, berat segar dan berat kering. Aksesi CASI 002 memiliki tangkai dan daun lebih besar dari aksesi lainnya. Sebaliknya aksesi dari Irian Jaya Barat memiliki daun kecil, pendek dan sangat berbeda dari aksesi lainnya. Bobot ba-sah per tanaman dan produktivitas segar ter-tinggi diperoleh dari aksesi CASI 011 dan CASI 016, sedangkan bobot kering per tanam-an dan produktivitas terna kering tertinggi di-peroleh dari aksesi CASI 011. Kadar asiatiko-sida berkisar antara 0,15-1,49 %. Senyawa alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, steroid dan glikosida terdeteksi sangat kuat (4+), sedang-kan triterpenoid lemah sampai agak kuat (1+-2+). Informasi yang dihasilkan diharapkan da-pat dijadikan sebagai bahan pertimbangan da-lam memilih bahan pemuliaan untuk meng-hasilkan varietas unggul. 
STUDI PENDAHULUAN : INDUKSI KALUS EMBRIOGENIK DARI EKSPLAN DAUN Echinaceae purpurea Meynarti Sari Dewi Ibrahim; N. Nova Kristina; Nurliani Bermawie
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 15, No 2 (2004): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v15n2.2004.%p

Abstract

Echinaceae is an introduced medicinal plant used to improve immune system of the body. Lately, interest on Echinaceae increased, however, good plant material for development is limited. One method to multiply plant material is the in vitro culture, so that research and development especially in vitro multiplication is required. The aim of the experiment is to procure a medium for the induction of embryonic callus and the technique of regeneration. The experiment is conducted at the Laboratory of Breeding and Genetic Resources, ISMECRI from January to December 2002, consisted of 2 steps, namely(1). Embryonic callus induction, (2). Callus regeneration. In the first step, explants were transferred into MS medium enrich with BA 0,1 mg/l + 2,4 D 0,5 mg/l and a combination medium of MS and LS medium supplemented with glutamine + BA (0,1 mg/l; 0,2 mg/l) + 2,4 D (0,5mg/l ; 1 mg/l). In the second step, regeneration was conducted on medium MS combined with LS + BA (0 mg/l + 0,2 mg/l + 0,4 mg/l), MS combined with LS + Kinetine (0,2 mg/l; 0,4 mg/l). The results showed that embryonic callus was obtained from culture of leaf explants on MS medium combined with LS. The best treatment for step regeneration was MS combined LS + BA 0,4 mg/l for shoot formation while MS combined LS + kinetine 0,4 mg/l induced root formation.