Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Seleksi Batang Atas Kina (Cinchona ledgeriana) Klon QRC dalam Pembibitan Stek Sambung Mutia Dewi Roselina; Bambang Sriyadi; Suseno Amien; Agung Karuniawan
Zuriat Vol 18, No 2 (2007)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v18i2.6723

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan kina klon QRC C. ledgeriana yang mempunyai daya kompatibilitas terbaik terhadap batang bawah (Cinchona succirubra). Percobaan dilaksanakan mulai dari Oktober 2006 hingga April 2007 di Kebun Percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Ciwidey, Bandung. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan 21 klon QRC kina sebagai perlakuan dan diulang tiga kali. 21 klon QRC kina tersebut adalah : klon QRC 111, QRC 133, QRC 135, QRC 162, QRC 183, QRC 189, QRC 191, QRC 197, QRC 207, QRC 210, QRC 212, QRC 213, QRC 241, QRC 247, QRC 264, QRC 282, QRC 328, QRC 329, QRC 345, QRC 349, dan Cibeureum 5 sebagai tanaman kontrol. Karakter yang diamati meliputi karakter jumlah tanaman yang hidup (bibit), tinggi batang atas dan tinggi tunas yang dihasilkan (cm), diameter tunas (mm), dan jumlah daun tunas (helai). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa klon QRC memiliki daya kompatibilitas tinggi terhadap batang bawah dibandingkan dengan klon kontrol Cibeureum 5, yakni klon QRC 213 dan QRC 247 untuk karakter tinggi batang atas (cm) dan tinggi tunas (cm); QRC 212 dan QRC 213 untuk karakter diameter tunas (mm); QRC 133, QRC 135, QRC 247, dan QRC 264 untuk karakter jumlah daun pada tunas (helai). Untuk persentase karakter jumlah tanaman yang hidup didapatkan nilai sebesar 44.18%.
Hubungan Kekerabatan Genetik Antar Tanaman The F1 dari Persilangan TRI 2024 X PS 1 Berdasarkan Penanda RAPD Bambang Sriyadi; R. Setiamihardja; A. Baihaki; W. Astika
Zuriat Vol 13, No 1 (2002)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v13i1.6715

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan tetua dalam program persilangan untuk memperbaiki potensi hasil dari klon-klon seri TPS. Penelitian dilakukan di Labolatorium Biologi Molekuler dan Imunologi, Unit Penelitian Biologi Perkebunan, Bogor dari bulan Mei sampai dengan Juni 2000. Bahan yang digunakan adalah daun segar dari klon TRI 2024, PS 1, dan 45 tanaman F1 dari persilangan TRI 2024 X PS 1. Penanda RAPD dibangkitkan menggunakan 11 praimer dengan DNA dari seluruh genotipe. Pengamatan dilakukan terhadap munculnya penanda RAPD pada setiap genotip untuk setiap praimer. Kesamaan antar genotip dihitung menggunakan indeks kesamaan dan hubungan kekerabatan genetik dikonstruksi dengan UPMA. Hasil penelitian menunjukkan jumlah penanda RAPD yang dibangkitkan menggunakan 11 praimer pada DNA klon TRI 2024, PS 1, dan 45 tanaman F1 sebanyak 118, yang 80 (68%) diantaranya merupakan penanda RAPD polimorfik. Pada tingkat perbedaan 28% genotipe yang diuji dapat dipisahkan dua kelompok, yaitu klon TPS 24/5 dan TPS 88/2 yang berkerabat dekat dengan TRI 2024 dan klon TPS lainnya yang berkerabat dekat dengan klon PS 1. Dari 45 tanaman F1 ternyata 40 klon memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan klon PS 1. Pada tingkat kesamaan genetik 74% klon-klon yang mempunyai potensi hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit cacar the terpisahkan dalam tiga kelompok, yaitu I. TPS 17/3, TPS 3/2, TPS 93/3, dan TPS 94/1 yang berkerabat dekat dengan PS 1, II. TPS 127/1 dan TPS 24/2 yang memiliki hubungan kekerabatan agak jauh dengan PS 1 dan, III. TPS 87/1 yang memiliki hubungan kekerabatan genetik sangat jauh dengan PS 1. Rancangan persilangan yang memberikan peluang besar untuk mendapatkan turunan yang mempunyai sifat tahan terhadap penyakit dan berpotensi hasil tinggi adalah tetua klon TPS 17/3, TPS 3/2, TPS 93/3, dan TPS 94/1 disilangkan dengan klon TPS 87/1.
Aktivitas Nitrat Reduktase sebagai Penduga Potensi Hasil Klon-Klon Teh Bambang Sriyadi; A. Baihaki; R. Setiamiharja; W. Astika
Zuriat Vol 4, No 1 (1993)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v4i1.6639

Abstract

Percobaan pendugaan potensi hasil klon teh menggunakan aktivitas nitrat reduktase telah dilakukan di Kebun Pasir Sarongge dan Laboratorium Kimia, Puslitbun Gambung dari bulan Juni sampai dengan September 1992. Percobaan menggunakan enam klon teh yang berumur tiga, enam, dan 12 tahun, serta pada setiap umur tanaman ditanam mengikuti tata letak rancangan acak kelompok, dengan tiga ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap tujuh karakter tanaman termasuk hasil. Pemilihan karakter penduga hasil dilakukan dengan analisis korelasi dan sidik jalin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah bulu daun, sudut percabangan, dan jumlah stomata tidak dapat digunakan untuk menduga potensi hasil. Pendugaan potensi hasil dengan menggunakan bobot pucuk pada tanaman yang berumur tiga tahun dan jumlah pucuk pada tanaman yang berumur enam dan 12 tahun ternyata harus mempertimbangkan karakter lain secara serempak. Aktivitas nitrat reduktase ternyata merupakan penduga potensi hasil yang tepat, dan konstan pada setiap umur tanaman.
Seleksi Pohon Induk Teh dari Tanaman Muda Asal Biji Propellegitim Bambang Sriyadi; W. Astika; D. Muchtar; , Sutrisno
Zuriat Vol 2, No 1 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i1.6616

Abstract

Seleksi pohon induk untuk hasil yang tinggi dan didukung oleh komponen hasil yang maksimal diharapkan akan lebih mantap dipertahankan pada keturunan vegetatifnya. Seleksi dilakukan di KP. Pasir Sarongge terhadap tanaman asal biji klon PS 1 dan TRI 2024 dari kebun biji poliklonal. Pengamatan produksi per perdu dilakukan sebelum dan sesudah pemangkasan yang pertama. Fungsi diskriminan disusun dengan menggunakan tiga komponen hasil, yaitu jumlah pucuk, bobot pucuk p+2, dan persentase pucuk peko per perdu setiap petikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pucuk mempunyai koefisien indeks yang terbesar dalam menentukan nilai diskriminan, kemudian diikuti oleh bobot pucuk p+2 dan persentase pucuk peko. Dari hasil seleksi yang didasarkan atas teori fungsi diskriminan dan dipadukan dengan potensi hasil per perdu, telah terpilih 20 perdu yang mempunyai potensi hasil tinggi dan didukung oleh komponen hasil secara maksimal masing-masing yaitu 11 perdu dari biji klon TRI 2024 dan 9 perdu dari PS 1.
Identifikasi Pembeda Rapd yang Berpautan Dengan Gen Ketahanan Tanaman Teh Terhadap Penyakit Cacar Bambang Sriyadi; R. Setiamihardja; A. Baihaki; W. Astika
Zuriat Vol 12, No 2 (2001)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v12i2.6688

Abstract

Penyaringan ketahanan klon teh terhadap penyakit cacar sulit dilakukan dan memerlukan tenaga yang banyak. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengembangkan pembeda RAPD yang dapat digunakan untuk penanda bantu dalam seleksi klon teh yang tahan terhadap penyakit cacar. Penelitian menggunakan genotip klon tetua rentan TRI 2024, klon tetua tahan PS 1, dan 45tanaman F1 dari persilangan TRI 2024xPS 1. Pengujian ketahanan genotip dilakukan di lapangan dan persemaian. Pengujian ketahanan di persemaian yang dilakukan menggunakan parameter pengamatan indeks intensitas penyakit. Pengujian ketahanan di lapangan menggunakan parameter persentase pucuk yang terserang penyakit setiap pohon. Analisis RAPD dimulai dengan seleksi praimer yang mampu membangkitkan fragmen RAPD polimorfik antara tanaman tahan dengan rentan sebagai pembeda penduga, kemudian dilanjutkan dengan melacak pembeda RAPD penduga pada populasi variasi tanaman F1 menggunakan praimer terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan tanaman F1 dari persilangan antara klon rentan TRI 2024 dengan klon tahan PS 1 bervariasi mengikuti pola pewarisan hasil backcross antara tanaman heterosigot dengan homosigot dengan nisbah 1:1. Praimer OPB 01, OPB 07, OPB 18, OPC 18, OPC 13, OPC 16, OPH 12, SC-10 48, dan SC-10 56 mampu membangkitkan pembeda RAPD OPB 01800, OPB 011100, OPB 011400, OPB 011500, OPB 07500, OPB 071200, OPB 18600, OPB 181200, OPC 13500, OPC 131100, OPC 131400, OPC 16400, OPC 16400, OPC 16500, OPH 12500, OPH 12750, OPH 121000, SC-10 48750, SC-10 481300, SC-10 56600, SC-10 56850, dan SC-10 561200 yang muncul pada tetua tahan PS 1 tetapi tidak muncul pada tetua rentan TRI 2024. Pembeda RAPD OPB 18600 teridentifikasi sebagai pembeda RAPD yang berpautan sangat kuat, sedangkan pembeda OPB 01800, OPB 011500, OPB 07500, OPC 13500, OPC 131100, OPC 131400, SC-10 481300, dan SC-10 56600 berpautan kuat dengan gen ketahanan tanaman teh terhadap penyakit cacar. Seleksi ketahanan tanaman teh secara tidak langsung terhadap penyakit cacar teh dapat dilakukan menggunakan pembeda RAPD OPB 18600, OPB 01800, OPB 011500, OPB 07500, OPC 13500, OPC 131100, OPC 131400, SC-10 481300, dan SC-10 56600.
Correlations between morphological traits and catechin content on tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) Heri Syahrian; Nono Carsono; Neni Rostini; Vitria Puspitasari Rahadi; Bambang Sriyadi
Jurnal Penelitian Teh dan Kina Vol 18 No 1 (2015)
Publisher : Research Institute for Tea and Cinchona

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/pptk.jur.jptk.v18i1.64

Abstract

Catechin content in tea plant is a major character in tea breeding program for a healthy beverage. A tea breeding program for high catechin content maybe will performed by indirect selecting a trait or traits that signi­ficantly correlated with high catechin content. This research was performed to identify mor­phological traits which maybe significantly correlated with high catechin content in tea plant. A randomized complete block design with three replications was used in this experiment using 10 selected clones. The experiment was performed in Gambung Experimental Station ot the Research Institute for Tea and Cinchona, Gambung, West Java. Catechin content, tri­choma density of young leaves, weight of p+2, size of mother leaves, chlorophyll content of mother leaf, stomatal density of mother leaf, mother leaf thickness, and mother leaf angle, were measured. The results indicated that stomatal density and mother leaf angle were significantly correlated. Based on path analysis indirect selection for high catechin content could be performed by selecting stomatal density considering to trichoma density, mother leaf angle and chlorophyll content. In addition, indirect selection for high catechin content could be performed by selecting other leaf angle independently without considering other morphological traits.