Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

PENERAPAN KONSEP DASAR PERMUKIMAN ABOGE CIKAKAK PADA PERMUKIMAN ABOGE CIBANGKONG DI KABUPATEN BANYUMAS Widyandini, Wita; Nursruwening, Yohana; Basuki, Basuki
PROSIDING SENATEK FAKULTAS TEKNIK UMP 2015: PROSIDING SENATEK TAHUN 2015, 28 November 2015
Publisher : PROSIDING SENATEK FAKULTAS TEKNIK UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Komunitas Islam Aboge di Desa Cikakak merupakan pusat dari Islam Aboge di Kabupaten Banyumas, dengan sebarannya salah satunya di Desa Cibangkong, Kecamatan Pekuncen.  Komunitas Islam Aboge ini membentuk suatu pola permukiman, dimana permukiman sebaran biasanya memiliki kemiripan dengan permukiman pusatnya.  Hal tersebut menimbulkan rasa ingin tahu peneliti untuk melakukan penelitian guna menggali dan menemukan implementasi konsep dasar permukiman Islam Aboge Desa Cikakak sebagai pusat Islam Aboge di Kabupaten Banyumas pada permukiman sebarannya yang terletak di Desa Cibangkong, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.  Adapun untuk metode analisisnya menggunakan metode deskriptif dan komparatif.  Hasil dari penelitian adalah permukiman Aboge Desa Cikakak memberikan pengaruhnya pada  permukiman sebarannya di Desa Cibangkong, walaupun tidak secara keseluruhan.  Penerapan konsep dasar permukiman Aboge Cikakak pada permukiman sebarannya terlihat pada penataan elemen tata ruang permukiman dan hirarki bangunan pada permukiman.  Sedangkan untuk orientasi bangunan ada perbedaan, yaitu pada permukiman Aboge Desa Cikakak orientasi bangunan ke arah mesjid dan makam, sedangkan pada permukiman Aboge Desa Cibangkong, orientasi lebih ke arah jalan desa.  Kata kunci: Cibangkong, Cikakak, Islam Aboge, Pola permukiman
PEMBUATAN HANDICRAFT MENGGUNAKAN BAHAN OLAHAN SAMPAH DOMESTIK Nursruwening, Yohana; Widyandini, Wita; Wahyuningsih, Endang Sri
PROSIDING SENATEK FAKULTAS TEKNIK UMP 2015: PROSIDING SENATEK TAHUN 2015, 28 November 2015
Publisher : PROSIDING SENATEK FAKULTAS TEKNIK UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sampah domestik merupakan sampah yang tidak dipakai dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis yang berasal dari rumah tangga. Ragam sampah khususnya sampah anorganik di daerah perkotaan secara kualitatif  dan kuantitatif lebih komplek daripada di daerah pedesaan. Sampah anorganik  yang dianggap sudah tidak digunakan lagi sebenarnya dapat berdaya guna dengan mengolahnya menjadi handicraft sebagai produk kreatif yang bernilai ekonomis. Pembuatan handicraft ini dapat mengurangi permasalahan jumlah sampah domestik yang jumlahnya semakin banyak. Tulisan  ini bertujuan untuk mempublikasikan kegiatan IbM dari Tim PKM Universitas Wijayakusuma  tentang pengolah sampah domestik di perumahan menjadi handicraft yang memiliki nilai ekonomis dan estetis. Kegiatan pengolahan sampah domestik ini dilakukan dengan pemberdayaan kelompok ibu-ibu perumahan  Tanjung Elok Purwokerto Selatan dan ibu-ibu perumahan Griya Kober Indah Purwokerto Barat. Untuk itu metode dilaksanakan  secara komprehensif, dengan melibatkan mitra sejak tahap awal kegiatan yakni dengan cara mengajak mitra mengidendifikasi permasalahan hingga tahap kegiatan pendampingan dan evaluasi kegiatan. Adanya usaha pengolahan sampah domestik di lingkungan perumahan menjadikan ibu-ibu perumahan Tanjung Elok Purwokerto Selatan dan ibu-ibu perumahan Griya Kober Indah Purwokerto Barat menjadi lebih kreatif dan berdayaguna dalam memanfaatkan sampah domestik menjadi handicraft. Kata kunci: Sampah Domestik, Handicraft, Perumahan Tanjung Elok, Perumahan Griya  Kober Indah
RITUAL ISLAM KEJAWEN ANAK PUTU KI BONOKELING Widyandini, Wita
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 11 No 2 (2013): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.325 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v11i2.78

Abstract

Bonokeling society that lives in Pekuncen village, Jatilawang subdistrict,Banyumas regency, are the adherents of “Islam Blangkon” orknown as “Islam Kejawen”. Ancestral figure who became a role modeland whom they ask for something is Bonokeling. As the adherents ofKejawen, Bonokeling people has many ritual beliefs, regularly scheduledand did not. This research aims to find the pattern of rituals procession ofBonokeling people and its influence on spatial settlement of the Bonokelingsociety.
Kajian Tata Ruang Pura Pedaleman Giri Kendeng di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Widyandini, Wita; Nursruwening, Yohana; Lestariningsih, Dwi Jati
Arsir Vol 4, No 2 (2020): Arsir
Publisher : Universitas muhammadiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/arsir.v4i2.2661

Abstract

Jumlah penduduk di Desa Klinting, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas yang memeluk agama Hindu sekitar 6,9% dari jumlah penduduk Desa Klinting seluruhnya.  Sebelum memeluk agama Hindu, mereka adalah pengikut aliran kejawen Wayah Kaki. Mereka melaksanakan ibadahnya di Pura Pedaleman Giri Kendeng yang juga terdapat di Desa Klinting.  Pada perkembangannya, saat ini Pura Pedaleman Giri Kendeng telah menjadi pusat kegiatan bagi para pemeluk agama Hindu di Banyumas.  Pola tata ruang yang meliputi : macam dan fungsi ruang, organisasi ruang, sirkulasi, orientasi, dan hirarki ruang dari Pura Hindu yang berada di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini, menjadi dasar keingintahuan dari peneliti untuk mengetahui dan menggalinya. Untuk itu, metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan datanya berupa observasi, wawancara, serta dokumentasi. Hasil dari penelitian ini ada beberapa, yaitu : 1) Pura Pedaleman Giri Kendeng menerapkan konsep Tri Mandala dan  konsep Desa Kala Patra pada tata ruangnya, 2) Elemen tata ruang pura meliputi : Candi Bentar, Balai Wantilan, Kori Agung, Aling-aling, Balai Piyasan, Panglurah, Padmasana, Candi Gedung, dan Taman Sari, 3) Orientasi pura menghadap ke arah Timur, 4) Hirarki paling tinggi adalah bangunan di area Utama Mandala.
PENGEMBANGAN TRADITIONAL GAME PARK DENGAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR DI DESA SUNYALANGU, BANYUMAS WITA WIDYANDINI; NOVIA RAHMAWATI; YOHANA NURSRUWENING
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 26 No. 1 (2021): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36728/jtsa.v26i1.1175

Abstract

Banyumas merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai pembangunan pariwisata, salah satunya adalah Taman Brilian Angkruk Logawa yang berada di Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas. Obyek wisata ini memiliki daya tarik wisatawan karena memiliki konsep untuk menyelamatkan kebudayaan daerah dan mengedukasi masyarakat untuk lebih mengenal permainan tradisional. Dalam merancang Traditional Game Park di Desa Sunyalangu, Banyumas ini, permainan tradisional anak khas Banyumasan menjadi konsep dasar dalam perancangannya. Konsep yang digunakan mengambil karakteristik dari Panggal, yaitu semacam gasing yang terbuat dari kayu. Panggal terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, badan, dan kaki. Hal itu dikaitkan dengan unsur bangunan yaitu kepala sebagai atap, badan sebagai dinding, dan kaki sebagai pondasi. Panggal memiliki karakteristik berputar pada porosnya. Perputaran tersebut menggambarkan sirkulasi pengunjung yang dibuat melingkar sehingga memudahkan akses pengunjung untuk berpindah-pindah secara dinamis. Untuk menambah daya tarik pengunjung, fasade bangunan dan fasilitas penunjang lainnya menggunakan warna yang cerah dan mencolok. Desain yang dihasilkan selain menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna, juga harus sesuai dengan nilai-nilai dan tradisi yang terkandung di lingkungan masyarakat setempat. Konsep yang diterapkan pada desain bangunan adalah Arsitektur Neo-Vernakular yaitu mendesain bangunan dengan mengambil bentuk dari elemen bangunan yang ada di lingkungan sekitar seperti bentuk atap rumah srotong dengan mengemasnya menjadi lebih modern tanpa mengesampingkan nilai tradisi setempat. Kata kunci : neo-vernakular, permainan tradisional, wisata
PERANCANGAN TAMAN BUDAYA CIREBON DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME Andri Nur Aziz; Wita Widyandini; Yohannes Wahyu Dwi Yudono
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 26 No. 2 (2021): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36728/jtsa.v26i2.1447

Abstract

Cirebon merupakan kota pesisir yang terletak di Provinsi Jawa Barat di bagian Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Kota ini memiliki potensi besar dalam keberagaman budaya dan keseniannya. Ironisnya fasilitas pementasan atau pagelaran seni yang ada di Cirebon sangat tidak memadai untuk mewadahi kegiatan kebudayaan tersebut. Solusi yang tepat agar masalah tersebut bisa teratasi adalah dengan membuat kawasan yang mampu menjadi tempat pengenalan,pengembangan dan pelestarian kebudayaan dan kesenian berupa taman budaya. Taman budaya dirancang dengan menggunakan pendekatan arsitektur regionalisme, yaitu dengan menerapkan unsur-unsur arsitektur lokal Cirebonan, sehingga mampu menjadi area yang mencerminkan keanekaragaman kebudayaan dan kesenian Cirebon. Kata Kunci : Taman Budaya, Cirebon, Regionalisme
ALUN – ALUN PURWOKERTO : DARI HALUN – HALUN KE OPEN SPACE Wita Widyandini
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v13i1.114

Abstract

ALUN – ALUN PURWOKERTO :DARI HALUN – HALUN KE OPEN SPACE Oleh :  Wita Widyandini  ABSTRACTThe town square existence in a town or a regency in Java, is an identity that shows the typical and uniqueness of that city or regency. The town square is the spatial structure binding between the power holder (Royal Palace or regency building), mosque, jail, or the settlement around that own town square. Traditional town square with its Ringin Kurung is an example of an opened space full with various functions and deeply meaning. However, as the development and the demands of the times, there are many town squares in Java that needs to be renovating. As the result, there are town squares remain with its genuine meaning, but some of them has lost its meaning as a town square, changes into just an opened town space.Keywords : alun-alun, halun-halun, open space
METODA PEMILIHAN BAHAN BANGUNAN SEDERHANA UNTUK PROGRAM PENDAMPINGANMASYARAKATDI PEDESAAN Basuki -; Wita Widyandini; Yoh. Wahyu Dwi
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 19, No 2 (2018): Teodolita
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v19i2.268

Abstract

Rural communities are generally too ordinary and have little knowledge regarding building materials. Theexistence of a government program that requires direct involvement of community members makes theproblem of the quality of the physical work of the program doubtful. Community knowledge of buildingproblems needs to be improved through empowerment.The process of information transformation in empowering ordinary people is a problem in itself.Knowledge and varying levels of education require a separate method of assistance.With easy-to-understand communication methods, it is hoped that the recipient community will be able toimplement the program correctly as expected by the government as the program provider. On the otherside, the community can directly benefit from the program in the form of increasing welfare and economicprogress.Keywords: Empowerment, Building MaterialsABSTRAKMasyarakat pedesaan pada umumnya terlalu awam dan sedikit pengetahuan terkait bahan bangunan.Adanya program pemerintah yang menghendaki keterlibatan langsung anggota masyarakat menjadikanpermasalahan mutu pekerjaan fisik program diragukan. Pengetahuan masyarakat akan permasalahanbangunan perlu ditingkatkan melalui pemberdayaan.Proses transformasi informasi dalam pemberdayaan masyarakat awam menjadi masalah tersendiri.Pengetahuan dan tingkat pendidikan yang beragam memerlukan metoda tersendiri dalam pendampingantersebut.Dengan metoda komunikasi yang mudah dimengerti difarapkan masyarakat penerima program mampumelaksanakan program dengan benar seperti yang diharapkan pemerintah selaku pemberi program. Di sisislain masyarakat bisa langsung mendapatkan keuntungan dari program berupa kenaikan kesejahteraan dankemajuan ekonominya.Kata Kunci: Pemberdayaan, Bahan Bangunan.
MEMAKNAI PASEMUAN DAN BALE MALANG SEBAGAI BANGUNAN RITUAL MASYARAKAT ISLAM KEJAWEN BONOKELING Wita Widyandini
Teodolita ( Media Komunikasi Ilmiah di Bidang Teknik ) Vol 13, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v13i2.283

Abstract

Sebagai penganut Islam Kejawen, masyarakat Bonokeling pun memiliki cara dantempat beribadah tersendiri. Bentuk ibadah yang mereka lakukan adalah dengan melakukanritual-ritual upacara kepercayaan kepada leluhur mereka, yaitu Mbah Bonokeling diPasemuan dan Bale Malang. Sebagai bangunan ritual, Pasemuan dan Bale Malang tentunyadibangun dengan berbagai makna yang mendalam di baliknya. Untuk itu, penelitian inibertujuan menggali makna yang terkandung di dalam Pasemuan dan Bale Malang sebagaibangunan ritual masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas..Kata Kunci:, makna, Pasemuan, Bale Malang, Islam Kejawen
DESAIN RUMAH TINGGAL TROPIS DI SEMARANG Yohana Nursruwening; Wita Widyandini
Teodolita: Media Komunkasi Ilmiah di Bidang Teknik Vol 21, No 1 (2020): Teodolita : Media Komunikasi Ilmiah Di Bidang Teknik
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53810/jt.v21i1.336

Abstract

Indonesia has a humid tropical climate with the characteristics of uniform solar radiation throughout theyear, low air pressure, always cloudy air, high air temperatures and very high humidity. With thecharacteristics of the tropical climate, there are many problems in anticipating climate, therefore specialhandling is needed in designing buildings, one of which is a dwelling to achieve comfortable conditionsfor its inhabitants. How to create a residential design that is friendly to the climate for the humid   tropics ?.This design is expected to provide an illustration for the designer and all levels of society the importantrole of building houses that are friendly to the tropical climate. The design method is carried out so thatthe building is friendly to the tropical climate through building orientation, cross ventilation, control ofsolar radiation, temperature, humidity and vegetation.Based on the analysis, it was concluded that in the Design House area in Semarang with an average DryTemperature of 30.7 ° C and an Relative Humidity of an average of 74% to achieve Thermal comfort airmovement with a wind speed of 3.5 m / sec is needed, has a Humid Temperature of 26.9 ° C, the EffectiveTemperature of 25.0 ° C.Keywords : Design, Residential, Tropical Climate, Air Humidity, TemperatureABSTRAKIndonesia mempunyai iklim tropis lembab dengan ciri-ciri penyinaran matahari merata ssepanjang tahun,tekanan udara rendah, udara selalu berawan, temperatur udara yang cukup tinggi dan kelembaban udarayang sangat tinggi. Adanya ciri-ciri iklim tropis tersebut maka banyak persoalan mengantisipasi iklim,oleh karena itu perlu penangan khusus dalam merancang bangunan salah satunya Rumah Tinggal untukmencapai kondisi nyaman bagi penghuninya Bagaimana menciptakan suatu desain Bangunan RumahTinggal yang bersahabat dengan iklim untuk daerah tropis lembab?.Desain ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi perancang dan semua lapisan masyarakatpentingnya peranan bangunan rumah tinggal yang bersahabat dengan iklim tropis. Metode perancanganyang dilakukan agar bangunan tersebut  bersahabat dengan iklim tropis yaitu melalui orientasi bangunan,ventilasi silang, kontrol terhadap radiasi matahari, temperatur, kelembaban udara dan tumbuhan.Berdasarkan analisa yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pada kawasan Rumah Rancangan diSemarang dengan Temperatur Kering rata-rata 30,7°C dan Kelembaban Relatif rata-rata 74% untukmencapai kenyamanan Thermal dibutuhkan gerakan udara dengan kecepatan angin sebesar 3,5 m/det,memiliki Temperatur Lembab sebesar 26,9 °C, Temperatur Efektifnya adalah 25,0 °C.Kata Kunci : Desain, Rumah Tinggal, Iklim Tropis, Kelembaban Udara, Temperatur