p-Index From 2020 - 2025
1.665
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Mahasiswa TEUB
Asmungi, Gaguk
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Published : 36 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

EVALUASI PERFORMANSI JARINGAN VSAT TDM/TDMA DENGAN TEKNIK ACM DAN AIS Budiman, Mohammad Anggoro; Asmungi, Gaguk
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 6, No 7 (2018)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.093 KB)

Abstract

Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performansi jaringan VSAT TDM/TDMA yang berlokasi di Dawuan Cikampek menggunakan teknik ACM (Adaptive Coding and Modulation) dan AIS (Adaptive Inroute Selection). Penelitian yang dilakukan merupakan pengujian performansi jaringan VSAT TDM/TDMA dengan teknik ACM dan AIS yang diberi redaman, kemudian akan dibandingkan dengan perhitungan link budget jaringan VSAT tersebut. Untuk pengujian performansi jaringan VSAT TDM/TDMA dengan teknik ACM dan AIS menggunakan bantuan program untuk merekam performansi jaringan secara real time. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MODCOD (Modulation and Coding) yang digunakan saat pengujian performansi jaringan VSAT TDM/TDMA dengan saat perhitungan link budget dari jaringan tersebut menunjukan hasil yang sama. Hal tersebut dikarenakan teknik ACM dan AIS memudahkan jaringan VSAT TDM/TDMA untuk menggunakan MODCOD yang sesuai dengan perubahan-perubahan nilai C/N (Carrier to Noise Ratio) saat diberi redaman. Dengan begitu komunikasi jaringan VSAT dapat berjalan dengan baik walaupun saat diberi redaman. Kata Kunci—VSAT, Adaptive Coding and Modulation (ACM), Adaptive Inroute Selection (AIS), MODCOD
RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS PADA ALAT BUDIDAYA TANAMAN PAKCOY DENGAN TEKNIK HIDROPONIK INDOOR Yusuf, n/a; Setyawan, Raden Arief; Asmungi, Gaguk
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKHidroponik merupakan metode pertanian yang memperhatikan waktu penyinaran tanaman dan pemberian jumlah nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanamannya. Namun, pertanian dengan metode hidroponik di dalam ruangan tidak mendapatkan sinar matahari secara langsung, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, tanaman juga membutuhkan jumlah nutrisi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Penulis merancang sebuah alat yang dapat memberikan pencahayaan dan jumlah nutrisi berdasarkan parameter yang diukur dengan sensor. Dalam pemberian pencahayaan, digunakan RTC sebagai parameter waktu yang menentukan nyala atau matinya grow light, sehingga pencahayaan tanaman dapat terjadwal. Sedangkan, dalam pemberian nutrisi dilakukan pengukuran nilai pH air, total padatan terlarut dalam air, potensial redoks air, ketinggian air, dan suhu air menggunakan sensor. Hasil pengukuran tersebut akan menjadi dasar dalam menyalakan atau mematikan pompa air dan solenoid valve. Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat ini dapat bekerja sesuai rancangan perangkat keras. Dibuktikan dengan data pengujian karakteristik maupun pembacaan sensor yang bekerja dengan baik. Selain itu, aktuator yang digunakan juga dapat bekerja berdasarkan perintah dari mikroprosesor ATmega328 melalui rangkaian driver yang terdiri dari rangkaian transistor BC547 dan relay 5 volt.Kata kunci: nutrisi, pencahayaan, rangkaian elektrik, pakcoy, hidroponik indoorABSTRACTHydroponics is an agricultural method that pays attention to the time of irradiating plants and providing the number of nutrients according to the needs of the plant. However, indoor hydroponic farming does not get direct sunlight, so it can affect plant growth and development. In addition, plants also need the right amount of nutrients in order to grow and develop optimally. The author designed a system that can provide lighting and the number of nutrients based on the parameters measured by sensors. In providing lighting, RTC is used as a time parameter that determines whether the grow light turns on or off, so that plant lighting can be scheduled. Meanwhile, in providing nutrition, measurement of the pH value of water, total dissolved solids in water, water redox potential, water level, and water temperature is carried out using sensors. The measurement results will be the basis for turning on or off the water pump and solenoid valve. The test results show that this system can work according to the hardware design. It is proven by characteristic test data and sensor readings that work well. Moreover, the actuator used can also work on orders from the ATmega328 microprocessor through a driver circuit consisting of a BC547 transistor circuit and a 5-volt relay.Keywords: nutrition, lighting, electric circuit, pak choy, indoor hydroponics
RANCANG BANGUN ALAT DAN SISTEM MONITORING PENGUSIR HAMA BURUNG OTOMATIS PADA SAWAH BERBASIS INTERNET OF THINGS Gregory Marcellino Kacaribu; Erni Yudaningtyas; Gaguk Asmungi
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Misi untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi dalam implementasinya terkendala dengan adanya serangan hama burung. Untuk itu dirancanglah sebuah alat dari permasalahan tersebut dengan sistem monitoring melalui aplikasi. Pada perancangan ini menggunakan motion sensor dan sensor cahaya serta motor DC sebagai aktuator yang di kontrol melalui mikrokontroler Arduino Uno dan aplikasi Blynk. Data sensor kemudian ditampilkan pada sebuah aplikasi Blynk beserta dengan fitur kamera ESP32-Cam untuk monitoring yang dapat dikontrol melalui aplikasi Blynk. Pengujian dilakukan dengan menganalisis tegangan respon sensor dan aktuator, menentukan nilai error dari sensor, menentukan kelas klasifikasi sensor LDR, kemampuan bertukar data antar mikrokontroler, dan aplikasi Blynk berhasil menampilkan status data sensor serta dapat mengontrol on/off motor DC dan kamera menggunakan virtual button. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa persentase efektivitas kerja alat mencapai 85,48% dengan persentase error 1,8% serta kemampuan deteksi hama burung otomatis secara stabil hingga 6 meter. Aktuator pengusir hama burung bergerak hingga mencapai kecepatan 44 RPM ketika PWM positif dan 47 RPM ketika PWM negatif, dan komunikasi antar mikrokontroler dapat dilakukan dengan komunikasi serial menggunakan metode parsing data serta aplikasi Blynk dapat manampilkan data informasi dan memberi perintah namun tidak dalam satu waktu (half duplex). Kata kunci : Arduino Uno, ESP32-Cam, error, komunikasi serial, aplikasi Blynk ABSTRACT The mission to increase paddy productivity is constrained by bird pests. Therefore, a tool with a monitoring system through the application was designed. This design uses a motion sensor and light sensor and a DC motor as an actuator which is controlled via the Arduino Uno microcontroller and the Blynk application. The sensor data is then displayed on a Blynk application along with the ESP32-Cam camera feature for monitoring which can be controlled via the Blynk application. The test is carried out by analyzing the output voltage of the sensor and actuator responses, determining the error value of the sensor, determining the LDR sensor classification class, the ability to exchange data between microcontrollers, and the Blynk application successfully displays the status of sensor data and can control the on/off of DC motors and cameras using virtual buttons. The results of the study found that the percentage of the tool's work effectiveness reached 85.48% with an error percentage of 1.8% and the ability to detect bird pests automatically was stable up to 6 meters. The bird repellent actuator moves up to a speed of 44 RPM when the PWM is positive and 47 RPM when the PWM is negative, and communication between microcontrollers can be successfully with serial communication using the data parsing method and the Blynk application can display information data and give orders but not at the same time (half duplex).Keywords : Arduino Uno, ESP32-Cam, error, serial communication, Blynk application
ANALISIS KINERJA ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) MENGGUNAKAN FAST FOURIER TRANSFORM (FFT) Shofia Fitriyanti; Endah Budi Purnomowati; Gaguk Asmungi
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ada beberapa metode untuk mengatasi akan kebutuhan kanal sistem komunikasi dan efek dari multipath fading, salah satu diantaranya yaitu sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Sistem OFDM merupakan perkembangan dari teknik Frequency Division Multiplexing (FDM). Perbedaan yang mendasar dari sistem OFDM dan FDM yaitu terletak pada frekuensi subcarrier, pada sistem OFDM frekuensi subcarrier-nya diperbolehkan untuk saling overlapping sehingga dapat menghemat bandwidth kanal sistem komunikasi, dan kapasitas kanal juga meningkat. Dengan menggunakan sistem OFDM ini tidak hanya kapasitas kanal yang dapat ditingkatkan tetapi juga dapat mengurangi efek multipath fading. Dengan skripsi ini akan dilakukan analisis kinerja OFDM menggunakan FFT. Jenis modulasi Quadrature Amplitude Modulation (QAM) mempunyai nilai BER yang kurang baik dibandingkan dengan Quadrature Phase Shift Keying (QPSK). Pada kanal Rayleigh nilai BER dari OFDM dengan 64 subcarrier mempunyai BER yang lebih baik dibanding dengan OFDM dengan 32 subcarrier. Nilai Peak Average Power Ratio (PAPR) yang paling baik yaitu yang menggunakan modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) dengan 64 subcarrier karena memiliki nilai error yang sangat kecil. Kata Kunci: OFDM, FFT, BER, PAPR   ABSTRACT There are several methods to overcome the need for communication system channels and the effects of multipath fading, one of which is the Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) system. The OFDM system is a development of the Frequency Division Multiplexing (FDM) technique. The fundamental difference from OFDM and FDM systems is that it is located at the subcarrier frequency, in the OFDM system the subcarrier frequency is allowed to overlap so that it can save communication system channel bandwidth, and channel capacity also increases. Using this OFDM system not only can channel capacity be improved but also can reduce the effect of multipath fading. This thesis will analyze OFDM performance using FFT. The Quadrature Amplitude Modulation (QAM) modulation type has a poor BER value compared to Quadrature Phase Shift Keying (QPSK). On Rayleigh channel, the BER value of OFDM with 64 subcarriers has BER which is better than OFDM with 32 subcarriers. The best Peak Value Average Power Ratio (PAPR) is that uses Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) modulation with 64 subcarriers because it has a very small error value. Keywords: OFDM, FFT, BER, PAPR
ANALISIS KINERJA JARINGANANALISIS KINERJA JARINGANANALISIS KINERJA JARINGANANALISIS KINERJA JARINGANANALISIS KINERJA JARINGANANALISIS KINERJA JARINGAN ANALISIS KINERJA JARINGANANALISIS KINERJA JARINGANANALISIS KINERJA JARINGANANALISIS KINERJA JARINGANANAL Reza Sufi Al Kamil; Sholeh Hadi Pramono; Gaguk Asmungi
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 4, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fiber To The Home (FTTH) is an optical technology that delivers cues from the service provider to the user by using optical fiber as the transmission medium. The advantages of using fiber optic transmission bandwidths are greater than conventional cables. Fiber To The Home (FTTH) is able to provide triple play services (internet, telephone and cable tv). Fiber To The Home (FTTH) network has a maximum limit of 20 km transmission that can be received good triple play services for user. The distance measured from the provision of services contained in the main office and the tool known as Optical Line Termination (OLT). The performance parameters of FTTH network that s observed is BER, SNR, Link Power Budget and Link Rise Time. Variation in the length of fiber optic cable as far as 1km, 1,3km, 1,5km, 1,8km and 2km are used to support the calculation of the influence of the cable length to the parameters of Fiber To The Hom (FTTH) network. With the variation in the length of fiber optic cable is used, the farthest distance is 2 km has a great BER valur of 4,42073x10-11and SNR value of 21,6 dB. As for the closest distance is 1 km has a small BER value of 1,79511x10-12 and SNR value of 22 dB.Keywords - Fiber To The Home, Bit Error Rate, Signal to Noise Ratio, Link Power Budget, Link Rise Time.Abstrak –Fiber To The Home (FTTH) merupakan teknologi yang menghantarkan isyarat optik dari penyedia layanan ke pengguna dengan menggunakan fiber optic sebagai media transmisinya. Keuntungan menggunakan fiber optic pada pentransmisian ini adalah lebar jalur lebih besar dibandingakan dengan kabel konvensional. Fiber To The Home (FTTH) mampu memberikan layan triple play yaitu internet, telepon dan tv kabel. Jaringan FTTH memiliki batas maksimum pentransmisian yaitu 20 km agar layanan triple play dapat diterima pelanggan dengan baik. Jarak tersebut terukur mulai dari sisi penyedia layanan (Service Provider) yang terdapat pada kantor utama dan alatnya dikenal dengan Optical Line Termination (OLT). Parameter kinerja jaringan FTTH yang diamati adalah BER, SNR, Link Power Budget dan Link Rise Time. Variasi panjang kabel serat optik sejauh 1km, 1.3km, 1.5km, 1.8km dan 2km digunakan untuk menunjang perhitungan pengaruh panjang kabel serat optik terhadap parameter jaringan FTTH.Dengan variasi panjang kabel serat optik yang digunakan, jarak terjauh yaitu 2 km memiliki nilai BER yang besar yaitu 4,42073x10-11dan nilai SNR sebesar 21,6 dB. Sedangkan untuk jarak terdekekat yaitu 1 km memiliki nilai BER yang kecil yaitu 1,79511x10-12 dan nilai SNR sebesar 22 dB.Kata Kunci—Fiber To The Home, Bit Error Rate, Signal to Noise Ratio, Link Power Budget, Link Rise Time.
IMPLEMENTASI GNU RADIO UNTUK PERANCANGAN PESAWAT PENERIMA RADIO FM (FREQUENCY MODULATION) Ghifari Amanar; Sigit Kusmaryanto; Gaguk Asmungi
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 7, No 7 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu perkembangan dari teknologi komunikasi radio adalah software-defined radio (SDR). SDR telah mengubah sistem elektronik dari sejumlah aplikasi mencakup bidang komunikasi, pengolahan data, serta pemrosesan sinyal dengan memungkinkan sebuah perangkat radio untuk lebih fleksibel, baik dari sisi fungsi maupun konfigurasi karena berbasiskan perangkat lunak. Penelitian dilakukan dengan menguji rancangan penerima radio FM berbasis SDR dengan menggunakan perangkat USRP N210 dan komponen pendukungnya disertai dengan pengaturan yang sesuai untuk fungsinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah rancangan tersebut mampu beroperasi seperti penerima radio FM konvensional serta melihat proses-proses yang terjadi dalam penerimaan sinyal. Pembuktian mengenai kemampuan SDR dalam menjalankan fungsi penerima radio FM konvensional, terbuka kemungkinan yang luas untuk mengimplementasikan teknologi ini untuk aplikasi radio lainnya. Penerima radio FM berbasis SDR yang menggunakan perangkat USRP sebagai platform ini telah berhasil berjalan dengan baik. Suara yang dapat didengar dengan perangkat penerima ini sama seperti saat menggunakan penerima radio FM konvensional. Hal ini juga dibuktikan dengan menganalisis bentuk sinyal baseband yang sesuai dengan teori multipleks untuk siaran radio FM. Penerima radio FM berbasis SDR memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan penerima radio konvensional yang berbasis perangkat keras. Penggunaan USRP memberikan fleksibilitas dalam pengembangan maupun pengoperasiannya.Kata Kunci: GNU Radio, Penerima FM, Software-Defined Radio, USRPABSTRACTOne of development of radio communication technology is software-defined radio (SDR). SDR has transformed the electronic system of a number of applications including communications, data processing, and signal processing by allowing a radio device to be more flexible, both in function and configuration as based on software. This research was conducted by testing the FMR-based FM radio receiver design using USRP N210 device and its supporting components along with the appropriate arrangement for its function. This study aims to see whether the design is capable of operating like a conventional FM radio receiver and see the processes that occur in signal reception. Proof of SDR capability in performing the function of conventional FM radio receivers, open wide possibilities for implementing this technology for other radio applications. SDR-based FM radio receivers that use USRP devices as this platform have been successful. The audible sound with this receiving device is the same as when using a conventional FM radio receiver. This is also evidenced by analyzing the form of baseband signals in accordance with multiplex theory for FM radio broadcasts. SDR-based FM radio receivers have several advantages over conventional hardware-based radio receivers. USRP's use provides flexibility in both development and operation.Key Word: GNU Radio, FM receiver, Software define radio, USRP
STUDI IDENTIFIKASI AREA INTERFERENSI PADA JARINGAN LTE BERDASARKAN HASIL DRIVE TEST Tequitha Layyinatul Qalbi; Sigit Kusmaryanto; Gaguk Asmungi
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Interferensi merupakan salah satu gangguan yang dapat menurunkan kualitas dari jaringan LTE. Menurunnya kualitas sebuah jaringan dapat menimbulkan keterbatasan dalam mengakses layanan pada jaringan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi agar kualitas jaringan tetap terjaga, dengan cara mengetahui permasalahan yang ada pada jaringan tersebut, seperti interferensi. Untuk mengetahui interferensi yang terjadi di suatu area, dapat dilakukan pengamatan berdasarkan hasil drive test yang dilakukan pada area tersebut, dengan parameter yang digunakan adalah RSSI dan SINR. Pada penelitian ini dilakukan drive test untuk mengidentifikasi area interferensi pada jaringan LTE di kawasan Universitas Brawijaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat area interferensi di kawasan Universitas Brawijaya. Kata Kunci: LTE, drive test, SINR, RSSI   ABSTRACT Interference is one of major problem that can decrease the quality of LTE network. Decreased network quality can cause limitations in accessing the network services. Therefore, evaluation is needed to maintain the network quality, with knowing the network problems, such as interference. To find out the interference that occurs in particular area, it can be done by doing drive test and observing the results, based on parameter RSSI and SINR. In this study, a drive test was performed to identify the interference area for LTE network in University of Brawijaya area. The result showed that there is an interference area in University of Brawijaya area. Kata Kunci: LTE, drive test, SINR, RSSI
Performansi Video on Demand (VOD) pada Jaringan Long Term Evolution (LTE) di Kota Malang Fadli Fatkhurrizki; Wahyu Adi Priyono; Gaguk Asmungi
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Layanan Video on Demand (VoD) adalah salah satu dari kegiatan streaming yang membutuhkan transmisi data real-time. Layanan VoD membutuhkan alokasi bandwidth yang lebih besar daripada media layanan lainnya sehingga dimungkinkan akan berakibat paket data yang hilang apabila layanan VoD tidak didukung dengan koneksi yang cepat. Maka dari itu, layanan VoD membutuhkan jaringan broadband yang mempunyai kecepatan yang tinggi. Long Term Evolution (LTE) adalah jaringan broadband yang mampu memenuhi layanan VoD karena mempunyai kecepatan data hingga 100 Mbps pada sisi downlink dan 50 Mbps pada sisi uplink. Penelitian ini dilakukan dengan parameter yang digunakan untuk menentukan Quality of Service (QOS) layanan VoD pada pada jaringan LTE adalah delay, packet loss dan throughput yang dihitung dengan pendekatan teoretis dan pengamatan langsung menggunakan perangkat analisis jaringan (Wireshark). Kualitas performansi layanan VoD pada jaringan LTE dengan standar ITU-T G.1010 dan ITU-T G.114, dengan menggunkan resolusi video 480p, 720p, dan 1080p. Hasil analisis membuktikan bahwa layanan VoD memenuhi standar ITU-T G.114 yaitu delay 0-150 ms kualitas baik, dan delay didapat dengan hasil pengamatan pada resolusi 480p, 720p dan 1080p yaitu 41.79 ms, 46.96 ms, dan 40.13 ms. Dan memenuhi standar ITU-T G.1010 untuk aplikasi streaming < 1% PLR (Packet Loss Ratio) dengan hasil pengamatan pada resolusi 480p, 720p, dan 1080p berkisar 0 – 2%. Berdasarkan rekomendasi standar ITU-T untuk aplikasi streaming layanan VoD ini telah memenuhi standar.Kata Kunci—VoD, LTE, QoS, ITU-T.
ANALISIS KINERJA MIMO-OFDM DENGAN MENGGUNAKAN MODE SPATIAL Ghilman Rachmat Alfakkar; Endah Budi Purnomowati; Gaguk Asmungi
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 7, No 6 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ada beberapa metode untuk mengatasi akan kebutuhan kanal sistem komunikasi dan efek dari multipath fading, salah satu diantaranya yaitu sistem Multiple Input Multiple Output (MIMO). Sinyal MIMO mengirimkan data secara terpisah yang menduduki bandwidth RF yang sama dalam waktu yang sama pula, sehingga dapat meningkatkan kecepatan data dan throughput. Teknologi MIMO dapat menghasilkan frekuensi yang efisien karena mengirimkan informasi dari dua atau lebih pemancar kepada sejumlah penerima. Tidak seperti antena konvensional yang rentan terhadap multipath fading, sistem MIMO justru bekerja sangat baik pada kondisi multipath. Selain itu juga dikembangkan teknik modulasi multicarrier OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang digunakan untuk melawan efek dari multipath spread pada sistem yang mempunyai data rate yang tinggi, dan banyak dipakai sebagai solusi untuk dijadikan interface utama pada beberapa sistem wireless seperti W-LAN (IEE 802.11), Digital Video Broadcasting (DVB). Pada OFDM, satu kanal transmisi data serial dipecah menjadi beberapa bagian dan ditransmisikan secara paralel pada beberapa sub frekuensi yang saling tegak lurus sebelum digabungkan dalam satu frekuensi carrier. Dengan skripsi ini akan dilakukan analisis kinerja MIMO-OFDM menggunakan mode spatial. Jenis modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) mempunyai nilai BER yang kurang baik dibandingkan dengan Binary Phase Shift Keying (BPSK). Pada kanal Rayleigh nilai BER dari MIMO-OFDM dengan 64 subcarrier mempunyai BER yang lebih baik dibanding dengan MIMO-OFDM dengan 16 subcarrier. Kata Kunci: MIMO, OFDM, SPATIAL, BER   ABSTRACT There are several methods to overcome the need for communication system channels and the effects of multipath fading, one of which is the Multiple Input Multiple Output (MIMO) system. MIMO signals transmit data separately occupying the same RF bandwidth at the same time, thereby increasing data speed and throughput. MIMO technology can produce efficient frequencies because it sends information from two or more transmitters to a number of receivers. Unlike conventional antennas that are susceptible to multipath fading, MIMO systems actually work very well in multipath conditions. In addition, the OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) multicarrier modulation technique is used to counter the effects of multipath spread on systems with high data rates, and is widely used as a solution to become the main interface on several wireless systems such as W-LAN (IEE 802.11), Digital Video Broadcasting (DVB). In OFDM, a serial data transmission channel is broken up into sections and transmitted in parallel on several sub frequencies that are perpendicular to each other before being combined in one carrier frequency. With this thesis MIMO-OFDM performance analysis will be performed using spatial mode. The type of Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) modulation has a BER value that is not good compared to Binary Phase Shift Keying (BPSK). On the Rayleigh channel the BER value of MIMO-OFDM with 64 subcarriers has a better BER compared to MIMO-OFDM with 16 subcarriers. Keywords: MIMO, OFDM, SPATIAL, BER
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MIMO 3D SERTA ANALISIS PENGARUH BENTUK 3D TERHADAP PERFORMANSI ANTENA PADA FREKUENSI 2.4 GHz Farhanudin Ahmad; Rudy Yuwono; Gaguk Asmungi
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Antena mikrostrip merupakan salah satu jenis antena yang berbentuk papan tipis dan mampu bekerja pada frekuensi yang tinggi. Kelebihan yang dimiliki oleh antena mikrostrip adalah ukurannya yang cenderung lebih kecil, bentuk patch yang bervariasi, mudah diimplementasikan, dan harga pembuatannya yang relatif lebih murah. Namun antena mikrostrip juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan dari antena ini adalah range frekuensi kerja yang dihasilkan cukup kecil atau bandwitdh sempit. Ada banyak metode yang bisa dilakukan untuk mengatasi bandwidth yang cenderung sempit tersebut, diantaranya adalah metode antena MIMO (Multiple Input Multiple Output) merupakan teknologi yang memanfaatkan banyak antena penerima maupun pengirim gelombang elektromagnetik (multiantena). Antena mikrostrip ini secara bentuk dimensi merupakan antena 2D dimana patch dan koordinat hanya satu, sedangkan untuk penamaan 3D adalah patch antena yang lebih dari satu serta koordinat yang berbeda. Antena MIMO dengan bentuk 3D tentunya akan berbeda dalam segi performansi yang dimana frekuensi kerja diaplikasikan pada WLAN, yang akan diukur melalui parameter-parameter antena. Kata Kunci: Antena Mikrostrip, Antena MIMO, Antena 3D, Performansi, WLAN   ABSTRACT Microstrip antenna is a type of thin board antenna and can work at high frequencies. The advantages possessed by microstrip antennas are that they tend to be smaller, patch shapes that are varied, easy to implement, and relatively cheaper manufacturing prices. But microstrip antennas also have weaknesses. One of the disadvantages of this antenna is that the working frequency range produced is quite small or has a narrow bandwidth. There are many methods that can be done to overcome the narrow bandwidth, including the MIMO antenna method (Multiple Input Multiple Output) is a technology that utilizes many antenna receivers and senders of electromagnetic waves (multi-antenna). This microstrip antenna is a 2D antenna where only patches and coordinates, while 3D naming is more than one patch antenna and different coordinates. MIMO antenna with 3D form will certainly be different in terms of performance where work frequency is applied to WLAN, which will be measured through antenna parameters. Keywords: Microstrip Antenna, MIMO Antenna, 3D Antenna, Performance, WLAN