Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Komposisi: Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Seni

A TRAINING MODEL FOR INDONESIAN HIGH SCHOOL DEBATERS Delvi Wahyuni
Komposisi: Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Seni Vol 18, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni UNP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.698 KB) | DOI: 10.24036/komposisi.v18i2.8091

Abstract

This paper discusses a training model suitable for senior high school debaters in Indonesian context. This model is designed to address the difficulties which I have encountered in my years of training senior high school debaters and teachers in West Sumatera Province, Indonesia. One major problem which I have almost always confronted is students’ reluctance to speak despite their interest in debating. These students were afflicted with severe level of speaking anxiety which is hampering their willingness to debate. There are two reasons which prompt this high level of speaking anxiety: lack of background knowledge and language competence. Therefore, scaffolding is needed to deal with those problems. This model comprises of several steps, which are: Background Knowledge Building; Constructing Arguments For and Against a Motion; and Delivering the Arguments.MODEL PELATIHAN DEBAT BAGI PEDEBAT DI TINGKAT SMA DI DI INDONESIAAbstrakMakalah ini adalah pemaparan mengenai sebuah model pelatihan debat bahasa Inggris bagi pedebat tingkat SMA di Indonesia. Model ini dirancang berdasarkan pengalaman saya dalam pelaksaan program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) di bidang bahasa Inggris selama tiga tahun belakangan ini. Permasalahan utama yang saya dihadapi oleh selama melakukan PKM di bidang debat adalah tingginya tingkat speaking anxiety yang dialami oleh Mitra (pedebat tingkat SMA). Akibatnya, kelancaran program PKM sering terganggu karena peserta pelatihan tidak mau berbicara dalam bahasa Inggris walaupun mereka menunjukkan minat yang besar kepada debat itu sendiri. Menurut pengamatan saya, ada dua hal yang menjadi pemicu hal tersebut, yaitu: kurangnya pengetahuan umum dan lemahnya kemahiran berbahasa yang menjadi media penyampaian argumen, yaitu bahasa Inggris. Untuk mengatasi masalah diatas, scaffolding diperlukan. Model pelatihan ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu: Background Knowledge Building; Constructing Arguments For and Against a Motion; dan Delivering the Arguments.