Erkadius Erkadius
Physiology Department, Faculty Of Medicine, Andalas University Padang

Published : 26 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Majalah Kedokteran Andalas

ANTROPOMETRI SENDI PERGELANGAN TANGAN PADA ETNIS MINANGKABAU Daldy Arianda; Roni Eka Sahputra; Sylvia Rachman; Erkadius Erkadius
Majalah Kedokteran Andalas Vol 38, No 2 (2015): Published in September 2015
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.195 KB) | DOI: 10.22338/mka.v38.i2.p89-98.2015

Abstract

AbstrakPenatalaksanaan fraktur distal radius adalah mengembalikan kekuatan menggenggam serta mempertahankan biomekanik sendi pergelangan tangan, sehingga pasien dapat mengerjakan aktifitas seperti sediakala, serta mengurangi resiko penyakit degeneratif di kemudian hari. Rentang gerak sendi juga merupakan bagian dari penilaian keselarasan anatomi, namun sedikit didiskusikan dalam kepustakaan. Penelitian ini bertujuan menilai antropometri sendi pergelangan tangan etnis Minangkabau. Survey analitik cross sectional dilakukan pada 50 mahasiswa kedokteran pria dan wanita beretnis Minangkabau, usia 21- 25 tahun. Data dianálisis untuk mengetahui nilai mean, standar deviasi serta menguji perbedaan antropometri pria dan wanita menggunakan t- test independen dengan derajat kepercayaan 95%. Nilai mean dan simpang deviasi ukuran ROM palmarfleksi 79,22 + 9,58; dorsofleksi 72,22 + 10,54; ulnar deviasi 40,74 + 9,43; radial deviasi 24,68 + 4,92; radial inclination 24,02 + 3,49; Radial length 11,35 + 1,56; Palmar Tilt 12,27 + 6,12. Terdapat perbedaan nilai radial inclination antara pria dan wanita (p=0,001). Penelitian ini menyimpulkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik radial inclination pria dan wanita mahasiswa kedokteran yang beretnis Minangkabau. Selain itu terdapat perbedaan antropometri antara penelitian ini dengan kepustakaan yang lazim.AbstractAs it is known that the treatment of distal radius fractures is to restore the biomechanical strength of grip and maintain joint movement of the wrist so that the patient can do normal activities, and reduce the risk of degenerative diseases of the joints of the wrist in the future. From various journals and literature more votes just only on morphometry, while the range of motion is also part of conformity assessment anatomy as well. This study aimed to measure anthropometric of wrist joint of Minangkabau ethnic group. This study used cross sectional analytical survey on medical students, men and women, with Minangkabau ethnic group, age 21- 25 years , with a sample size of 50 people. Data was analysed to determine the mean and standard deviation, and to examine difference in male and female anthropometric measurement by using an independent t-test with a 95% degree of confidence. Result : Mean and standar deviation value ROM palmarfleksi 79.22 + 9.58; dorsiflexion 72.22 + 10.54; ulnar deviation of 40.74 + 9.43; radial deviation of 24.68 + 4.92. The size of the radial inclination was 24.02 + 3.49. Radial length was 11.35 + 1.56. Tilt Palmar size was 12.27 + 6.12. Statistically there was significant difference of radial inclination between women and men (p=0.001). Conclusion: There were significant differences in the average value of the radial inclination between men and women of Minangkabau ethnic group. Besides, there were some differences in anthropometric measurement in this study compared to figure commonly reported in literature.
HUBUNGAN DISTRES DAN KADAR KORTISOL DENGAN KEJADIAN OLIGO-AMENOREA PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA SESUMATERA BARAT Yaslinda Yaunin; Elita G. Ardi; Putri S. Lasmini; Erkadius Erkadius
Majalah Kedokteran Andalas Vol 34, No 2 (2010): Published in August 2010
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.814 KB) | DOI: 10.22338/mka.v34.i2.p138-146.2010

Abstract

AbstrakBeberapa penelitian membuktikan bahwa wanita lebih banyak mengalami depresi dari pada pria. Stresor sebagai penyebab distres bisa datang sendiri-sendiri atau bersamaan. Sebagai respon terhadap distres beberapa hormon dan neurotransmitter dikeluarkan untuk mempersiapkan tubuh menahan stresor. Hiperaktivasi HPA-aksis menyebabkan korteks adrenal mengsekresi kortisol secara berlebihan ke dalam darah, juga menyebabkan pelepasan β-endorphin yang berlebihan sehingga terjadi penekanan GnRH dan menghambat LH sehingga terjadi oligomenorea dan amenorea. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik,dengan subjek narapidana wanita di LP wanita se-Sumatera Barat pada bulan Juni 2007 s/d Desember 2007. Kriteria Inklusi : wanita usia 20-40 tahun, tidak sedang menderita penyakit sistemik, haid teratur sebelum masuk penjara, mempuyai BMI normal, bersedia ikut penelitian. Depresi ditegakkan berdasarkan PPDGJ III, sedangkan kortisol diperiksa melalui darah yang diambil melalui vena mediana cubiti pagi dan sore hari melalui pemeriksaan dengan sistem ECLIA. Hasil penelitian menunjukan kadar kortisol pagi hari pada subjek yang mengalami depresi memiliki perbedaan yang bermakna dibanding subjek yang tidak depresi, kadar kortisol sore hari tidak ada perbedaan bermakana antara subjek yang mengalami depresi dibanding tidak depresi. Tidak ada perbedaan kortisol pagi hari pada subjek yang menngalami gangguan haid dengan subjek yang haidnya normal,juga tidak terdapat hubungan yang bermakna antara gangguan haid yang terjadi dengan depresi yang dialami subjek pada penelitian ini (P=0,209).Kata Kunci : Depresi, Kortisol, Oligo-amenoreaAbstractSome studies showed that women more have depression than men.In order as the respon to stressor body will scret some hormones and some neurotransmitters. Hiperactivation of HPA-axis induce adrenal cortex to secretion more cortisol to blood stream and also more β endhorphin that will be pressure GnRH & inhibit LH and the end by oligomenorrhea and amenorrhea. The design of this study is analytic-descriptive studies with subjects prisoner women in WestARTIKEL PENELITIAN139Sumatera,age 20-40, no physical illnes, has normal menstruation before in the prison and BMI normal range.The result showed that cortisol level in the morning is significantly different between depression and non depression subjects. There are no different cortisol level in the afternoon between depression and non depression subjects, and also no different cortisol level women with disregulation menstruation and women with normal menstruation. There are no relationship between disregulation menstruation and depression.Key word : Depression,Cortisol, Oligomenorrhea
ETIKA PROFESI PADA MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN (MrK) Erkadius Erkadius
Majalah Kedokteran Andalas Vol 37 (2014): Supplement 1 | Published in March 2014
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6957.564 KB)

Abstract

ETIKA PROFESI PADA MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN (MrK)
Hubungan pemeriksaan LED dan CRP pada penegakkan diagnosis Spondilitis Tb di RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2014-2016 Bayu Fajar Wibowo; Menkher Manjas; Roni Eka Sahputra; Erkadius Erkadius
Majalah Kedokteran Andalas Vol 41, No 2 (2018): Published in May 2018
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v41.i2.p69-77.2018

Abstract

Spondilitis Tuberkulosis (Tb) merupakan manifestasi Tb tulang yang paling berbahaya dan paling sering ditemukan. Perubahan nilai hematologi berupa pengukuran nilai Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP) digunakan dalam penegakkan diagnosa, penilaian prognosis dan efektivitas pengobatan Spondilitis Tb. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan dan akurasi diagnostik LED dan CRP pada pasien spondilitis Tb. Metode: Penelitian ini menggunakan desain retrospective cohort study pada 53 penderita diduga Spondilitis Tb yang belum pernah mendapatkan terapi OAT, tetapi telah menjalani operasi dan pemeriksaan histopatologi pada periode Januari 2014 hingga Desember 2016, di RSUP dr. M. Djamil Padang dan diolah dengan analisis Fisher’s Exact Test. Hasil: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian Spondilitis Tb dan nilai LED dengan p-value 0,280 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan yang  bermakna antara kejadian Spondilitis Tb dengan nilai kualitatif CRP dengan p-value 0,886 (p>0,05). Simpulan: Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan LED dan CRP tidak spesifik untuk diagnosis Spondilitis Tb, kecuali CRP memiliki sensitivitas yang tinggi.
ANTROPOMETRI SENDI PERGELANGAN KAKI ETNIS MINANGKABAU Hafni Marsil; Rizki Rahmadian; Sylvia Rachman; Erkadius Erkadius
Majalah Kedokteran Andalas Vol 38, No 2 (2015): Published in September 2015
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.57 KB) | DOI: 10.22338/mka.v38.i2.p108-115.2015

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mengukur antropometri sendi pergelangan kaki etnis Minangkabau. Penelitian cross sectional dilakukan pada 50 orang mahasiswa kedokteran etnis Minangkabau berusia 21-25 tahun di lingkungan RS. dr. M Djamil Padang. Dilakukan pemeriksaan ROM, rontgen ankle proyeksi anteroposterior, lateral dan mortise. Hasil penelitian didapatkan ROM plantarfleksi 48,920±5,820, ROM dorsofleksi 31,300±4,070, inversi 10,320±2,280, eversi 5,940±1,200, talocrural angel anteroposterior 76,530± 2,530 dan mortise 77,380±2,270, tibiofibular overlap anteroposterior 7,51±2,64 mm dan mortise 4,71±2,45 mm, tibiofibular clear space anteroposterior 3,6±1,18 mm dan mortise 3,85±1,09 mm, talar tilt anteroposterior 0,140±0,100 dan mortise 0,190±0,150, medial malleolar length anteroposterior 13,88±1,99 mm dan mortise 14,03±1,69 mm, lateral malleolar length anteroposterior 25,71±2,83 mm dan mortise 26,70±3,40 mm, johnson angle anteroposterior 87,770±1,710 dan mortise 87,570±1,840, medial clear space 2,97±0,75 mm, anteroposterior inclination angle 7,470±2,700, anterior distal tibial angle 82,530± 2,700, dan anteroposterior gap 3,50±1,43 mm.Terdapat perbedaan ukuran antropometri sendi pergelangan kaki mahasiswa kedokteran beretnis Minangkabau di lingkungan RS. Dr. M. Djamil Padang dengan kepustakaan, namun masih dalam rentang normal.AbstractThis study aimed to measure anthropometric of ankle joint of Minangkabau ethnic group. Cross sectional study has been done in 50 Minangkabau ethnic medical students, aged 21-25 years in RSUP. Dr. M Djamil Padang. ROM, anteroposterior, lateral, and mortise X-ray projections of ankle were examined. ROM plantarflexion was 48.920±5.820, ROM dorsiflexion was 4.070±31.300, inversion was 10.320±2.280, eversion was 5.940±1.200, talocrural angel anteroposterior was 76.530±2.530 and mortise was 77.380±2.270, tibiofibular overlapp anteroposterior was 7.51±2,64 mm and mortise was 4.71±2,45 mm, tibiofibular clear space anteroposterior was 3.6±1.18 mm and mortise was 3.85±1.09 mm, talar tilt anteroposterior was 0.140 ± 0.100 and mortise was 0.190 ± 0.150, medial malleolar length anteroposterior was 13.88 ± 1,99mm and mortise was 14.03 ± 1,69mm, lateral length malleolar anteroposterior was 25.71±2,83 mm and mortise was 26.70 ± 3,40 mm, johnson angle anteroposterior was 87.770 ± 1.710 and mortise was 87.570±1.840, medial clear Space was 2,97±0,75 mm, anteroposterior Inclination Angle was 7.470±2.700, anterior distal tibial Angle was 82.530 ± 2.700 and anteroposterior gap was 3.50 ± 1,43 mm. There was a difference in antropometric size of the ankle joint between Minangkabau ethnic medical student in RSUP. Dr. M. Djamil Padang and literature, but still within the normal range.