Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Perbandingan R-Baux Score dengan BOBI Score sebagai Prediktor Mortalitas Pasien Luka Bakar di RSUP Dr. M. Djamil Padang Fitri, Azdiana; Saputra, Deddy; Putra, Andani Eka
Majalah Kedokteran Bandung Vol 50, No 2 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v50n2.1326

Abstract

Sistem skoring pada luka bakar sangat dibutuhkan sebagai nilai objektif untuk prediktif mortalitas. Belum ada sistem skoring objektif terbaik sebagai prediktif mortalitas luka bakar. Penelitian ini bertujuan membandingkan akurasi R- Bauxdan BOBI score dalam memprediksi mortalitas pasien luka bakar di RSUP Dr. M. Djamil, Padang. Penelitian dilakukan Januari 2013 sampai September 2017, menggunakan desain studi retrospektif pada pasien luka bakar yang dirawat di Unit Luka Bakar RSUP Dr. M. Djamil, Padang. Data diolah menggunakan uji diagnostik, uji Kappa, dan uji regresi logistik terhadap variabelnya. Jumlah sampel adalah 394 sampel. Sampel terbanyak laki-laki, rerata usia 28,3 ± 18,3 tahun, penyebab luka bakar terbanyak api, rerata total body surface area (TBSA) 26,1%, trauma inhalasi 51% dan angka mortalitas 26,4%. Uji sensitivitas BOBI score dibanding dengan R-Baux score adalah 96,83%: 92,89% dengan koefisien Kappa sebesar 0,50. Analisis regresi logistik menunjukkan variabel umur, TBSA, dan trauma inhalasi saling berhubungan pada R-Baux score. Uji diagnostik BOBI score lebih baik dibanding dengan R-Bauxscore dan nilai koefisien Kappa menunjukkan kesesuaian hasil dengan BOBI score. BOBI score lebih baik sebagai prediktor mortalitas di RSUP Dr. M. Djamil Padang dibanding dengan R-Bauxscore karena menunjukkan akurasi lebih baik setelah diuji dengan nilai real. Kata kunci: BOBI score, luka bakar, mortalitas, r-baux scoreComparison between R-Baux Score and BOBI Score as a Predictor of Burn Mortality in Dr. M. Djamil Hospital PadangBurns are the type of trauma with high morbidity and mortality. No best  objective scoring system is currently available to predict mortality in burn cases. This study aimed to compare the accuracy of R-Baux and BOBI scores in predicting mortality among burn patients in Dr. M. Djamil Hospital, Padang. This was a retrospective study on burn patients treated in burn unit of this hospital from January 2013 to September 2017. Assessments were performed on diagnostic test, kappa tests, and logistic regression test. Out of 394 samples enrolled men were more prominent, while the mean age of these patients was 28.3±18.3 years old with fire as the most frequent cause. The, mean TBSA and inhalation injury were  26.1% and 51%, respectively, with an overall mortality of 26.4%. The sensitivity test performed to compare  BOBI and R-Baux scores revealed the result of 96.83%: 92.89% with o.50 coefficient’s value of Kappa. Logistic regression test showed that age, TBSA, dan inhalation injury significantly correlated with R-Baux score, Diagnostic test result of BOBI score was better than R-Baux score and the coefficient’s value of Kappa showed a matched result with BOBI score with medium strength. BOBI score shows better accuracy as the mortality predictor of burn cases in Dr. M. Djamil Hospital Padang.Key words: BOBI score, burns, mortality, r-baux score
Pengaruh Papain Getah Pepaya Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Penyembuhan Luka Bakar Tikus Percobaan Meishinta Fitria; Deddy Saputra; Gusti Revilla
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i1.30

Abstract

AbstrakLuka bakar merupakan masalah yang serius dalam kesehatan dunia, khususnya di negara berkembang. Di Indonesia belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010 ditemukan 84 kasus luka bakar dengan penyebab sengatan listrik, siraman air panas, kompor, dan minyak panas. Sejumlah studi menunjukkan bahwa tanaman tradisional potensial sebagai agen penyembuhan luka, salah satunya papain getah pepaya (Carica papaya). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan jaringan granulasi pada penyembuhan luka bakar tikus percobaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan posttest only control group design. Subjek penelitian adalah 10 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan (P). Masing-masing kelompok terdiri dari lima (5) ekor tikus. Plat logam (1,5 cm x 1,5 cm) yang dipanaskan digunakan untuk menghasilkan luka bakar full thickness pada bagian dorsal tikus. Papain getah pepaya diberikan pada kelompok P selama 7 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian papain getah pepaya tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p > 0,05) terhadap pembentukan jaringan granulasi pada penyembuhan luka bakar tikus percobaan. Pada kelompok P didapatkan hasil pembuluh darah 29,26 ± 12,34, fibroblas 26,40 ± 21,94, neutrofil 1,4 ± 0,44, limfosit 1,06 ± 0,13, dan makrofag 1,00 ± 0,00. Kesimpulan penelitian ini adalah papain getah pepaya tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan jaringan granulasi pada penyembuhan luka bakar tikus percobaanKata kunci: papain, jaringan granulasi, luka bakar, penyembuhan lukaAbstractBurn wounds is the serious problem in world health specifically for developing contries. In Indonesia, there is no written report about burn wounds patient and mortality account yet. In 2010, M. Djamil Padang Government Public Hospital found 84 cases of burn wounds with some causes as burn effect from sting of electric, hot water, stove flame and hot oil. Some researches indicate that traditional plant able to be wound healing agent as papaya sap. The purposed of this studi was to find out the effect of papain from papaya sap to granulation tissue formation on burn wounds healing in rat models. This was experimental research with posttest only control group design. The subjects were ten male Wistar rats divided in to two group (control group K and experimental group P). Every group consist of five rats. Heated metal plat (1,5 cm x 1,5 cm) used to get full thickness burn wound on dorsal rat part. Then, papain of papaya sap was given to group P for seven days. The results showed that papain of papaya sap didn’t have significant effect (p > 0,05) to granulation tissue formation in burn wound healing of rat models. In group P, the research found the vascular 29,26 ± 12,24, fibroblast 26,40 ± 21,94, neutrophil 1,4 ± 0,44, lymphocyte 1,06 ± 0,13, and macrophag 1,00 ± 0,00. The conclusion of this research is that papain of papaya sap didn’t have the significant effect to granulation tissue formation in burn wound healing of rat models.Keywords:papain, granulation tissue, burn, wound healing
Efek Pemberian Suntikan Subkutan Vitamin C Terhadap Luka Insisi Dermal Surya Darma; Menkher Manjas; Deddy Saputra; Salmiah Agus; Erkadius .
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i3.247

Abstract

Abstrak Vitamin C berfungsi sebagai kofaktor enzyme prolil dan lysil hydroxilase. Enzym tersebut berfungsi dalam proses hidroksilasi yang membentuk ikatan hidroksiprolin dan hidroksilisin pada fibroblast dalam membentuk kolagen. Selain itu Vitaimin C juga berfungsi meregulasi dan menstabilkan trankripsi gen mRNA prokolagen pada proses pembentukan kolagen di dermis. Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk membuktikan apakah pemberian vitamin C subkutan disekitar luka insisi dermal berefek pada pembentukan kolagen yang lebih padat dalam proses penyembuhan luka. Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus Wistar sebanyak 32 ekor, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 ekor sebagai kontrol dan 16 ekor lagi sebagai perlakuan. Pada kedua kelompok dilakukan insisi di punggung sepanjang 2 cm. Kelompok perlakuan diberi suntikan vitamin C subkutan disekitar luka insisi dermal sebanyak 9 mg (0,09ml), sedangkan kelompokkontrol tidak diberikan.Pada hari kelima dilakukan pengambilan jaringan luka pada kedua sampel untuk pemeriksaan kepadatan kolagen secara mikroskopik. Hasil:Kepadatan kolagen pada hari kelimamenunjukkan perbedaan yang bermakna dari efek penyuntikan vitamin C subkutan terhadap kepadatan kolagen (χ2 = 5,833; P
Efek Pemberian Suntikan Subkutan Vitamin C Terhadap Luka Insisi Dermal Surya Darma; Menker Manjas; Deddy Saputra; Salmiah Agus; Erkadius Erkadius
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.161

Abstract

Abstrak Vitamin C berfungsi sebagai kofaktor enzyme prolil dan lysil hydroxilase. Enzym tersebut berfungsi dalam proses hidroksilasi yang membentuk ikatan hidroksiprolin dan hidroksilisin pada fibroblast dalam membentuk kolagen. Selain itu Vitaimin C juga berfungsi meregulasi dan menstabilkan trankripsi gen mRNA prokolagen pada proses pembentukan kolagen di dermis. Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk membuktikan apakah pemberian vitamin C subkutan disekitar luka insisi dermal berefek pada pembentukan kolagen yang lebih padat dalam proses penyembuhan luka. Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus Wistar sebanyak 32 ekor, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 ekor sebagai kontrol dan 16 ekor lagi sebagai perlakuan. Pada kedua kelompok dilakukan insisi di punggung sepanjang 2 cm. Kelompok perlakuan diberi suntikan vitamin C subkutan disekitar luka insisi dermal sebanyak 9 mg (0,09ml), sedangkan kelompokkontrol tidak diberikan.Pada hari kelima dilakukan pengambilan jaringan luka pada kedua sampel untuk pemeriksaan kepadatan kolagen secara mikroskopik. Hasil:Kepadatan kolagen pada hari kelimamenunjukkan perbedaan yang bermakna dari efek penyuntikan vitamin C subkutan terhadap kepadatan kolagen (χ2 = 5,833; P<0,05). Kesimpulan: Penyuntikan vitamin C subkutan disekitar luka insisi dermal efektif dalam meeningkatan kepadatan kolagen. Kata kunci: suntikan vitamin C subkutan, kepadatan kolagen.Abstract Vitamin C functions as enzyme co-factor for prolyl and hidroxylase lysil. The enzyme functions in hydroxylase process that builds hydroxyproline and hydroxylysine bondsin fibroblast in the synthesis of collagen. Besides that, vitamin C also functions in regulating and stabilizing procollagen mRNA gen transcription in dermal collagen synthesis. Based on the facts above, researchers are interested to prove whether subcutaneous injection of vitamin C around dermal insisional wound would result in more compact collagen synthesis in wound healing. Method:This experimental study used32 Wistar rats, divided into two group that is 16 rats as control and 16rats as experimental group. All groups underwent 2 cm long incision at the back. Experimental group were given 9mg (0.09ml) subcutaneous injection of vitamin c around the wound, while the control group were not. On the fifth day, wound tissue are taken on both sample to check the collagen density microscopically. Result:Collagen density on the fifth day showed significant difference between the two groups(χ2 = 5,833; P<0,05). Discussion:Subcutaneous vitamin C injection around the dermal incision wound is effective in increasing collagen density. Keywords: subcutaneous vitamin C injection,collagen density
Gambaran Karakteristik Pasien Luka Bakar Listrik di Rawat Inap RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2016-2019 Salsabila Muslim; Deddy Saputra; Aswiyanti Asri
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 3 (2020): November 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1369.931 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i3.213

Abstract

Latar belakang : Luka bakar listrik adalah cedera yang disebabkan oleh arus listrik yang melewati tubuh, dimana luka bakar akibat memiliki tingkat keparahan yang lebih besar, risiko kecacatan dan kematian yang tinggi, manajemen yang rumit, rawat inap lebih lama, dan biaya yang lebih mahal. Objektif : Mengetahui gambaran karakteristik pasien luka bakar listrik yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 66 orang. Data pasien diperoleh dari rekam medis RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2016-2019. Hasil : Seluruh pasien luka bakar listrik di RSUP Dr.M. Djamil Padang berjenis kelamin laki-laki dengan rerata usia terbanyak usia produktif bekerja yaitu 17-45 tahun. Penyebab terbanyak kejadian luka bakar listrik adalah listrik bertegangan tinggi (HVI) akibat pekerjaan. Pasien luka bakar listrik memiliki rerata luas luka bakar sebesar 13,5% dengan luka bakar derajat tiga. Rata-rata pasien luka bakar listrik dirawat selama 17 hari. Pasien pada penelitian ini paling banyak mengalami komplikasi extracardiac dengan kejadian terbanyak amputasi. Dari 66 pasien, lima orang diantaranya diketahui meninggal dunia (7,5%). Simpulan : Luka bakar listrik sering disebabkan oleh HVI dan menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi. Hal demikian membuat luka bakar listrik memiliki lama rawatan yang lama, namun dengan angka kematian yang sedikit. Luka bakar listrik cenderung terjadi pada laki-laki kelompok usia kerja, dengan gambaran luas luka yang kecil namun memiliki derajat luka yang dalam. Kata Kunci: luka bakar, luka bakar listrik
Pengaruh Human Bone Marrow Mesenchymal Stem Cells Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Pembentukan Jaringan Granulasi Tikus DM Dini Nurhasanah; Gusti Revilla; Deddy Saputra
VitaMedica : Jurnal Rumpun Kesehatan Umum Vol. 2 No. 3 (2024): Juli : VitaMedica : Jurnal Rumpun Kesehatan Umum
Publisher : STIKES Columbia Asia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62027/vitamedica.v2i3.109

Abstract

Background: Burns with diabetes mellitus conditions can interfere with the wound healing process. Mesenchymal stem cells have been studied to heal burns, one of which originates from the bone marrow Objective: Determine the effect of human bone marrow mesenchymal stem cells on burn wound healing in the formation of granulation tissue DM rats. Methods: Research is experimental research with post-test only control group design. The research subjects were 30 rats divided into two groups, the control group was given NaCl and the treatment group was given hBM-MSCs. Mice were induced by alloxan to cause hyperglycemia, burns were made using a heated plate. Tissue collection was carried out after termination of the experimental animals on the 3rd, 7th, 14th days and then made histological preparations to assess the formation of granulation tissue. Data were analyzed using Two Way Anova Test. Results: Increase in the number of macrophages, fibroblasts and new blood vessels after hBM-MSCs were given. There were no increase on the 14th day neutrophils and 3rd day lymphocytes. Statistical analysis showed a significant increase in the number of lymphocytes, macrophages, fibroblasts and new blood vessels. Conclusion: The is study concludes that human bone marrow mesenchymal stem cells can increase the formation of granulation tissue by increasing macrophages, fibroblasts and new blood vessels in DM rats.
Penilaian Vitalitas Flap Otot dengan Stimulasi Listrik Otot : Perbandingan Sumbatan Pada Arteri dan Vena Saputra, Deddy
Scientific Journal Vol. 1 No. 4 (2022): SCIENA Volume I No 4, July 2022
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.092 KB) | DOI: 10.56260/sciena.v1i4.55

Abstract

Pendahuluan: Permasalahan yang sering timbul pada penilaian vitalitas flap otot pada evaluasi pasca operasi mikrovaskular adalah masih kurang adekuatnya cara dan alat pengamatan yang sederhana, murah, tingkat objektivitas yang tinggi, dan mudah dilakukan. Pengamatan praktis dengan pemeriksaan klinis pada skin paddle atau pada ototnya langsung, seperti warna, temperatur, turgor, dan refilling capilar, masih mempunyai nilai subjektivitas dan bias yang tinggi dalam menilai vitalitas flap otot. Pada flap otot yang baik mempunyai manifestasi yang sama dengan keadaan otot secara umum, dimana didapatkan warna, perdarahan dan kontraktilitas-nya baik. Metode: Dilakukan penilaian kontraktilitas flap otot dengan menggunakan flap otot rectus abdominis tikus  Sprague-Dawley yang diperlakukan sumbatan arteri dan venanya. Hasil: Dalam uji klinis awal pada flap otot tikus tersebut memperlihatkan adanya hubungan antara kontraktilitas   dengan vitalitas flap otot, dan perbedaan vitalitas flap otot antara sumbatan arteri dan vena.
Treatment f The Cleft Foot Saputra, Deddy
Scientific Journal Vol. 1 No. 4 (2022): SCIENA Volume I No 4, July 2022
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.56 KB) | DOI: 10.56260/sciena.v1i4.56

Abstract

Kaki sumbing kongenital adalah anomali langka yang menunjukkan banyak variasi morfologi. Kaki sumbing khas ditandai dengan tidak adanya bawaan dari satu atau beberapa sinar median berbatasan sumbing tersebut. Pengobatan telah difokuskan pada peningkatan fungsi dan estetika penampilan. pengobatan bedah yang paling umum dalam literatur meliputi eksisi sisa-sisa tulang tidak berguna dan penutupan sumbing tersebut. Harus ada beberapa kasus kaki sumbing telah berhasil di Rumah Sakit M Djamil tetapi tidak ada data yang tersedia selama 10 tahun (2011-2021) . Kami melaporkan seorang gadis 15 bulan lahir dengan sumbing dari kanan dan polysindactyly dari kaki kiri. Kaki kanan memiliki satu kekurangan sinar sentral. Kami melakukan rekonstruksi sederhana dari celah kaki kanan dan dikoreksi polysyndactyly pada saat yang sama. Evaluasi prosedur didasarkan pada penilaian hasil kosmetik , fungsional, dan roentgenographic. Pada 3 bulan setelah operasi itu tidak menunjukkan pelebaran kaki direkonstruksi , tidak ada jaringan parut hipertrofik, dan tidak ada tumpang tindih jari-jari kaki. Penilaian fungsional termasuk evaluasi kiprah gangguan dan ulserasi kaki, kami tidak menemukan gangguan cara berjalan atau ulserasi ditemukan. Menurut evaluasi roentgenographic, kami tidak menemukan kelainan valgus dari kaki pertama dan jarak antara metatarsal pertama dan kelima tidak menyempit.
Blast Injury: Sebuah Laporan Kasus Saputra, Deddy
Scientific Journal Vol. 2 No. 3 (2023): SCIENA Volume II No 3, May 2023
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56260/sciena.v2i3.99

Abstract

Luka ledakan adalah luka yang disebabkan oleh berada di dekat ledakan. Luka ledakan paling sering terjadi pada orang yang bekerja di militer, meskipun tak jarang terjadi pada warga sipil sebagai akibat dari kecelakaan industri dan tindak terorirme. Kebakaran dan ledakan adalah penyebab utama kematian dari kecelakaan nontransportasi untuk kelompok usia 1 sampai 4 tahun dan penyebab utama kedua untuk orang yang lebih tua (>14 tahun). Pola kerusakan saat kejadian dapat sebagai akibat adanya komposisi produk atau material yag terkandung di dalamnya, lingkungan sekitar, metode pelepasan, jarak antara korban dan ledakan, dan keterlibatan beberapa bahan beresiko disekitarnya.
Tinjauan Komprehensif tentang Luka Bakar: Klasifikasi, Komplikasi dan Penanganan Saputra, Deddy
Scientific Journal Vol. 2 No. 5 (2023): SCIENA Volume II No 5, September 2023
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56260/sciena.v2i5.113

Abstract

Luka bakar adalah cedera serius yang memerlukan perhatian medis yang tepat dan cepat. Artikel ini mengulas berbagai aspek terkait luka bakar, termasuk anatomi dan fisiologi kulit, klasifikasi luka bakar berdasarkan tingkat keparahan, sumber panas, dan luasnya luka. Penekanan diberikan pada tatalaksana awal yang penting dalam menangani pasien dengan luka bakar. Artikel juga membahas berbagai komplikasi yang mungkin terjadi akibat luka bakar, seperti syok hipovolemik, pneumonia, infeksi saluran kemih, selulitis, infeksi pada luka bakar, dan kontraktur kulit. Dalam rangka memberikan pemahaman yang lebih baik tentang luka bakar, artikel ini menjelaskan secara rinci perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh pasien akibat luka bakar. Terdapat penjelasan mendalam tentang proses peradangan yang terjadi pada luka bakar. Kesimpulannya, penanganan luka bakar yang tepat dan komprehensif sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan memastikan penyembuhan yang optimal. Artikel ini memberikan landasan pengetahuan yang kuat tentang luka bakar, yang dapat menjadi panduan berharga bagi para profesional medis dalam merawat pasien luka bakar. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini, diharapkan perawatan pasien luka bakar dapat ditingkatkan, membantu pasien dalam proses penyembuhan, dan meningkatkan kualitas hidup mereka.