Miryam B Lilian Wijaya
Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Interdependensi Pasar Melalui Saham Dual Listing: Kasus Saham Telkom dan Indosat di Pasar Saham Jakarta and New York Chandra Utama; Miryam B Lilian Wijaya
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 1 (2009)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.248 KB)

Abstract

Hubungan saling mempengaruhi antar pasar saham memungkinkan terjadinya penularan berbagai kejutan dari satu pasar ke pasar yang lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa saham dual listing dapat menjadi perantara terjadinya hubungan saling mempengaruhi antara dua pasar dimana saham dual listing diperdagangkan. Data yang digunakan adalah data harian indeks pasar dan harga saham Telkom dan Indosat di pasar saham Jakarta dan New York selama Januari 2008 – Januari 2009. Akibat letak geografis (perbedaan waktu), kedua pasar saham mempunyai waktu buka yang berbeda sedemikian rupa sehingga saham yang diperdagangkan di kedua pasar menjadi terus menerus diperdagangkan secara bergantian tanpa henti.Dengan teknik regresi ditemukan bahwa pasar New York mempengaruhi pasar Jakarta, tetapi tidak sebailknya. Perubahan indeks pasar New York menggerakkan harga saham Telkom dan saham Indosat di New York yang kemudian menggerakkan harga saham-saham tersebut di Jakarta dan kemudian diikuti dengan bergeraknya indeks pasar Jakarta. Sebaliknya, perubahan indeks pasar Jakarta menggerakkan harga saham Telkom dan saham Indosat di pasar Jakarta yang kemudian juga menggerakkan harga kedua saham-saham tersebut di pasar New York, tetapi tidak berlanjut ke perubahan indeks pasar New York.Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, dapat diketahui bahwa pencatatan saham kuat dari pasar saham Indonesia ke pasar New York dapat meningkatkan resiko pasar saham Indonesia karenai rentan terhadap pengaruh gejolak dari pasar New York. Saham dual listing meingkatkan ketergantungan pasar saham Indonesia terhadap kondisi fundamental pasar saham New York.Key words: dual listed stock, market interdependency
EFISIENSI PENGELOLAAN EKONOMI DAERAH DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI DAERAH Ivantia S. Mokoginta; Miryam L. Wijaya
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2014)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (919.909 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi pengelolaan daerah setelah lebih dari 10 tahun kebijakan desentralisasi dan pemekaran daerah dijalankan. Dengan menggunakan teknik DEA, penelitian ini menyimpulkan, bahwa dari 27 provinsi yang diteliti pada tahun 2010 - 2011, belum semua provinsi beroperasi pada tingkat optimal. Terdapat 13 provinsi atau sekitar 48% yang beroperasi pada kondisi inefisien. Sebanyak 11 provinsi atau 85% dari 13 provinsi di atas adalah provinsi-provinsi yang telah lama terbentuk sebelum kebijakan denstralisasi dan pemekaran daerah dijalankan. Hal ini terjadi, karena adanya pemanfaatan tenaga kerja, modal dan peran pemerintah yang belum optimal. Selain itu, penelitian ini menemukan adanya tingkat skala efisiensi teknis yang beragam, sehingga kebijakan pengembangan daerah provinsi perlu disesuaikan dengan kondisi tersebut.  
PENDAMPINGAN BEBERAPA KOPERASI SIMPAN PINJAM P.C. Suroso; Miryam B.L Wijaya; Anna Farina Poerbonegoro; Januarita Hendrani; Ivantia S. Mokoginta; Noknik Karliya; Ishak Somantri; Hilda Leilani Masniaritta Pohan; Chandra Utama; Siwi Nugraheni
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2014)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5243.622 KB)

Abstract

Sebagai kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berkelanjutan, dengan tujuan utama ikut terlibat dalam mengatasi masalah kemiskinan, pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi. Inti dari pengurangan angka kemiskinanadalah menciptakan lapangan kerja. Objek pengabdian tetap pada pengembangan sektor keuangan (koperasi) dan sektor riil (pertanian oragnik-usaha, baik perdagangan maupunpengolahan). Intinya adalah membangun jaringan antar sektor keuangan, sektor keuangan dengan sektor riil, dan antar sektor riil. Dengan terbangunnya jaringan tersebut, kegiatan pengabdian kepada masyarakat dapat ikut serta menciptakan lapangan kerja, baik secara tidak langsung, menambah lapangan kerja yang tersedia, maupun langsung, atau mempertahankan lapangan kerja yang tersedia. Dengan tetap dan bertambahnya lapangan kerja, angka kemiskinan dapat berkurang. Kegiatan yang sifatnya intensifikasi dimaksudkan sebagai kegiatan yang tujuan utamanya adalah penguatan kelembagaan, baik itu kelembagaan lembaga keuangan (koperasi simpan pinjam), maupun kelembagaan usaha yang dilakukan oleh anggota lembaga keuangan. Sementara itu, kegiatan ekstensifikasi dimaksudkan untuk memperbanyak mitra agar tujuan memperluas lapangan kerja dapat lebih banyak. Dengan semakin banyaknya mitra kerja maka jejaring ekonomi akan semakin luas dan dengan demikian memungkinkan semakin banyaknya lapangan kerja yang diciptakan. Pengabdian kepada masyarakat yang kami lakukan dalam tahun ajaran 2014 adalah menindaklanjuti kerjasama antara Program Studi Ekonomi Pembangunan dengan Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Bandung. Dengan kerjasama ini, ada 6 (enam) lembaga keuangan berbentuk koperasi simpan pinjam dengan jumlah anggota sekitar 9.000 (sembilan ribu) dengan pekerjaan yang sangat bervariasi. Pengabdian yang dilakukan berfokus pada penguatan organisasi lembaga keuangan yang semula bersifat sukarela harus berubah menjadi profesional, mengingat jumlah uang yang dikelola oleh setiap lembagasudah cukup besar. Perubahan organisasi yang semula bersifat sukarela ke professional dilakukan melalui beberapa kali lokakarya yang diikuti oleh semua mitra dengan tujuan agar transformasi dari sukarela ke profesional itu dipahami sepenuhnya oleh para pengurus dan para manajernya. Perlu disadari transformasi dari sukarela ke profesional tidak hanya menyangkut pengembangan organisasinya, tetapi juga lebih menyangkut perubahan sistem nilai dalam pengelolaan.  
IDENTIFIKASI RISIKO FISKAL DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA INDONESIA Miryam L. Wijaya; Ivantia S. Mokoginta
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 1 (2015)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (782.013 KB)

Abstract

Keberlanjutan fiskal menjadi topik hangat akibat krisis yang melanda Asia pada tahun 1997-1998 dan kemudian negara-negara maju di Amerika, Eropa dan Asia pada tahun 2008. Keberlanjutan fiskal yang mengarah kepada krisis fiskal bukan hanya masalah bagi negara sedang berkembang. Berdasarkan literatur tentang risiko fiskal yang dikembangkan oleh Brixi (2001) dan Cottarelli (2014), dan telaah dokumen Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia berbagai tahun, ditemukan bahwa walaupun rasio utang terhadap PDB hanya 26,15%, namun risiko fiskal di APBN Indonesia telah meningkat. Kewajiban kontijen pemerintah telah makin meluas cakupannya, demikian juga kewajiban mandatoris. Kedua hal tersebut membuat ruang gerak fiskal menjadi sangat terbatas, yang dapat memunculkan risiko lebih lanjut berupa turunnya kemampuan pemerintah untuk menjalankan fungsi stabilisasi, distribusi, dan alokasi.   
RISIKO SISTEMIK PERBANKAN INDONESIA Miryam Lilian Wijaya; Chandra Utama; Charvin Kusuma
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (995.955 KB)

Abstract

Studi ini menelaah penggunaan Altman Z-score sebagai sebuah indikator untuk menggambarkan kesehatan bank secara individual dalam konteks stabilitas industri perbankan. Terhadap 77 bank umum di Indonesia, masing-masing dengan 96 periode waktu (bulanan 2006 - 2013), dihitung nilai Altman Z-score (ZSCORE). Rasio simpanan suatu bank di bank lain dalam portofolio asset bank tersebut dipakai sebagai indikator keterkaitan bank tersebut dengan bank lain (GIRO), sedangkan rasio simpanan masyarakat di suatu bank dibandingkan dengan total kewajiban bank tersebut menjadi indikator ketergantungan bank dengan pasar input (DPK). Uji stasioneritas terhadap data runtut waktu menghasilkan dua kelompok bank: bank dengan ZSCORE stasioner dan bank dengan ZSCORE tidak stasioner. Rata-rata ZSCORE bank dengan ZSCORE tidak stasioner lebih tinggi dari rata-rata ZSCORE bank dengan ZSCORE stasioner. Dari regresi atas data panel ditemukan bahwa ZSCORE meningkat baik karena GIRO meningkat atau karena DPK turun pada 1 atau 2 bulan sebelumnya. Pengaruh perubahan GIRO terhadap ZSCORE lebih besar di kelompok bank dengan ZSCORE tidak stasioner. ZSCORE dapat menangkap perubahan tingkat kesehatan atau keamanan bank yang diakibatkan oleh perubahan keterkaitan bank dengan bank lainnya dan kerentanan bank di pasar input. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menemukan indikator individual bank dalam konteks stabilitas industri perbankan.Kata Kunci: Risiko sistemik, Altman Zscore, risiko perbankan Indonesia.
THE ROLE OF INTEREST RATES AND PROVINCIAL MONETARY AGGREGATE IN MAINTAINING REGIONAL INFLATION IN INDONESIA Chandra Utama; Miryam Lilian Wijaya; Charvin Kusuma
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (908.858 KB)

Abstract

In most countries, monetary policies are implemented in order to maintain economic stability. The policy may employ interest rate or money supply to derive the assigned national inflation target. Most studies investigate the relationship between monetary policy and inflation use national data. Based on the idea that inflation is a regional phenomenon, the application of provincial data might be more appropriate explaining the relationship between monetary policy and inflation. The study elaborate the impact of changes in provincial money supply, BI Rate (interest rates of central bank), and PUAB (money market interest rates) to regional inflation in the framework Hybrid New Keynesian Phillips Curve (HNKPC). The study employs Generalized Method of Moments (GMM) techniques on panel data of 32 provinces from 2005-III to 2014-IV. The data is classified into 4 groups, which are Jawa-Bali (W1), Sumatera (W2), Kalimantan-Sulawesi (W3), and Papua-Maluku-Nusa Tenggara (W4). The estimation result shows that provincial monetary aggregate influence inflation significantly only in Sumatera. Furthermore, inflation is also effect by BI Rate in Sumatera and Kalimantan-Sulawesi. The study also found that PUAB is significantly affecting inflation in almost all Indonesian regions, except Kalimantan-Sulawesi. This study concludes that interest rates, BI rate and PUAB, is more appropriate than change in provincial money supply to control provincial inflation.Keywords: monetary policy, regional inflation, hybrid NKPCJEL Classification Numbers: E31, E52, R19
DISENTANGLING INDONESIAN BANKING COMPETITION BASED ON BUKU CLASSIFICATION: IMPLICATIONS ON BANK SOUNDNESS Miryam B.L.S.K. Wijaya; Charvin Lim; Chandra Utama
Bina Ekonomi Vol. 22 No. 2 (2018): Bina Ekonomi: Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan
Publisher : Center for Economic Studies Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7634.921 KB) | DOI: 10.26593/be.v22i2.3833.145-160

Abstract

ABSTRACTCompetition has long been debated as a vital factor determining banking performance and stability. The broad perspectives are divided into two streams, the ‘competition-fragility’ and ‘competition-stability’ view. Banking industry in Indonesia is experiencing consolidation waves as an effort to strengthen capital and enhance intermediation performance. The consolidation, however, inevitably alter the degree of competition. In this study, we propose a detailed assessment of competition effect through disentanglement amongst different bank clusters, particularly with respect to BUKU classification. The separation is done through Fixed Effect Vector Decomposition method, complemented by interaction variables. We found an indication that competition amongst Indonesian banks can be divided into two segments: the first containing BUKU1 and 2, while the latter BUKU3 and 4. Observing 57 banks using monthly data in 2006-2015, our study supports the competition-stability view, suggesting competition has positive influences on bank soundness. Adding more market power to the leader in each segment (BUKU2 and BUKU4, respectively) would have insignificant, if not malign, effect; the opposite for the challenger. Further, aside from competition, we found that interbank interaction promotes soundness.Keywords: competition; bank soundness; fixed effect vector decomposition
Corporate Governance and Principal-Agent Theory: a Critical Review Elang Muhammad Rafly Ramadhan; Miryam B Lilian Wijaya; Budiana Ruslan
EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis Vol 10 No 2 (2022)
Publisher : UNIVED Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37676/ekombis.v10i2.2108

Abstract

This study aims to determine corporate governance (CG) with principal-agent theory (PAT). Using a critical review, several theories were found related to CG and PAT research. The procedure used is to discuss the theoretical aspects, methods, and research results. It was found that CG using PAT has great potential to be widely developed measures the extent to which the research constructs incentives, disciplines, ethics and feminist perspectives, property rights, company performance, executive remuneration, securitization, ownership systems, Small and Medium Enterprises (SMEs), conjunction legal systems, State-Owned Enterprises (BUMN), hospitals public, compensation, environmental protection, not-for-profit organizations, and CG systems.
Determinan kesenjangan kemiskinan desa-kota di Indonesia Dominicus Savio Priyarsono; Miryam BLSK Wijaya; Ely Elprida Sigiro
Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.80932

Abstract

Abstrak.  Artikel ini bertujuan mengidentifikasi beberapa faktor yang diperkirakan menentukan kesenjangan kemiskinan desa-kota di Indonesia. Data antar-provinsi tahun 2000-2020 dianalisis dengan teknik regresi data panel. Kesenjangan kemiskinan desa-kota (variabel dependen) diukur dengan dua cara, yakni selisih dan rasio angka kemiskinan desa-kota.  Variabel-variabel independen yang dianalisis adalah produk domestik regional bruto per kapita, produktivitas sektor pertanian, transformasi perdesaan, indeks kapasitas fiskal, dan rata-rata jumlah tahun bersekolah penduduk perdesaan.  Kedua model itu memberikan hasil estimasi tanda parameter yang konsisten searah. Variabel independen yang secara signifikan berbanding terbalik dengan kedua variabel dependen adalah produktivitas sektor pertanian dan rata-rata jumlah tahun bersekolah penduduk perdesaan, sedangkan yang berbanding lurus adalah PDRB/Kapita dan indeks kapasitas fiskal.  Dengan kata lain, dua variabel independen yang pertama itu mengurangi angka kemiskinan perdesaan sedemikian efektif sehingga mampu memperkecil kesenjangan kemiskinan desa-kota.  Kebijakan pertumbuhan ekonomi dan kebijakan fiskal daerah terbukti mengurangi kemiskinan di kota lebih efektif daripada di desa, akibatnya justru berdampak memperlebar kesenjangan tersebut.  Temuan lain menunjukkan bahwa transformasi perdesaan yang diukur dengan kesempatan kerja non-pertanian di perdesaan tidak cukup efektif mengurangi angka kemiskinan di pedesaan, sehingga tidak berdampak signifikan pada kesenjangan kemiskinan desa-kota. Abstract. This article analyzes some factors which might have determined rural-urban poverty gap in Indonesia.  Provincial data for the years of 2000-2020 are analyzed by using panel data regression techniques.  The gap between rural-urban poverty rates (dependent variable) is measured by two methods, i.e. rural-urban poverty difference and ratio. Gross regional product per capita, agriculture sector productivity, rural transformation, fiscal capacity index, and rural mean years of schooling are regressed on each of the gap measures. The two models give consistently equivalent signs of the estimated parameters.  The independent variables that negatively and significantly affect the dependent variables are productivity of agriculture sector and rural mean years of schooling, whereas those that are positive and significant areGDP/Capita and fiscal capacity index. In other words, the first two independent variables decrease the rural poverty rates so effectively that they can reduce the rural-urban poverty gap.  Economic growth policy and regional fiscal policy decrease poverty more effectively in urban than they do in rural areas, and hence they widen the poverty gap. Another finding shows that rural transformation that is measured by non-agriculture employment in rural areas is not so effective to reduce rural poverty, that it does not significantly effect on the poverty gap.