Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pemanfaatan Sumber Pangan Lokal Khas Provinsi Banten (Talas Beneng Sebagai Bahan Baku Produk Keripik): Pengabdian Pengolahan kripik talas beneng Nezly Nurlia Putri; Nia Ariani Putri; Fitria Riany Eris; Vega Yoesepa Pamela; Septariawulan Kusumasari; Tubagus Bahtiar Rusbana; Puji Wulandari; Winda Nurtiana; Rifqi Ahmad Riyanto; Zulfatun Najah; Ainun Nafisah; Mohamad Ana Syabana; Muhammad Dhabit Dzikribillah; Rahma Hariyanti
Abdi-mesin: Jurnal Pengabdian Masyarakat Teknik Mesin Vol. 2 No. 2 (2022): Abdimesin
Publisher : Program Studi Teknik Mesin Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/abdi-mesin.v2i2.58

Abstract

Pengabdian masyarakat yang sudah dilaksanakan oleh program Studi Teknologi Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) di Desa Talaga Warna, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang merupakan salah satu perwujudan dan pengaplikasian bidang ilmu atau kajian pada bidang rekayasa dan pengolahan pangan. Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh program studi teknologi pangan berkerjasama dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pabuaran dalam bentuk pelatihan pengolahan kripik talas beneng yang difokuskan pada penurunan kadar oksalat. Batas konsumsi kalsium oksalat adalah 71mg / 100g berat basah talas. Apabila terkonsumsi dapat menimbulkan pembengkakan pada bibir dan mulut atau rasa gatal pada lidah dan tenggorokan.Kadar kalsium oksalat tepung talas varietas beneng, mentega, semir dan hijau berkisar antara 219.3 - 759.9 ppm. Umbi talas beneng dapat meningkatkan potensi sumber pangan lokal dan pendapatan masyarakat setempat. Salah satunya kandungan karbohidrat yang tinggi dan mensubstitusi beras. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memperkenalkan dan meningkatkan pemanfaatan sumber pangan lokal talas beneng sebagai bahan baku olahan produk pangan, memberikan informasi dan solusi cara menurunkan kandungan oksalat serta meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan masyarakat tentang teknologi pengolahan pangan. Pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari tujuh tahapan dengan pendekatan partisipatif. Hasil pengabdian di Desa Telaga Warna adalah Ibu-ibu mampu menjelaskan sumber pangan lokal dan pemanfaatan talas beneng sebagai bahan baku olahan produk pangan, mendapatkan solusi alternatif dari kendala yang ditemukan dilapangan dan kegiatan ini berjalan dengan lancer dimana terlihat antusias dan semangat ibu-ibu mengikuti kegiatan ini
Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Pada Produksi Bontot: Pangan Lokal Banten Nia Ariani Putri; Zulfatun Najah; Winda Nurtiana; Dian Anggraeni
Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol 14, No 1 (2022): Vol. (14) No. 1, April 2022
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.842 KB) | DOI: 10.17969/jtipi.v14i1.21654

Abstract

Geographically, the province of Banten is surrounded by the ocean so that the area is rich in processed fish products such as milkfish satay, shredded milkfish, and bontot. Bontot is a Banten’s local food made from payus fish which is considered to be lacking in development. This can be seen mainly in terms of the production process which is still very simple and does not apply good manufacturing practices (GMP). The purpose of this research is to help producer to understand and apply GMP so that the quality of bontot products can be better. The research method used is by conducting a survey using the intensive interview method. The results show that some producers have not implemented GMP in their production process, so that the preparation of the HACCP draft is considered important to assist producers in the production process. Of the several raw materials and production processes that constitute CCP are fish, the process of receiving raw materials, packaging, and storage. Preventive and corrective actions are needed to minimize these hazards. Thus, the mentoring process needs to be carried out in implementing the HACCP that has been prepared to ensure the quality and food safety of the bontot product.
Sistem Budidaya dan Penanganan Pascapanen Kacang Panjang di Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon Vita Shofiyah Rohmah; Shahrin Fathia, Aisha; Siti Farah Nabila; Vega Yoesepa Pamela; Zulfatun Najah
GABBAH : Jurnal Pertanian Dan Perternakan Vol. 2 No. 3 (2025): April
Publisher : PT PUBLIKASI INSPIRASI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/gabbah.v2i3.4229

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem budidaya dan penanganan pascapanen kacang panjang di Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon. Metode yang digunakan adalah observasi langsung di lapangan serta wawancara dengan petani, didukung dengan studi literatur. Hasil menunjukkan bahwa budidaya dilakukan dengan sistem tanam benih langsung (Tabela), pemupukan rutin, dan perawatan intensif pada masa generatif. Panen dilakukan secara bertahap tergantung musim dan varietas, dengan frekuensi 40–50 kali petik dalam satu musim. Penanganan pascapanen mencakup penyortiran, grading, pencucian, dan pengemasan sederhana, meskipun distribusi masih terbatas pada pasar lokal. Kesimpulannya, sistem budidaya dan penanganan pascapanen sudah cukup baik namun masih diperlukan perbaikan dalam distribusi dan pelabelan produk agar memiliki daya saing lebih tinggi.
Teknik Budidaya dan Manajemen Pascapanen Buah Melon di Rafila Farm Agrikulture Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon Vega Yoesepa Pamela; Zulfatun Najah; Siti Erisna Wati; Annisa; Nanda Nur Saputri
GABBAH : Jurnal Pertanian Dan Perternakan Vol. 2 No. 4 (2025): Juli
Publisher : PT PUBLIKASI INSPIRASI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/gabbah.v2i4.4483

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses budidaya hingga pascapanen melon varietas Golden Alisha di Rafila Farm Agrikultur, Kota Cilegon, Banten. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan pada 12 April 2025. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya dimulai dari pemilihan benih unggul, penyemaian selama 10 hari menggunakan media cocopeat dan peat moss, penanaman di lahan mulsa plastik hitam perak, serta perawatan intensif berupa pemupukan organik dan NPK, penyemprotan pestisida rutin, serta seleksi buah untuk menjaga kualitas. Panen dilakukan secara manual menggunakan gunting pada usia 70 hari setelah tanam, dengan konsep agrowisata petik buah langsung oleh pengunjung. Perkiraan panen 700 kg atau 600 buah, dengan berat per buah rata-rata 1,5 kg. Pascapanen dilaksanakan dengan tahapan sortasi berdasarkan grade mutu, pembersihan, penimbangan, pelabelan, pengemasan, hingga distribusi. Penerapan teknik budidaya yang sesuai dengan kondisi lingkungan serta manajemen pascapanen yang tepat mendukung peningkatan kualitas dan nilai jual melon, sekaligus membuka peluang agrowisata berbasis edukasi di kawasan pertanian lokal.
Manajemen Fisiologis Tanaman Sayuran dalamSistem Hidroponik di Graha Hidroponik Center, Serang Vega Yoesepa Pamela; Zulfatun Najah; Muhammad Zein Fauzan; Diva Ayu Anisa; Helvi Delianti
GABBAH : Jurnal Pertanian Dan Perternakan Vol. 2 No. 4 (2025): Juli
Publisher : PT PUBLIKASI INSPIRASI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/gabbah.v2i4.5002

Abstract

Limited agricultural land has encouraged the development of hydroponic systems as an efficient urban farming solution. This study aims to analyse the physiological management and post-harvest handling of vegetable crops at Graha Hydroponic Centre, Serang. The methods used include observation, interviews, and documentation. Results show that understanding plant physiology is crucial in nutrient management, variety selection, and adaptation to environmental and market conditions. A closed circulation irrigation system is used efficiently, and plant health monitoring is done visually. In the post-harvest aspect, the use of edible coatings made from natural ingredients such as cassava starch and ginger extract is proven to be able to extend product freshness without refrigeration. Distribution of crops is done by considering delivery time and the needs of modern markets. Strategies such as weekly crop rotation and provision of backup seedlings are also applied to maintain production continuity. This study demonstrates the integration of simple technology, field experience and post-harvest innovation as a model of sustainable hydroponic farming.
ANALISIS SISTEM PASCAPANEN DALAM BUDIDAYA SAYURAN HIDROPONIK DI ALLISA FARM KECAMATAN CIPOCOK JAYA KOTA SERANG Rulla Agnia Naura Aisyah; Anin Dita Amelia Putri; Sutiawati; Vega Yoesepa Pamela; Zulfatun Najah
GABBAH : Jurnal Pertanian Dan Perternakan Vol. 2 No. 4 (2025): Juli
Publisher : PT PUBLIKASI INSPIRASI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/gabbah.v2i4.5025

Abstract

Kebutuhan masyarakat akan pangan bergizi tinggi terus meningkat seiring dengan kesadaran akan pentingnya pola makan sehat. Sayuran sebagai komoditas hortikultura memiliki peran penting dalam pemenuhan gizi karena kandungan vitamin, mineral, dan seratnya. Namun, tantangan seperti keterbatasan lahan dan perubahan iklim mendorong perlunya inovasi sistem pertanian yang lebih efisien seperti hidroponik. Hidroponik adalah metode budidaya tanpa tanah dengan memanfaatkan larutan nutrisi yang efisien dalam penggunaan air dan ruang serta dapat mempercepat masa panen. Penelitian ini dilakukan di Allisa Farm kebun hidroponik yang berlokasi di Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi pengelolaan pascapanen dalam menjaga kualitas sayuran. Metode yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil menunjukkan bahwa Allisa Farm membudidayakan komoditas seperti kangkung, selada, dan pakcoy dengan sistem hidroponik horizontal. Proses pascapanen dilakukan secara sistematis mulai dari panen pada waktu optimal, pencucian, penyortiran, penyimpanan dalam lemari pendingin, hingga pengemasan dengan plastik bening berlogo. Distribusi dilakukan dengan menggunakan kendaraan bermotor ke toko, restoran, dan pasar lokal. Tantangan utama yang dihadapi adalah serangan hama dari area persawahan sekitar yang dapat diatasi melalui pemantauan rutin dan pengendalian organik. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan praktik hidroponik yang berkelanjutan dan efisien di daerah perkotaan.
PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM DI KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG Yasmin Nurlaily; Marwah Astria Ningrum; Zalfa Marsa Rahmani; Vega Yoesepa Pamela; Zulfatun Najah
Agrica Ekstensia Vol 19 No 1 (2025): Edisi Juni
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55127/ae.v19i1.263

Abstract

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Namun, umur simpan yang pendek menjadi kendala utama dalam distribusi dan pemasaran, karena jamur ini mudah rusak akibat kandungan air yang tinggi dan aktivitas respirasi pascapanen. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penanganan pascapanen jamur tiram putih di Kecamatan Kasemen, Kota Serang, guna menjaga mutu dan memperpanjang daya simpan produk. Metode penelitian yang digunakan meliputi observasi langsung ke lokasi budidaya, dokumentasi proses, serta wawancara dengan pembudidaya terkait tahapan panen, pengemasan, dan distribusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panen dilakukan secara manual pada sore hari, jamur dikemas menggunakan plastik PE berkapasitas 5 kg, dan segera didistribusikan ke pasar tanpa penyimpanan lanjutan untuk meminimalkan kerusakan. Penggunaan plastik PE dinilai efektif menjaga kesegaran jamur selama distribusi, meskipun tanpa pendinginan. Namun, keterbatasan biaya menyebabkan petani belum dapat menerapkan teknologi penyimpanan suhu rendah yang terbukti mampu memperpanjang umur simpan hingga dua kali lipat. Penanganan pascapanen yang sederhana ini cukup efektif untuk skala usaha rumahan, tetapi pengembangan metode penyimpanan yang lebih baik masih diperlukan agar kerugian pascapanen dapat ditekan dan nilai ekonomi jamur tiram meningkat.