Articles
Pengembangan Fasilitas Wisata Taman Hiburan Pantai Kenjeran Surabaya Dengan Konsep Waterfront
Rahmat Sepa Indrawan;
Herry Santosa;
Sri Utami
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1047.234 KB)
Surabaya sebagai salah satu kota metropolis tidak banyak memiliki objek wisata yang dapat diandalkan. Seperti halnya Taman Hiburan Pantai Kenjeran dan Kebun Binatang Surabaya 2 objek wisata tersebut kian lama ditinggalkan Karena tidak terawat dan kurangnya fasilitas yang memadahi. Pemkot Surabaya sudah memiliki rencana akan menata ulang dan mengembangkan outlet tujuanb wisata tersebut. Rencana pengembangan induk pariwisata kota Surabaya (BAPPEKO) telah mencantumkan wisata yang perlu dikembangkan termasuk dalam wisata-wisata yang diunggulkan seperti Taman Hiburan Pantai Kenjeran yang berada pada Kecamatan Tambak Wedi pengembangan unit 3. Rencana pengembangan Taman Hiburan Pantai Kenjeran sekarang memasuki tahap dimana jembatan atau jalan pintas yang melewati sudah selesai dibangun dan telah digunakan. Selain adanya rencana pengembangan kawasan strategis Kaki Jembatan Suramadu hingga Pantai Kenjeran, terdapat rencana Masterplan pengembangan Kawasan Pantai Kenjeran yang telah dibuat oleh Pemkot Surabaya tahun 2016. Proses perancangan Taman Hiburan Pantai Kenjeran diawali dengan tahap evaluasi. Evaluasi kondisi Taman Hiburan Pantai Kenjeran yang di lintasi Jembatan Surabaya ini bertujuan untuk mengetahui fasilitas yang ada (eksisting) sekaligus melihat atau mengidentifikasi potensi yang ada. Dikarenakan posisi atau objek wisata yang berbatasan dengan air atau pantai, maka wisata Taman Hiburan Pantai Kenjeran ini dikembangkan dengan konsep wisata tepi air (waterfront) agar dapat mengoptimalkan potensi fasilitas wisata yang berkaitan dengan lingkungan tepi air.. Tahap ke dua yaitu mengevaluasi masterplan Taman Hiburan Pantai Kenjeran yang telah dibuat oleh pemkot. Studi evaluasi masterplan Kenjeran menggunakan aspek waterfront.Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Analisa dan sintesa, diawali dengan melakukan evaluasi eksternal dan internal pada Taman Hiburan Pantai Kenjeran, kemudian studi evaluasi masterplan kawasan. Pada tahap perancangan menggunakan kaidah aspek dominan waterfront. Kesimpulan yang didapat adalah Pengembangan fasilitas wisata Taman Hiburan Pantai Kenjeran merupakan suatu bentuk upaya meningkatkan fasilitas wisata kota Surabaya agar menjadi ODTW (Objek dan Daya Tarik Wisata). Menggunakan teori waterfront sebagai penunjang perancangan arsitektur tepi laut dan elemen-elemen di dalamnya merupakan sebuah patokan untuk merancang wisata yang berbatasan dengan tepian laut.Kata kunci : fasilitas wisata, wisata tepi air, pengembangan
PRIORITAS ELEMEN PERMUKIMAN TANGGUH BENCANA LONGSOR KELURAHAN TEMAS KOTA BATU BERDASARKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Ramadhan Mayzer Saputra;
Sri Utami
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
ABSTRACT Temas Kota Batu Urban Village is an area with high landslide threat, moderate social vulnerability and high economic vulnerability. In this settlement there are vulnerable buildings that stand on the banks of the river with steep slopes. The obstacle in the development of these settlements to be resilient is that the systemic handling and prevention of disasters have not become a priority. The purpose of this study was to determine the priority of landslide resilient elements in the Temas Kota Batu urban area based on the Analytical Hierarchy Process. The method used in this study is a quantitative method using a paired comparison questionnaire as a data collection method, and Analytical Hierarchy Process (AHP) as a data analysis method to determine the weights of each variable contained in the elements of settlements and sort their priorities based on the weights obtained. The results of the study state that the most important variable in the building element is the building foundation, while in the network element the most important variable is environmental drainage. Keywords: elements of settlement, landslide, AHP ABSTRAK Kelurahan Temas Kota Batu merupakan kawasan dengan ancaman bencana longsor yang tinggi, kerentanan sosial sedang dan kerentanan ekonomi tinggi. Upaya pengurangan kerentanan sebagai proses pengembangan menjadi desa tangguh bencana pada permukiman ini terkendala upaya penanganan yang tidak sistemik dan pencegahan terhadap bencana belum menjadi prioritas utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prioritas elemen permukiman tangguh bencana longsor kawasan Kelurahan Temas Kota Batu berdasarkan Analytical Hierarchy Process. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Kuantitatif dengan menggunakan kuesioner perbandingan berpasangan sebagai metode pengumpulan data, dan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode analisis data untuk mengetahui bobot dari masing-masing variabel yang terdapat pada elemen permukiman dan mengurutkan prioritasnya berdasarkan bobot yang didapatkan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa variabel paling penting pada elemen bangunan dalam upaya menanggapi ancaman longsor yaitu pondasi bangunan sedangkan pada elemen jaringan, variabel paling penting dalam upaya menanggapi ancaman longsor yaitu drainase lingkungan. Kata kunci: Elemen Permukiman, Bencana Longsor, AHP
Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan
Meirinda Putri Aristyani;
Lisa Dwi Wulandari;
Sri Utami
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Desa Sendangduwur merupakan salah satu desa sebagai penghasil batik tulis di Jawa Timur. Tahun 2006 Dinas Koperasi Perdagangan dan Industri bersama masyarakat Sendangduwur menggalakkan kembali dan mempromosikan batik tulis khas desa Sendangduwur hingga dijadikan sebagai produk unggulan Kabupaten Lamongan. Menyebabkan peningkatan jumlah pengrajin batik tulis dan munculnya ruang usaha pada hunian masyarakat desa Sendangduwur dan mempengaruhi spasial hunian masyarakat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui morfologi spasial hunian di desa wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan morfologi diakronik untuk menganalisis variabel penelitian. Hasil penelitian yang didapatkan berupa perubahan spasial hunian akibat penambahan showroom dan/atau workspace pada zona publik dan semipublik pada spasial hunian. Perubahan pada spasial hunian in dikarenakan kebutuhan untuk meningkatkan perekonomian dan identitas diri pemilik hunian.Kata kunci: Morfologi, spasial hunian
Pusat Rehabilitasi Kanker dengan Konsep Healing Environment Berbasis Eko-Medikal di Batu
Annisa Tiar Hapsari;
Agung Murti Nugroho;
Sri Utami
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1269.56 KB)
Kanker merupakan penyakit yang mematikan yang tidak hanya berdampak kondisi fisik penderitanya namun juga berdampak bagi psikologis penderita kanker. Jumlah penderita kanker di Indonesia kian meningkat setiap tahunnya, sehingga dibutuhkan fasilitas yang bersifat rehabilitatif untuk menanggulangi penyakit kanker yang dapat membantu proses peyembuhan dengan pendekatan psikologis penderita kanker. Suasana dan lingkungan merupakan salah satu elemen yang dapat membantu proses penyembuhan. Lingkungan yang sehat dapat mempengaruhi kesehatan manusia di dalamnya. Kajian ini dimaksudkan untuk menganalisis penerapan konsep healing environment berbasis eko-medikal pada bangunan pusat rehabilitasi kanker. Pusat rehabilitasi kanker ini akan berpedoman pada konsep healing environment yang akan dijadikan kriteria desain, sehingga dapat menghasilkan sebuah rancangan yang ideal bagi fasilitas kesehatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengungkap fakta dan fenomena yang ada dan menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Penerapan konsep healing environment pada bangunan pusat rehabilitasi kanker dapat dicapai melalui beberapa kriteria seperti pemisahan zona di dalam tapak maupun ruang, akses view ke ruang luar, elemen-elemen alam yang dapat membantu menyegarkan pikiran, kenyamanan dan keamanan ruang, kemudahan identifikasi sirkulasi, serta elemen interior yang mempengaruhi psikologis penderita kanker. Kriteria-kriteria tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kanker.Kata kunci : Healing environment, Pusat rehabilitasi kanker
Konsep Permukiman Tanggap Kebakaran Di Banjarmasin (Studi Kasus: Kelurahan Kelayan Tengah)
Firdha Amalia;
Sri Utami
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (739.711 KB)
Kelurahan Kelayan Tengah merupakan salah satu kawasan yang sering dilanda kebakaran di Kota Banjarmasin. Kondisi permukiman yang padat didukung suhu yang tinggi, serta penggunaan kayu sebagai material utama bangunan menyebabkan api cepat merambat bila terjadi kebakaran. Struktur jalan yang sempit pun mempersulit proses evakuasi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kajian mengenai perancangan dan penataan fisik permukiman yang dapat berperan sebagai upaya preventif dari bencana kebakaran. Berdasar pertimbangan tersebut, dilakukan studi ini dengan tujuan untuk mendapatkan konsep permukiman tanggap kebakaran di Kelurahan Kelayan Tengah yang dapat menjadi masukan untuk penataan permukiman di Banjarmasin. Metode pengamatan non-participant dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan sekunder mengenai kondisi fisik eksisting yang kemudian dilakukan analisa. Proses analisa dilakukan dengan metode analisis campuran pada data kondisi fisik eksisting dengan mempertimbangkan kondisi non fisik (sosial dan budaya). Sehingga didapatkan kriteria dan konsep desain permukiman tanggap kebakaran termasuk di dalamnya konsep bangunan dan kawasan yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.Kata Kunci: desain permukiman, kebakaran, kelurahan Kelayan Tengah
Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo
Felicia Putri Surya Atmadja;
Sri Utami;
Triandriani Mustikawati
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 4 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Menurut UN-HABITAT, permukiman kumuh merupakan area dalam kota yang ditandai dengan permukiman yang tidak memenuhi syarat, kemiskinan dan kekurangan rasa aman terhadap hak milik tanah ataupun bangunan. Untuk mengatasi permasalahan permukiman kumuh dapat dilakukan perbaikan lingkungan permukiman untuk menyediakan lingkungan hidup dan hunian yang layak. Salah satu caranya dengan memindahkan warga permukiman kumuh ke dalam hunian vertikal. Kampung Pulo merupakan salah satu permukiman kumuh yang berada di Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta. Kampung Pulo memiliki kepadatan penduduk 1130 jiwa/ha pada tahun 2015 dan mengalami bencana banjir tahunan. Kajian ini menggunakan metode observasi lapangan dan identifikasi kawasan permukiman kumuh. Kajian ini bertujuan untuk menghasilkan konsep hunian vertikal sebagai alternatif untuk mengatasi permukiman kumuh di Kampung Pulo.Kata kunci: permukiman kumuh, Kampung Pulo, konsep hunian vertikal
Adaptasi Fisik Bangunan Rumah Tinggal di Permukiman Rawan Banjir (Studi Kasus: Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara)
Dewi Widya Ariandini;
Sri Utami;
Bambang Yatnawijaya
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1012.079 KB)
Kota Semarang menjadi unik memiliki pembagian wilayah Kota Atas dengan pembatasan pemanfaatan ruang bertopografi 359 - 90 mdpl dan Kota Bawah dengan ketinggian 3.5 – 0 mdpl merupakan pusat kota dan kawasan stategis. Semarang Utara menjadi Kecamatan terpadat ke empat dengan fungsi kawasan campuran berupa permukiman, daerah industry dan transportasi. Berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan berada pada topografi rendah menjadi penyebab seringnya terjadi banjir di wilayah Semarang Utara terutama di daerah ujung laut Kelurahan Bandarharjo RW I. Kondisi permukiman padat dan daerah stategis pusat industry menjadi salah satu penyebab masyarakat menetap di permukiman rawan banjir tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi bentuk adaptasi fisik bangunan rumah tinggal di permukiman rawan banjir Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menganalisa faktor ekternal dan internal yang mempengaruhi bentuk adaptasi bangunan rumah tinggal penduduk. Hasil penelitian yang didapatkan berupa bentuk adaptasi bangunan rumah tinggal dalam kurun waktu 35 tahun yang terbagi menjadi 4 periode.Kata kunci: bentuk adaptasi fisik, rumah tinggal, permukiman banjir
Adaptasi Bangunan di Permukiman Betek dari Ancaman Bencana Banjir
Lidya Octavia Asti;
Sri Utami
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1832.306 KB)
Kota Malang yang merupakan kota terbesar ke dua di Jawa Timur merupakan kota yang rawan banjir, setidaknya terdapat 58 kawasan di wilayah Kota Malang, rawan terjadi bencana saat musim hujan, baik tanah longsor, banjir maupun puting beliung. Kawasan tersebut berada di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Brantas, DAS Metro, DAS Amprong, DAS Bangau, dan DAS Sukun. Kawasan Permukiman di Jalan Kintamani RW 08, Kelurahan Penanggungan Kecamatan Klojen, Kota Malang atau yang lebih dikenal dengan Permukiman Betek merupakan salah satu kawasan yang rawan banjir di Kota Malang yang lokasinya tepat di bantaran sungai DAS Brantas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi bentuk adaptasi bangunan rumah tinggal di Permukiman Betek terhadap banjir. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif kuantitatif dengan menganalisis tingkat kekumuhan sebagai pertimbangan tingkat kerentanan daerah terhadap bencana dan menganalisis faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi bentuk adaptasi bentuk bangunan rumah tinggal. Hasil Penelitian berupa rekomendasi bangunan rumah tinggal berdasarkan zona tingkat kerentanan bencana.
Tata Ruang Pasar Tradisional terhadap Kerentana Kebakaran Studi Kasus Pasar Tekstil Klewer
Setya Jelita Dwi Kurnia Rahmadani;
Heru Sufianto;
Sri Utami
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (961.977 KB)
Data Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) mencatat kejadian kebakaran di Indonesia sebanyak 50 kali pada pasar tradisional besar, dan 90 kejadian pada pasar kecil pada triwulan pertama tahun 2015. Kebakaran tersebut mencerminkan adanya kelemahan pada sistim keselamatan dan keamanan bangunan. Keputusan Menteri PU No.10/KPTS/2000 yang kemudian diperbarui No. 26/PRT/M/2008, menyebutkan bahwa pengamanan pada bahaya kebakaran bangunan harus dimulai sejak proses perencanaan hingga penggunaan gedung, meliputi; kelayakan sarana penyelamatan, ketersediaan proteksi aktif maupun pasif hingga adanya sistim pengawasan dan managemen kebakarannya. Sebagai salah satu pusat grosir tekstil di Indonesia, Pasar Klewer dapat dikategorikan sebagai bangunan yang mudah terbakar kelas A. Terbukti, pasar tersebut telah habis terbakar pada akhir tahun 2014. Studi ini bermaksud menelaah tata ruang ideal pada bangunan pasar tradisional. Dengan mengambil studi kasus pasar Klewer, artikel ini diharapkan menemukan konsep tata ruang pasar yang sesuai dari aspek kerentanan keselamatan kebakaran yang akan diterapkan pada Pasar Klewer.Kata Kunci : Tata Ruang Pasar, Sistim Proteksi Kebakaran Bangunan
SMK Perikanan dengan Pendekatan Konservasi Air di Kabupaten Malang
Nikita Mahditiara;
Sri Utami;
Agung Murti Nugroho
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 4 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1011.102 KB)
Air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup. Meskipun dapat terbaharui dengan cepat, namun dengan adanya perubahan iklim yang cukup mengkhawatirkan saat ini menyebabkan kekeringan di beberapa daerah. Dari 97% permukaan bumi yang tertutup air, namun hanya 1% yang dapat dimanfaatkan. Konservasi air sebagai upaya menjaga kualitas air tanah dan mengurangi penggunaan air tanah secara terus menerus untuk menjaga ekosistem dan untuk penggunaan bagi generasi selanjutnya. Indonesia sebagai negara tropis memiliki curah hujan yang cukup tinggi, sebaiknya memanfaatkan air hujan sebagai sumber air bersih juga. Pemanfaatan konservasi air dengan fokus rain harvesting system sebagai pengganti sumber air bersih seharusnya sudah mulai dilakukan pada bangunan privat maupun komersil, serta melakukan proses daur ulang air pada air limbah yang dihasilkan bangunan akan menghemat penggunaan air dan mengurangi penggunaan air yang sia-sia dan mengurangi limbah yang dihasilkan bangunan.Kata kunci: konservasi air, rain harvesting system, daur ulang air.