Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

BEBAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA ANAK PASKA INISIASI PROGRAM IMUNISASI RUTIN PNEUMOCOCCAL CONJUGATE VACCINE DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Apandi, Hendi Hoer; Anggondowati, Trisari
(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) Vol 9, No 2 (2024):
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37887/jimkesmas.v9i2.48174

Abstract

Pneumonia merupakan masalah kesehatan yang serius pada anak. Pneumonia menyerang lebih dari 1,400 per 100.000 anak se:ap tahun dan menyebabkan sekitar 14% kema:an anak usia kurang dari lima tahun (balita) di seluruh dunia. Pemberian Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) telah terbuk: dapat mencegah pneumonia. Di Kabupaten Bogor, PCV mulai diimplementasikan sejak 2021. Studi ini bertujuan untuk melihat perubahan angka pneumonia setelah implementasi PCV dan menganalisis kemungkinan penyebab rendahnya cakupan PCV di Kabupaten Bogor. Studi ini merupakan studi deskrip:f dengan melakukan review data sistem informasi kesehatan ru:n Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor pada tahun 2018 sampai tahun 2023. Cause-Effect Analysis dengan menggunakan diagram Ishikawa dilakukan untuk menganalisis kemungkinan penyebab rendahnya cakupan PCV. Terjadi penurunan jumlah kasus pneumonia pada balita yang dilaporkan sejak 2018 hingga 2022, yaitu dari 6.664 kasus (1,2% dari total balita) pada 2018, 5.458 kasus (1,2%) pada 2019, 4.558 kasus (0,7%) pada 2020, 3.523 kasus (0,6%) pada 2021, dan 3.373 kasus (0,6%) pada 2022. Namun pada 2023, terjadi kenaikan kasus pneumonia yaitu menjadi 4.246 kasus yang dilaporkan (0,7%). Cakupan PCV di Kabupaten Bogor telah mengalami peningkatan dari sebesar 12,4% pada 2021, menjadi 17,1% pada 2022, dan 71,8% pada 2023. Namun cakupan ini masih di bawah target 100% pada tahun 2023. Walaupun terdapat indikasi penurunan jumlah kasus pneumonia pasca implementasi PCV, namun terjadi fluktuasi jumlah kasus sehingga perlu dilakukan peneli:an lebih lanjut menggunakan pendekatan studi anali:k. Kata Kunci: Pneumonia Balita, Analisis Cause-Effect, Kabupaten Bogor, Pneumococcal Conjugate Vaccine, PCV
LITERATURE REVIEW : PENGARUH INTERMITTENT FASTING TERHADAP PENURUNAN KADAR HBA1C PENDERITA DIABETES DI ASIA Frisdiana, Yopa; Anggondowati, Trisari
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.39598

Abstract

Diabetes merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi serius dan meningkatkan risiko kematian. Menurut International Diabetes Federation, 60% populasi diabetes global tinggal di wilayah Asia. Salah satu indikator penting dalam pengelolaan diabetes adalah kadar hemoglobin A1c (HbA1c), yang menggambarkan pengendalian glukosa darah. Intermittent fasting (IF) telah dipertimbangkan sebagai metode non-farmakologis untuk mengontrol kadar glukosa darah, namun efeknya pada penderita diabetes di wilayah Asia masih belum banyak dibahas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intermittent fasting terhadap penurunan kadar HbA1c pada penderita diabetes tipe 2 di wilayah Asia. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan literature review dengan memilih artikel yang dipublikasikan antara tahun 2018 hingga 2024. Penelusuran literatur dilakukan menggunakan database MEDLINE, CENTRAL, dan ProQuest, serta dengan hand search pada referensi artikel terkait. Kriteria inklusi melibatkan studi dengan populasi penderita diabetes tipe 2 di Asia yang menerapkan intermittent fasting. Artikel yang tidak memenuhi kriteria, seperti penelitian dengan subjek hewan, dikeluarkan dari analisis. Didapatkan 23 artikel dari tiga database yang ditelusuri. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi diperolah lima artikel ditambah dua artikel dari hand search. Tujuh artikel disertakan dalam analisis utama. Semua studi menunjukkan penurunan yang signifikan pada kadar HbA1c dan glukosa puasa pada penderita diabetes yang menjalani intervensi intermittent fasting. Intermittent fasting dapat menjadi alternatif pengobatan nonfarmakologis untuk menurunkan kadar HbA1c pada penderita diabetes tipe 2 di Asia. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat dampak jangka panjang dan kaitannya dengan penggunaan insulin pada pasien dengan durasi penyakit yang lebih lama.
PENGARUH ASUPAN VITAMIN A TERHADAP PENURUNAN GEJALA COMPUTER VISION SYNDROME : REVIEW LITERATUR Senduk, Fiolia Natazia; Anggondowati, Trisari
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.44131

Abstract

Computer Vision Syndrome (CVS), atau disebut juga dengan Digital Eye Strain, merupakan sekumpulan gejala gangguan visual yang diakibatkan oleh penggunaan komputer dan perangkat digital lainnya, seperti tablet dan smartphone, yang terlalu lama. Tingginya prevalensi CVS dan dampaknya pada penurunan produktivitas kerja masyarakat usia produktif menempatkan CVS sebagai masalah kesehatan kerja peringkat pertama pada era digital saat ini. Dengan semakin tingginya penggunaan perangkat digital yang meningkatkan risiko CVS, perlu diketahui strategi yang efektif untuk mengatasi gejala CVS. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melalui pemenuhan zat gizi yang penting untuk kesehatan mata. Studi ini bertujuan untuk mensintesa bukti mengenai pengaruh Vitamin A dalam mengurangi gejala CVS. Hasil studi ini diharapkan dapat memeningkatkan kesadaran masyarakat usia produktif mengenai pentingnya asupan vitamin A untuk mengurangi gejala CVS. Studi ini merupakan reviu literatur naratif, dengan melakukan penelusuran artikel ilmiah selama 10 tahun terakhir pada lima basis data, yaitu PubMed, Proquest, Cochrane, SicenceDirect, dan Scopus. Penelusuran artikel menggunakan beberapa kata kunci untuk mengidentifikasi studi tentang pengaruh vitamin A terhadap penurunan gejala CVS. Sebanyak empat studi yang disertakan dalam reviu. Hasil reviu menunjukkan bahwa asupan suplementasi karotenoid (provitamin A dan non-provitamin A), dapat menurunkan gejala CVS, baik gejala okular yang berkaitan langsung dengan mata seperti meredakan tegang mata, meningkatkan kelembapan mata, dan meningkatkan performa mata, maupun gejala ekstraokular, seperti penurunan sakit kepala dan peningkatan kualitas tidur. Asupan gizi yang baik untuk kesehatan mata, seperti vitamin A dan karotenoid non-provitamin A, berpengaruh terhadap penurunan gejala CVS.
REVIEW LITERATUR : HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN RESISTENSI INSULIN PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROM OVARIUM POLIKISTIK Kiasatina, Diraya Adani; Anggondowati, Trisari
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.44177

Abstract

Diabetes melitus (DM) tipe 2 menyumbang kematian terbanyak dari seluruh kasus DM di dunia. Obesitas yang merupakan faktor risiko signifikan karena menyebabkan resistensi insulin yang meningkatkan risiko DM tipe 2. Obesitas sentral merupakan prediktor yang lebih baik terhadap DM tipe 2 dibandingkan indeks massa tubuh (IMT). Perempuan dengan sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan populasi yang berisiko untuk mengalami DM tipe 2. Perempuan dengan SOPK lebih berisiko mengalami obesitas sentral, bahkan dengan IMT normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan obesitas sentral dengan DM Tipe 2 pada perempuan SOPK. Penelitian ini menggunakan pendekatan review literatur dengan database MEDLINE (PubMed) dan Scopus (ELSEVIER) dengan rentang tahun 2017-2025. Penelusuran menghasilkan 138 artikel dan 8 artikel disertakan dalam analisis utama. Parameter obesitas sentral dalam artikel yang dianalisis adalah lingkar perut (WC), waist-to-hip ratio (WHR), visceral adiposity index (VAI), lipid accumulation product (LAP), dan visceral adipose tissue/subcutaneous adipose tissue (VAT/SAT). Parameter resistensi insulin yang digunakan adalah HOMA-IR dan kadar insulin puasa. Parameter kadar glukosa abnormal yang digunakan adalah gula darah puasa (GDP), gula darah 2 jam postprandial (GD2PP), dan HbA1c. Seluruh studi menunjukkan korelasi obesitas sentral terhadap resistensi insulin dan kadar glukosa abnormal. Obesitas sentral terbukti sebagai prediktor terbaik untuk glukosa abnormal pada perempuan dengan SOPK. Perempuan dengan SOPK yang obesitas sentral namun IMT normal tetap berisiko terhadap resistensi insulin. Penggunaan parameter obesitas sentral untuk skrining DM tipe 2 pada perempuan dengan SOPK perlu dilakukan agar pencegahan lebih tepat sasaran.  
KARAKTERISTIK DAN HASIL PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS SELAMA DAN PASCA-PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA Pramesti, R. A. Della Patrisia; Anggondowati, Trisari
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.45611

Abstract

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) memberikan dampak yang besar di Indonesia, termasuk dalam pelayanan tuberkulosis (TBC). Di Indonesia, belum banyak penelitian sebelumnya yang melakukan analisis tingkat nasional terkait gambaran keberhasilan pengobatan TBC pada masa pandemi COVID-19. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis gambaran karakteristik pasien dan hasil akhir pengobatan TBC sensitif obat (SO) selama dan pasca-pandemi COVID-19 di Indonesia. Penelitian epidemiologi deskriptif ini melakukan analisis terhadap seluruh pasien didiagnosis positif TBC SO di Indonesia yang memulai pengobatan TBC pada tahun 2020-2023 dan dilaporkan melalui sistem informasi TBC (SITB) milik Kementerian Kesehatan RI. Tingkat keberhasilan pengobatan dari pasien yang memulai pengobatan tahun 2020-2022 adalah sebesar 88% sementara pada tahun 2023 sebesar 87%. Tingkat keberhasilan pengobatan TBC tertinggi berasal dari kelompok usia <15 tahun, perempuan, tes cepat molekuler (TCM) tidak diperiksa atau tidak diketahui, terkonfirmasi bakteriologis, pasien TBC paru, menerima OAT program dan dilakukan pemeriksaan pemantauan akhir pengobatan serta mendapatkan pengobatan di puskesmas dan klinik pemerintah, baik selama maupun pasca-pandemi COVID-19. Penelitian ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat banyak perbedaan gambaran karakteristik pasien dan belum terlihat peningkatan keberhasilan pengobatan TBC antara periode selama dan setelah pandemi COVID-19. Berbagai tantangan dalam pelayanan dan pencapaian keberhasilan pengobatan TBC yang teridentifikasi perlu dilakukan analisis lebih lanjut dan diintegrasikan dalam rencana mitigasi selanjutnya.
Efektivitas Program Fortifikasi Minyak Goreng dengan Vitamin A terhadap Status Gizi Anak Sekolah di Kota Makasar Achadi, Endang; Arifah, Siti; Muslimatun, Siti; Anggondowati, Trisari; Setiarini, Asih
Kesmas Vol. 4, No. 6
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia, kekurangan Vitamin A masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting seperti terlihat pada balita penderita vitamin A defisiensi subklinis yang tinggi (50%). Hal tersebut akan berpengaruh terhadap berbagai fungsi tubuh yang antara lain meliputi sistem imun, penglihatan, sistem reproduksi dan diferensiasi sel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi konsumsi minyak yang diperkaya vitamin A dalam memperbaiki status vitamin A dan hemoglobin balita. Penelitian dengan disain studi intervensi Before-After ini dilaksanakan pada anak sehat berusia 7-10 tahun yang diberi obat cacing sebelum intervensi dilakukan. Pengukuran serum retinol dan hemoglobin dilakukan sebelum dan 3 bulan setelah intervensi . Minyak yang difortifikasi vitamin A telah disediakan di warung/ toko di sekitar tempat tinggal responden. Untuk meningkatkan demand, penelitian ini dilengkapi dengan pendekatan pemasaran sosial yang dilakukan pihak lain. Secara umum tidak terlihat perubahan status gizi, tetapi prevalensi anemia turun dari 21,8% menjadi 11,6%. Sementara, prevalens vitamin A defisiensi ditemukan lebih rendah pada anak yang mengkonsumsi ³12 minggu (26,6%) daripada yang mengkonsumsi < 12 minggu (42%) . Hasil tersebut dapat dijadikan pertimbangan untuk merekomendasikan agar minyak difortifikasi vitamin A. Vitamin A deficiency (VAD) remains as one of significant public health problems in Indonesia. Around 50% of under five children are suffering from subclinical VAD. Deficiency of vitamin A will affect several important role in the body, such as immune system, vision, reproductive system and cell differentiation. Therefore, guarding Indonesian children to be free from VAD is crucial for their quality as Human Resources. We assessed the impact of the consumption of vitamin A fortified cooking oil on the improvement of vitamin A and hemoglobin status among school children in urban slum area in Makassar City. The study was an intervention design Before-After. Healthy school children 7-10 years were selected from schools and de-wormed before the intervention. Serum retinol and hemoglobin was measured at baseline and at 3 months after. Fortified oil was made available through distribution at shops and accompanied with social marketing. Eventhough overall there was no change in VAD prevalence, the VAD prevalence is lower among children who consumed fortified oil ³12 weeks (26.6%) compared to those who consumed <12 weeks (42%). Prevalence of anemia decreased from 21.8% to 11.6%. We recommended that fortified oil is made mandatory.
The Benefits of Diabetes Self Management Education (DSME) on Glycemic Control (HBA1C) Among Adult Type 2 Diabetes Mellitus Patients in Southeast Asia: A Systematic Review Febriani, Ba'da; Anggondowati, Trisari; Silalahi, Jessica Veronica; Fatimah, Fatimah; Nurhalimah, Nurhalimah; Audila, Hanna
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 7 No 4 (2025): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v7i4.6360

Abstract

The number of people with Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) in Southeast Asia ranks second highest compared to other regions in the world. Lifestyle modification is known to be significant in controlling glycemic control in T2DM patients. Diabetes Self-Management Education (DSME), which includes lifestyle changes such as diet modification and physical activity, has been implemented in healthcare facilities in Southeast Asian countries. Nevertheless, evidence on the advantage of DSME for patients with T2DM in Asia Tenggara remains limited. This systematic review aims to determine the benefits of DSME on glycemic control (HbA1c) among T2DM patients in Southeast Asia. This systematic review searched for relevant articles from three electronic databases, i.e., MEDLINE (PubMed), ProQuest, and Cochrane from 01 Januari 2013 until 30 December 2024. The inclusion criteria for this review are studies with a randomized controlled trial (RCT) design that evaluate the effect of DSME interventions on glycemic control (HbA1c) in patients with T2DM in Southeast Asian countries. Quality of the included studies were assessed using the Risk of Bias (RoB 2.0) Cochrane Methods Bias. A total of 474 studies were identified from the databases, of which six RCT met the inclusion criteria. The review results showed that patients who received at least 3 months of intervention with lifestyle change education, including both diet modification and physical activity, showed a significant reduction in HbA1c. Educational interventions focusing on self-efficacy, particularly in diet modification, effectively reduced HbA1c by 1.1% after 3 months. The benefit of DSME on reduction of HbA1c varied across the different type of interventions. DSME leads to positive effect on glycemic control among patients with T2DM. The diversity of DSME highlights the need for further evaluation of the impact of different types of DSME on the effectivseness of education in achieving long-term HbA1c reduction. PROSPERO registration number: CRD42025634450.
AUTOKORELASI SPASIAL PREVALENSI BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR TAHUN 2022 Hariastuti, Dwi Ristiani; Anggondowati, Trisari; Makful, Martya Rahmaniati
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 12, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmki.12.1.2024.45-59

Abstract

Latar Belakang: Secara global, berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Prevalensi BBLR di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 3,3%, dimana prevalensi BBLR di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur melebihi prevalensi di Indonesia (5,1% di Jawa Tengah dan 4,1% di Jawa Timur). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar wilayah di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur berdasarkan prevalensi BBLR pada tahun 2022. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis spasial dengan jenis penelitian observasional, dimana unit analisisnya adalah kabupaten/kota. dan kota di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan menggunakan data sekunder. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa secara global terdapat autokorelasi spasial positif dengan pola sebaran spasial mengelompok berdasarkan prevalensi BBLR (I = 0,224) dan secara lokal terdapat autokorelasi antara kabupaten/kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur berdasarkan prevalensi BBLR (E(I) = - 0 ,0139). Kesimpulan: Intervensi program menurunkan prevalensi BBLR menyasar daerah hotspot yaitu Kabupaten Banjarnegara, Kebumen, Purbalingga, dan Wonosobo (Jawa Tengah) serta Kabupaten Probolinggo (Jawa Timur). Namun perlu juga adanya intervensi terhadap wilayah sekitar (tetangga).
Hubungan Riwayat Komplikasi Kehamilan dengan Kejadian Perdarahan Pasca Salin di Indonesia (Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017) Dewiyana, Dewiyana; Anggondowati, Trisari
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol. 8, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perdarahan Pasca Salin (PPS) merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu secara global dan di Indonesia. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, masalah kesehatan terbesar yang dikhawatirkan oleh para ibu yang dapat membahayakan seorang wanita ketika melahirkan adalah ibu mengalami PPS (28%). Memprediksi risiko PPS adalah bagian penting dari skrining prenatal dan penilaian pada kehamilan dan persalinan sangat bergantung pada akurasi riwayat kehamilan. Studi cross-sectional ini bertujuan mengetahui hubungan antara riwayat komplikasi kehamilan dengan perdarahan pasca salin di Indonesia menggunakan SDKI 2017. Responden adalah Wanita Usia Subur (WUS) 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir secara per vaginam sebelum wawancara SDKI 2017 dan memiliki catatan kehamilan lengkap. Model regresi logistik digunakan dalam analisis. Variabel dependen adalah perdarahan pasca salin, variabel independen adalah riwayat komplikasi kehamilan, variabel kovariat adalah faktor sosio-demografi ibu (usia ibu saat melahirkan, pendidikan, status ekonomi, tempat tinggal), faktor riwayat reproduksi (paritas dan kehamilan kembar), kunjungan ANC, konsumsi tablet tambah darah, dan faktor pelayanan kesehatan (penolong persalinan dan tempat persalinan). Diantara 12.470, sebanyak 809 (6,5%) responden mengalami perdarahan pasca salin dan sebanyak 1.793 (14,4%) responden mempunyai riwayat komplikasi kehamilan. Adapun jenis komplikasi yang dialami adalah perdarahan (4,1%), preeklampsia (3,5%), hiperemesis gravidarum (3,5%), ketuban pecah dini (1,5%), infeksi (1%)dan komplikasi lainnya (5,7%). Ibu dengan riwayat komplikasi kehamilan 2,61 kali lebih besar meningkatkan risiko perdarahan pasca salin (aPR= 2,61; 95% CI: 2,22-3,07). Penelitian ini membuktikan pentingnya riwayat komplikasi kehamilan dalam memprediksi kejadian perdarahan pasca salin. Salah satu strategi untuk menurunkan kejadian perdarahan pasca salin adalah memperkecil kemungkinan ibu hamil mengalami komplikasi dalam kehamilan. Penguatan skrining riwayat komplikasi dapat membantu tenaga kesehatan mengidentifikasi ibu hamil yang berisiko lebih tinggi mengalami perdarahan pasca salin. Kemudian, dengan konseling yang kuat untuk memastikan ibu hamil mengetahui risiko dan bagaimana mendapatkan pertolongan ketika tanda bahaya terjadi, diharapkan dapat mengurangi akibat fatal bagi ibu dan bayi.