Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Psikostudia : Jurnal Psikologi

The Illegal Racing Community Phenomenon: A Case Study of the Meaning of Toxic Masculinity Behavior in Krian Murni Widi Astutik; Ramon Ananda Paryontri
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 11, No 2 (2022): Volume 11, Issue 2, June 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v11i2.7528

Abstract

Often illegal racing activities are considered as meaningless activities and cause negative impacts by the wider community, but this actually creates a positive side for the perpetrators. This study aims to see how toxic masculinity behaves and what are the benefits to the wild racing community. The method used is a qualitative research method with a case study approach, with analysis using coding techniques. The subject of this study used 4 participants, namely the four participants were perpetrators of illegal racing in the Krian area and supported by 4 participants as significant others. Based on the results of the analysis of the four participants, it shows that the behavior of toxic masculinity arises due to the masculine factors possessed by the perpetrators. Toxic masculinity behavior is indicated by the presence of self-esteem, self-actualization, and affiliation. Self-esteem is shown because participants feel they have courage and feel disapproving when they are insulted by others. Self-actualization is indicated by the emergence of potentials that arise when participants take part in wild racing. Affiliates appear with behavior that supports each other, becomes a support system, and motivates each other. These three behaviors arise because they are influenced by self, family, social and economic factors. Seringkali kegiatan balap liar dianggap sebagai kegiatan tidak bermakna dan menimbulkan dampak negatif oleh masyarakat luas, namun hal ini justru menimbukan sisi positif bagi para pelakunya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perilaku toxic masculinity dan apa manfaat pada komunitas balap liar. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dengan analisis menggunakan teknik koding. Subjek penelitian ini menggunakan 4 partisipan, yaitu keempat partsipan tersebut adalah pelaku balap liar di wilayah krian dan didikung oleh 4 partisipan sebagai significant others. Berdasarkan hasil analisis keempat partisipan menunjukkan bahwa perilaku toxic masculinity muncul dikarenakan adanya faktor maskulin yang dimiliki oleh para pelaku. Perilaku toxic masculinity ditunjukkan dengan adanya self-esteem, aktualisasi diri, dan afiliasi. Harga diri dutunjukkan karena partisipan merasa memiliki keberanian dan merasa tidak terima ketika dirinya dihina oleh orang lain. Aktualisasi diri ditunjukkan dengan munculnya potensi-potensi yang muncul ketika partisipan mengikuti balap liar. Afiliasi muncul dengan perilaku yang saling mendukung, menjadi support system, dan saling memotivasi antara satu dengan yang lainnya. Ketiga perilaku tersebut muncul karena dipengaruhi oleh faktor diri sendiri, keluarga, lingkungan sosial, serta ekonomi.
An Overview of K-Pop Lovers' Self-Control in Purchasing K-Pop Merchandise Putri, Kharisma Dika Aqida; Paryontri, Ramon Ananda
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 13, No 3 (2024): Volume 13, Issue 3, September 2024
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v13i3.15616

Abstract

The increasing spread of the Kpop industry today has made many phenomena from various groups of fans, some of the problems that often arise are impulsive purchases of Kpop merch related to idols, the purpose of this study is to find out the picture of self-control in the purchase of kpop merch owned by 2 K-Pop fans with early adulthood who live in Sidoarjo,  The method used in this study is a qualitative method with a phenomenological approach, using unstructured interviews that are open and very flexible. The analysis technique uses thematic analysis techniques in the form of coding, the method used to test the validity of the data in this study uses data triangulation and observational observations. The results of this study show an overview of aggressive behavior, fanaticism, hedonism, exceeding the budget limit set by oneself, long time memory as an influence on purchases, flexing, and social support. However, behind this behavior, there is still a process of self-control carried out by the subject such as limiting purchases, waiting for the next month to buy, buying pre-order to save, realizing oneself because it is just a desire, not tampering with damaged goods, hiding the device used to buy merchandise.Semakin menyebarnya industri Kpop dewasa ini menjadikan banyaknya fenomena dari berbagai kalangan penggemar, beberapa masalah yang sering muncul yaitu pembelian impulsif pada merch Kpop yang berhubungan dengan idola, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran kontrol diri pada pembelian merch kpop yang dimiliki oleh 2 orang penggemar K-Pop dengan usia dewasa awal yang bertempat tinggal di Sidoarjo, metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dengan menggunakan wawancara tidak terstruktur yang bersifat terbuka dan sangat fleksibel. Teknik analisa menggunakan teknik analisis tematik yang berbentuk coding, Metode yang digunakan untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data dan juga perpanjagan pengamatan. Hasil penelitian ini menunjukan gambaran bahwa adanya perilaku agresif, fanatisme, hedonisme, melebihi batas anggaran yang ditetapkan olleh dirinya sendiri, long time memory sebagai pengaruh pembelian, flexing, dan dukungan sosial. Namun dibalik adanya perilaku tersebut masih adanya proses kontrol diri yang dilakukan oleh subjek seperti membatasi pembelian, menunggu bulan depan untuk membeli, membeli secara pre-order untuk menghemat, menyadarkan diri karena itu hanya keinginan, tidak mengotak-atik yang rusak, menyembunyikan perangkat yang digunakan untuk membeli merchandise.