Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pengaruh Kelembaban Adherend pada Durabilitas Perbaikan Komposit Masri Masri; Sugiman Sugiman
Jurnal Teknik Mesin (Sinta 3) Vol. 8 No. 2 (2006): OCTOBER 2006
Publisher : Institute of Research and Community Outreach, Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In this paper, the effect of moisture on the durability of composite repair is investigated using fracture mechanics approach. The specimens of double cantilever beam were made from two composites adherend (fiberglass/unsaturated polyester) bonded by epoxy adhesives. The adherend were immersed in the distillate water to gain moisture and then dried in different drying conditions at room temperature (RT) for 12 hours followed by 100 oC for 15 minutes, 50 oC for 5 hours and 100 oC for 2.5 hours. The spesimen was wedged tested in both dry and wet condition in room temperature. The results show that the lower moisture about 2.8%wt according to drying temperature 100 oC give the better durability followed by drying temperature of 50 oC and room temperature. The indication is shown by stable crack growth at higher fracture energy and also by low crack speed at higher fracture energy. Whereas, for wet testing, the better result is reached by drying temperature of 50 oC (moisture contents of 4,4 %wt) and for dry temperature of 100 oC give the worst result. The contradiction suggested that drying temperature for adherend of composite repair should not higher than 100 oC. Abstract in Bahasa Indonesia : Dalam paper ini pengaruh kelembaban pada perbaikan durabilitas komposit fiberglass/polyester telah diselidiki dengan pendekatan fracture mechanics. Spesimen berupa Double Cantilever Beam yang terbuat dari dua adherend komposit fiberglass/polyester yang direkatkan dengan perekat epoxy. Adherend direndam dalam air distilat untuk memperoleh kelembaban dan kemudian dikeringkan dengan beberapa suhu pengeringan, yaitu suhu kamar selama 12 jam diikuti dengan 100 oC selama 15 menit, 50 oC selama 5 jam dan 100 oC selama 2,5 jam. Spesimen diuji baji pada kondisi kering (lingkungan udara) dan kondisi basah (lingkungan air). Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk pengujian kering, kelembaban yang rendah sesuai dengan suhu pengeringan 100 oC memberikan durabilitas yang lebih baik diikuti dengan suhu pengeringan 50 oC dan kemudian pada suhu kamar. Hal tersebut ditunjukkan dengan energi patah yang relatif cukup tinggi dan juga kecepatan retak yang rendah pada energi patah tinggi. Sedangkan pada pengujian basah, hasil yang lebih baik diperoleh pada suhu pengeringan 50 oC (kelembaban 4,4%) dan suhu pengeringan 100 oC memberikan hasil yang terendah. Hal ini menyarankan bahwa suhu pengeringan seharusnya tidak pada atau lebih tinggi dari 100 oC untuk kondisi lingkungan basah. Kata kunci: Perbaikan, kelembaban, pengeringan, double cantilever beam, uji baji, durabilitas.
Pelapisan Calsium Carbida Permukaan Baja Karbon Rendah Dengan Pack Carburizing Energizer Serbuk Cangkang Kerang Mutiara Sujita Darmo; Sugiman Sugiman; Salman Salman; Agus Dwi Catur; Paryanto Dwi Setyawan
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT) Vol 6 No 2 (2020): Juli-Desember
Publisher : Department of Physics Education, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpft.v6i2.2073

Abstract

The research was conducted at the Laboratory of Material Mechanics, Department of Mechanical Engineering, Mataram University. The purpose of this research   determined  the effect of the Pack Carburizing  parameters (temperature, soakin  time and carburizer media composition) on the thickness  of calsium carbida layer  (CaC), which is formed on the surface of low carbon steel. The thickness of the calcium carbonate layer affects the surface hardness number  of low carbon steel. This research used low carbon steel  grade SS400 as the specimen. Carburizer media is a mixture of corncob charcoal powder and Pinctada maxima shells  powder (PMSP).  Packs Carburizing was carried out at various temperatures: 875 0C, 900 0C, soaking  time: 1,2,3 hours and the percentage of PMSP on the carburizer media: 10%, 20%, 30%. The results of the research show that the temperature carburizing , soaking time and the addition of PMSP  affect the thickness of the calcium carbide layer on the surface of SS400 steel which is subjected to pack carburizing process. This is indicated by an increase in the surface  hardness number of 421%, the wear resistance 62,2 %.  the thickness of the calcium carbide layer 1050 µm, the formation of pearlite structure, at the carburizing temperature of 900 0C,  soaking time 3 hours and 30% addition of PMSP.
ALAT PEMOLES SISTEM INNER CUTTER UNTUK MEMBANTU KELOMPOK PENGRAJIN BATU AKIK DI LOMBOK BARAT Sultan Sultan; Sugiman Sugiman
Jurnal Abdi Insani Vol 4 No 1 (2017): Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan menjadi kendala pada industri pengrajin batu akik adalah proses pemolesan yang masih manual, sehingga kualitas dan kapasitas produk rendah. Selain grade yang dihasilkan mayoritas masih rendah, batu akik sering rusak/pecah akibat panas dari proses pemolesan, sehingga sangat diperlukan penerapan teknologi berupa alat Pemoles Sistem Inner Cutter. Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah membantu memecahkan masalah produksi dan manajemen industri, sehingga kelompok industri mitra lebih mandiri secara ekonomi. Target yang ingin dicapai adalah menerapkan Alat Pemoles Sistem Inner Cutter untuk kelompok industri pengrajin batu akik. Alat Pemoles Sistem Inner Cutter dibuat dengan desain sederhana, mudah pengoperasiannya dengan tujuan agar masyarakat industri pengrajin batu akik bisa mencontohnya. Metode pendekatan yang diterapkan untuk mengatasi masalah berkaitan dengan aspek produksi, dengan cara penerapan teknologi tepat guna berupa Alat Pemoles Sistem Inner Cutter. Bentuk poles inner cutter didesain sedemikian dengan menggunakan media pendingin sehingga jumlah batu akik yang pecah bisa dikurangi. Selanjutnya untuk mengatasi masalah manajemen, dilakukan dengan cara menerapkan system manajemen JUST-IN-TIME (JIT), yaitu suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal dalam suatu organisasi perusahaan. Sistem JIT diterapkan pada pengadaan barang bahan baku, sistem penjadwalan produksi dan juga belum dilakukan analisis biaya-volume- laba (CPV), serta analisis titik impas (BEP).
Penerapan Mesin Penyuling Pada Pengusaha Kayu Gaharu Agus Dwi Catur; Sugiman Sugiman; Nasmi Herlina Sari; Rudy Sutanto; I Kade Wiratama
JURNAL KARYA PENGABDIAN Vol 1, No 2 (2019): April, Jurnal Karya Pengabdian
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.495 KB)

Abstract

Kayu gaharu diperdagangan dengan harga jual yang tinggi terutama dengan kandungan minyak (resin) yang tinggi.   Untuk mendapatkan minyak dan senyawa aromatik yang terkandung di dalamnya, kayu gaharu diperlakukan dengan mengekstrak minyak terpisah dari kayu.  Mitra menanam gaharu sejak 15 tahun yang lalu, merawat dan berhasil melakukan inokulasi pada tanaman gaharu dan mulai memanen. Kayu gaharu yang telah dihasilkan mitra dijual ke pengepul yang kemudian dijual kembali kepada ahli penyulingan minyak di luar pulau.  Hal tersebut membuat harga jualnya sangat rendah.  Mitra mempunyai keinginan mengolah kayu gaharu menjadi minyak, namun mitra belum menguasai teknologi mengekstrak minyak dari kayu gaharu tersebut.  Atas situasi tersebut perlu dilakukan pola pemberian bantuan teknologi kepada mitra.  Tujuannya adalah agar nilai ekonomi gaharu meningkat dengan cara mengolah kayu gaharu menjadi minyak gaharu.Teknologi yang akan diterapkan adalah menggunakan teknik distilasi (penyulingan) dengan menggunakan media uap air jenuh.  Perancangan peralatan destilasi dilakukan dengan melibatkan mitra agar hasilnya sesuai dengan harapan mitra.  Pembuatan  peralatan destilasi dilakukan di Laboratorium Produksi Fakultas Teknik.  Training pengoperasian peralatan destilasi dilakukan kepada mitra agar mampu mengoperasikan alat dengan benar.  Cara merawat peralatan destilasi juga perlu diajarkan kepada mitra agar mesin lebih awet dan kalaupun ada kerusakan mitra dapat segera melakukan perbaikan.Program pengabdian ini berhasil membuat mesin penyuling yang digunakan oleh mitra untuk menyuling minyak gaharu.  Mesin yang dibuat mampu memisahkan gaharu dari kayunya dalam bentuk cairan coklat kehitaman.       Kegiatan pengabdian ini juga mampu melatih mitra untuk mengoperasikan dan merawat mesin penyuling minyak gaharu.
PENYULUHAN PERAWATAN MESIN PENGGILING PERAK DI JEN’S SILVER DUSUN AMPAN LOLAT DESA UNGGA PRAYA BARAT DAYA LOMBOK TENGAH. i dewa ketut okariawan; Yesung Allo Padang; Tri Rachmanto; Sugiman Sugiman; Salman Salman
JURNAL KARYA PENGABDIAN Vol 4, No 1 (2022): April, Jurnal Karya Pengabdian
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1661.246 KB)

Abstract

ABSTRAKDesa Ungga, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah, adalah salah satu sentra kerajinan perak. JEN’S Silver UKM yang bergerak dibidang kerajinan perak. Adapun permasalahan yang dihaapi oleh UKM yaitu ketidak pahaman mereka dalam pengoprasian dan perawatan mesin penggiling perak yang mereka miliki. Dengan adanya permasalahan ini maka perlu diadakan perbaikan sistem dan penyuluhan mengenai perawatan mesin penggiling perak di UKM tersebut. Adapun tahap pelaksannan kegiatan ini yaitu 1. perancangan dan pembuatan kontrol arah putaran mesin penggiling perak 2. Penyuluhan perawatan mesin penggiling perak dimana keberhasilannya dihitung dengan skala likert. Hasil yang didapat dari kegiatan ini adalah dengan sistem kontrol arah putaran mesin penggiling perak maka pengoprasiannya menjadi lebih mudah dan sangat aman. Dengan penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan mengenai komponen dan perawatan mesin yaitu paling tinggi terjadi pada point pelumas gemuk dan pemakaiannya adalah sebesar 60 % dan paling rendah terjadi pada point roll perak yaitu 20 %.Kata Kunci : Sitem konrol arah putaran, penyuluhan, skala likert ABSTRACTUngga Village, Southwest Praya District, Central Lombok, is one of the silver handicrafts. JEN’S Silver UKM which is engaged in silver handicrafts. The problems faced by UKM are their lack of understanding in the operation and maintenance of their silver rolling machines. With this problem, it is necessary to improve the system and provide counseling regarding the maintenance of silver rolling machines in these UKM. The stages of implementing this activity are 1. designing and making control of the direction of rotation of the silver rolling machine 2. Counseling on the maintenance of silver rolling machines where success is calculated with a Likert scale. The result of this activity is that by controlling the direction of rotation of the silver rolling machine, its operation becomes easier and very safe. With counseling there was an increase in knowledge about machine components and maintenance, the highest occurred at the point of grease lubricant and its use was 60% and the lowest occurred at the silver roll point, which was 20%.Keywords: rotation direction control system, counseling, Likert scale
DISEMINASI ALAT PENGIRAT BAMBU KE PENGRAJIN BAMBU DI DESA RADAMATA, SUMBA BARAT DAYA salman Salman; Sugiman Sugiman; Paryanto Dwi Setyawan; Sinarep Sinarep; I Made Adi Sayoga
Jurnal Bakti Nusa Vol. 4 No. 1 (2023): JURNAL BAKTI NUSA
Publisher : Jurusan Teknik Elektro Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/baktinusa.v4i1.97

Abstract

Pemanfaatan bambu seyogyanya menciptakan peluang nilai tambah yang lebih tinggi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Perlu dilakukan sinergitas program-program pemerintah lintas sektor untuk dapat mewujudkan pengembangan bambu yang terintegrasi sehingga menjadikan bambu sebagai penggerak ekonomi rakyat. Karena itulah dengan tujuan untuk mengoptimalkan potensi pengembangan pengolahan bambu di daerah tertinggal, maka tim pelaksana peningkatan kapasitas tenaga kerja non pertanian melakukan diseminasi alat pengirat bambu di di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.  Kegiatan diawali dengan pembuatan alat pengirat bambu melalui tahap perancangan sebelumnya dari tim LPPM Unram. Selanjutnya alat di-diseminasi ke pengrajin bambu di Sumba Barat Daya. Hasil dari kegiatan adalah adanya sikap antusiasme dari para pengrajin dan adanya alat pengirat bambu pada pengrajin setempat.