Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

KEDUDUKAN ANAK PEREMPUAN DALAM SISTEM PEWARISAN PADA ADAT ULUN LAMPUNG SAIBATIN DI KECAMATAN PESISIR TENGAH KABUPATEN PESISIR BARAT Bina Yusha; Risma Margaretha Sinaga; Sugeng Widodo
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 18, No 1 (2021): Socia: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/socia.v18i1.39763

Abstract

Ulun (orang) Lampung menganut sistem kekerabatan patrilineal, yakni menarik garis keturunan kebapakan, sangat mementingkan seorang anak laki-laki dalam anggota keluarganya sebagai penerus keturunan. Laki-laki dalam adat ulun Lampung Saibatin memiliki kedudukan yang tinggi dalam prihal penerimaan warisan dibandingkan dengan perempuan. Perempuan hanya sebagai pemelihara harta warisan dan tidak berhak memiliki. Dalam penelitian ini bertujuan untuk memaparkan kedudukan perempuan dan menjelaskan jenis harta warisan yang diperolehnya berdasarkan kedudukannya dalam sistem pewarisan adat ulun Lampung Saibatin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian etnografi dan menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan kedudukan anak perempuan dalam sistem pewarisan bukan sebagai ahli waris meskipun ia sebagai anak kandung, anak tiri, dan anak angkat serta sebagai waris balu (janda) dalam sebuah keluarga. Kedudukan bukan sebagai ahli waris ini berdampak pada jenis harta yang akan dimilikinya dan keturunannya kelak. Jenis harta materiil dan immaterill di peroleh anak perempuan jika ia memiliki gelar adat dalam masyarakat. Namun, harta yang diperoleh anak perempuan pada umumnya hanya mendapatkan harta berupa materiil saja dengan jenis harta bawaan. Kata Kunci : Kedudukan perempuan, Sistem perwarisan, Adat ulun Lampung SaibatinUlun (people) Lampung adhere to a patrilineal kinship system, which is to draw a fatherly lineage, attach great importance to a boy in a family member as a descendant. Men in the ulun Lampung Saibatin tradition have a higher position in terms of receiving inheritance compared to women. Women are only custodians of inheritance and have no right to own them. This study aims to describe the position of women and to explain the types of inheritance they receive based on their position in the ulun Lampung Saibatin customary inheritance system. This study uses a qualitative approach with ethnographic research type and uses the interactive model of Miles and Huberman. Data were collected through in-depth interviews and observations. The results showed that the position of girls in the inheritance system was not as heirs even though they were biological children, stepchildren, and adopted children as well as inheritors of a balu (widow) in a family. The position of not being an heir has an impact on the types of assets she will have and her future descendants. The type of material and immaterial assets is obtained by a girl if she has a customary title in the community. However, the assets obtained by girls generally only get material assets with the types of assets.Keywords: Position of women, Inheritance system, Traditional of Lampung Saibatin People 
PELATIHAN PEMANFAATAN PAGUYUBAN KELAS BAGI GURU-GURU DALAM PEMBELAJARAN DARING DI TK FRANSISKUS XAVERIUS BANDAR LAMPUNG Erimson Siregar; Nurain Suryadinata; Risma Margaretha Sinaga; Widyastuti Widyastuti
Ruang Pengabdian : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2022): RUANG PENGABDIAN
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of the impacts felt in the world of education by the COVID-19 virus pandemic is the cessation of the face-to-face teaching and learning process and being replacement by distance learning. Therefore, an effective communication model is needed so that teachers and students have the same perception of learning objectives through online materials and assignments given by teachers to kindergarten children through messages to parents. One of the models that can be used is the class association, which creates collaboration between parents, teachers, and students to be empowered to learn in dealing with emergencies due to covid 19. The method of implementing the service is carried out offline because there are only 7 participants. An introduction to the material, what and why class associations are, and how to use class associations in online learning during the COVID-19 pandemic. The AJEL (Active, Joyful, Effective Learning) principle was applied in the training. In its implementation, the instructor will act as a facilitator. The results of the process evaluation showed that the participants were very active and enthusiastic. The results of the comparison between the pretest and the posttest show that this training can increase the knowledge of teachers regarding classroom associations.Keywords: class associations; online learning; teacherAbstrakSalah satu dampak yang dirasakan dalam dunia pendidikan oleh pandemi virus covid-19 adalah terhentinya proses belajar mengajar secara tatap muka dan digantikan pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu diperlukan model komunikasi yang efektif agar antara guru dan siswa memiliki persepsi yang sama akan tujuan pembelajaran melalui materi dan tugas daring yang diberikan guru bagi anak-anak TK melalui pesan kepada orangtua. Salah satu model yang yang dapat dimanfaatkan adalah paguyuban kelas, sehingga tercipta kolaborasi orangtua, guru murid untuk berdaya belajar dalam menghadapi situasi darurat akibat covid 19. Metode pelaksanaan pengabdian dilakukan secara luring karena peserta hanya 7 orang. Pengenalan tentang materi, apa dan mengapa paguyuban kelas, dan bagaimana memanfaatkan paguyuban kelas dalam pembelajaran daring pada masa pandemic covid 19. Dalam pelatihan diterapkan prinsip AJEL (Active, Joyfull, Efective Learning). Dalam pelaksanaannya, instruktur akan berperan sebagai fasilitator. Hasil evaluasi proses menunjukkan bahwa peserta sangat aktif dan antusias. Hasil perbandingan antara pretes dan postes menunjukkan bahwa pelatihan ini dapat meningkatkan pengetahuan para guru terkait paguyuban kelas.DOI: https://doi.org/10.23960/rp/v2i1.hal.66-75
FLIPPED CLASSROOM: ALTERNATIF BELAJAR SOSIOLOGI PADA MASA PANDEMI COVID-19 Yuni Sudiasih; Trisnaningsih Trisnaningsih; Risma Margaretha Sinaga
CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENCE JOURNAL (CESSJ) Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/cessj.v3i1.1400

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alternatif pembelajaran Sosiologi dengan menerapkan flipped classroom pada masa pandemi Covid-19. Subjek pada penelitian deskriptif ini adalah proses pembelajaran Sosiologi di 12 kelas jurusan IPS SMAN 1 Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung. Data penelitian berupa proses pembelajaran Sosiologi pada masa pandemi diperoleh dengan teknik observasi diperkuat dengan wawancara terhadap guru Sosiologi di tempat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model flipped classroom dapat dijadikan alternatif belajar Sosiologi pada masa pandemi
OPTIMALISASI KLASIFIKASI KOLEKSI MUSEUM KEKHATUAN SEMAKA SEBAGAI SUMBER BELAJAR Risma Margaretha Sinaga; Sudjarwo; Muhammad Mona Adha
Jurnal Visipena Vol 12 No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LP2M) STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46244/visipena.v12i2.1653

Abstract

The purpose of this study is to provide a brief policy for the historical learning method on the theme of historical sources that provides a more meaningful learning experience for students. This research is based on field observations by looking at the reality that there are still problems in learning history in schools. Problems in learning history at school include the strong stigma attached to subjects that are full of rote, dry, and even boring. Plus other problems that exist in the learning process is still teacher-centered. The lack of innovation in learning history makes students finally lose their passion in learning history. The use of the museum as a learning resource in history learning and as an introduction effort related to the conservation of historical collection objects at the Semaka Kekhatuan Museum, is a form of effort in maintaining and conserving the collections at the Semaka Kekhatuan Museum so that it remains sustainable, and its existence is maintained other than as a tourism but as a source of learning that can be used for various purposes. The use of museums as a learning resource is actually able to provide a positive stimulus in history learning. This research uses qualitative method with descriptive research type. The components that are the focus of this research are: 1) Classification of the Kekhatuan Semaka Museum Collection which can be used as a learning resource, 2) Teachers' efforts in utilizing museum collections as a source of history learning, and 3) How are conservation efforts towards museum collections. Data collection techniques using observation techniques, interviews, and document data analysis. Based on the results and discussion, it can be concluded that the Kekhatuan Semaka Museum can be categorized as a source of history learning for students. Classification of collections into 9 types including geology, biology, ethnography, archeology, numismatics, philology, ceramics, fine arts and technology becomes an important learning point that can be associated with conservation efforts of historical heritage. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah memberikan brief policy (kebijakan singkat) bagi metode pembelajaran sejarah pada tema sumber sejarah yang memberikan pengalaman belajar peserta didik agar lebih bermakna. Penelitian ini didasarkan atas pengamatan dilapangan dengan melihat realita bahwa pembelajaran sejarah di sekolah masih ditemukan masalah. Permasalahan dalam pembelajaran sejarah di sekolah diantaranya masih tertanam kuatnya stigma tentang mata pelajaran yang penuh hafalan, kering, bahkan membosankan. Ditambah permasalahan lain yang ada dalam prosesnya pembelajaran masih berpusat pada guru. Minimnya inovasi dalam pembelajaran sejarah membuat siswa akhirnya kehilangan gairah dalam belajar sejarah. Pemanfaatan museum sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah dan sebagai upaya introduksi terkait upaya koservasi benda-benda koleksi sejarah di Museum Kekhatuan Semaka, adalah bentuk dari upaya dalam menjaga dan mengkonservasi benda-benda koleksi di Museum Kekhatuan Semaka agar tetap lestari, dan terawat eksistensinya selain sebagai pariwisata melainkan sebagai sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai keperluan. Pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sebetulnya mampu memberikan stimulus positif dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Komponen-komponen yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu: 1) Klasifikasi Koleksi Museum Kekhatuan Semaka yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, 2) Upaya guru dalam memanfaatkan koleksi museum sebagai sumber belajar sejarah, dan 3) Bagaimana upaya konservasi terhadap benda-benda koleksi museum. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan analisis data dokumen. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Museum Kekhatuan Semaka dapat dikategorikan sebagai sumber belajar sejarah bagi siswa. Pengklasifikasian koleksi menjadi 9 jenis diantaranya geologika, biologika, etnografika, arkeologika, numismatika, filologika, keramologika, senirupa dan teknologika menjadi poin penting pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan upaya konservasi peninggalan-peninggalan sejarah.
Eksistensi Tari Pagar Pengantin Pada Adat Masyarakat Palembang di Desa Suka Jaya Kabupaten Oku Selatan Mira Delviana; Risma Margaretha Sinaga; Marzius Insani
PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 8, No 1 (2020): PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah)
Publisher : FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Eksistensi Tari Pagar Pengantin Pada Adat Masyarakat Palembang di Desa Suka Jaya Kabupaten Oku Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksistensi tari pagar pengantin di desa Sukajaya kabupaten OKU Selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik utama pengumpulan data menggunakan Observasi, Dokumentasi, Kepustakaan dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif untuk memperoleh data yang bersifat menerangkan dalam bentuk uraian. Hasil penelitian mengenai Tari pagar pengantin masih eksis dimasyarakat tetapi cara penyajian dan pelaksanaannya sudah berbeda, hal tersebut dapat dilihat dari sejarah, fungsi dan bentuk penyajiannya. Adanya pergeseran fungsi dan makna dalam tari pagar pengantin masa kini maka munculnya kebudayaan yang modern dan praktis, sehingga masyarakat sekarang memilih hiburan dalam acara pernikahan yang bersifat modern dan praktis masyarakat yang dahulu menggunakan tari pagar pengantin disetiap acara pernikahan kini intesitas pertunjukan sudah menurun dan hanya orang-orang tertentu yang ingin menggunakan tari pagar pengantin yaitu masyarakat yang mempunyai ekonomi yang tinggi. Eksistensi tari pagar pengantin yaitu dahulu tari pagar pengantin diwajibkan dalam acara pernikahan di kabupaten OKU Selatan dan dianggap sakral karena tari pagar pengantin menyimbolkan kesucian sang pengantin perempuan. Kata Kunci: Eksistensi, Tari Pagar Pengantin
Pawukon Dalam Perhitungan Hari Baik Masyarakat Jawa Di Desa Tanjung Inten Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur laelatul janah; Risma Margaretha Sinaga; Yusuf Perdana
PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 8, No 1 (2020): PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah)
Publisher : FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pawukon Dalam Perhitungan Hari Baik Masyarakat Jawa Di Desa Tanjung Inten Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui cara menentukan pawukon dalam perhitungan hari baik masyarakat Jawa di Desa Tanjung Inten, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur. Pawukon sendiri merupakan salah satu petungan jawa yang digunakan masyarakat Jawa untuk menentukan hari yang di anggap baik dalam melakukan aktivitas-aktivitas sehari-hari. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Peneliti menggunakan teknik wawancara, teknik observasi, teknik dokumentsi, dan teknik kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini yaitu perhitungan pawukon digunakan di saat masyarakat Jawa Desa Tanjung Inten melakukan hajat perkawinan maupun aktivitas budaya lainnya seperti membangun rumah dan bercocok tanam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan pawukon dilakukan oleh orang tua/sesepuh serta mengenai perhitungan pawukon masyarakat Jawa di Desa Tanjung Inten memiliki pandangan berbeda-beda. Kata Kunci: Pawukon¸ Perhitungan, Hari baik.
Tradisi Nayuh Perkawinan Adat Dalam Metakognisi Masyarakat Saibatin di Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Siti Rohmayani; Risma Margaretha Sinaga; Marzius Insani
PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 8, No 1 (2020): PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah)
Publisher : FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tradisi Nayuh Perkawinan Adat Dalam Metakognisi Masyarakat Saibatin di Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Pelaksanana perkawinan adat bagi masyarakat Saibatin dikenal sebagai tradisi Nayuh yang diselenggarakan secara besar dengan biaya yang besar pula. Masyarakat beranggapan bahwa tradisi Nayuh hanya dapat dilaksanan oleh seorang penyimbang dan tidak dapat dilaksanakan oleh non penyimbang, namun dari pengetahuan metakognisi masyarakat mengenai tradisi Nayuh beberapa masyarakat Saibatin beranggapan dengan perkembangan jaman non penyimbang juga dapat melaksanakan tradisi Nayuh. Adapun tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui metakognisi masyarakat Lampung Saibatin terhadap tradisi Nayuh dalam perkawinan adat di Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Metode yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan informan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian mengenai metakognisi masyarakat Saibatin terhadap tradisi Nayuh seorang penyimbang dan non Penyimbang memiliki perbedaan diantaranyanya adalah bagi seorang Penyimbang adalah suatu keharusan atau kewajiban bagi seorang penyimbang dengan segala perlengkapan, peralatan yang lengkap dan waktu yang lama. Bagi non penyimbang tradisi Nayuh dapat dilakukan jika dia mampu dan setiap perlengkapan dan peralatan adat akan berbeda dan waktu terbilang cukup cepat. Dengan perkembangan jaman masyarakat non penyimbang dapat melaksanakan tradisi Nayuh karena pada masa saat masyarakat mampu mengeluarkan biaya besar untuk pelaksanaan tradisi Nayuh. Penyebutan tradisi Nayuh sendiri berubah menjadi hajat. Makna prosesi Nayuh yang dilaksanakan oleh Penyimbang dan non penyimbang pada dasarnya sama saja tidak ada perbedaan sebagai rasa syukur terhadap sang Pencipta, keberlanjutan suatu kepemimpinan dan sebagai pemberitahuan kepada masyarakat. Kata Kunci : metakognisi, perkawinan adat, tradisi Nayuh
Banten Dalam Masa Blokade Ekonomi Pada Tahun 1945-1949 Resta Octavia; Risma Margaretha Sinaga; Yusuf Perdana
PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 8, No 1 (2020): PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah)
Publisher : FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banten Dalam Masa Blokade Ekonomi Pada Tahun 1945-1949. Blokade yang dilakukan Belanda pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia diwilayah Indonesia, Banten mengalami kemunduran yang signifikan. Belanda melakukan blokade yang menyebabkan Banten Lemah dan terjadi perubahan dalam sektor sosial, ekonomi, dan milter di wilayah Banten. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui kondisi Banten dalam masa blokade ekonomi dan mengetahui upaya Pemerintah mempertahankan Banten dalam masa blokade ekonomi pada tahun 1945- 1949. Metode yang digunakan dalam penelitian ialah Historis dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan, dokumentasi, wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi masyarakat Banten dalam menghadapi blokade Belanda mengalami kekurangan baik dari segi kebutuhan makanan, pakaian, dan obat-obatan, meskipun diblokade oleh Belanda masyarakat Banten masih bisa survaive dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada demi mempertahankan hidup dengan kondisi yang serba kekurangan tersebut. Keberhasilan masyarakat Banten dalam menghadapi blokade ekonomi Belanda tidak luput dari upaya pemerintah dengan diperbolehkan Banten mencetak Uang Republik Indonesia Daerah Banten, Membangun kesehatan brigade, menjaga keamanan dan mempertahankan Banten hingga Banten diakui kedaulatannya. Kata Kunci: Blokade, Belanda, Banten, Ekonomi
"Tradisi Sedaduwaian" : Budaya Pernikahan Tradisional Saibatin Lampung Sugeng Widodo; Suci Rahayu Idayati; Risma Margaretha Sinaga; Muhammad Mona Adha; Ahmad Nubli Gadeng
JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Vol 10, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jpg.v10i1.15276

Abstract

Indonesia sebagai negara multikultural yang memiliki berbagai keunikan tradisi dilakukan seperti tradisi perkawinan pada masyarakat Lampung, salah satu tradisi tersebut seperti Tradisi Sedaduwaian. Tujuan penelitian ini meliputi (1) Pelaksanaan Tradisi Sedaduwaian; (2) Nilai-nilai dalam Tradisi Sedaduwaian. Metode yang digunakan penelitian etnografi dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis berupa deskriptif. Hasil penelitian berupa (1) Pelaksanaan tradisi Sedaduwaian memiliki bentuk nayuh balak dan bedu’a di lamban sedangkan tahapan-tahapan meliputi khegah jak lamban, jalan beriringan menuju anak sungai atau sumber mata air, melaksanakan sasikok sedaduwaian, ngilik apui atau menginjak bara api, menanam kumbang kebayan, mencuci peralatan dan menanam kumbang kebaya. (2) Tradisi Sedaduwaian memiliki kesan yang bernilai seperti moral, kehidupan, sosial dan intelektual.
PELATIHAN PEMBUATAN NASKAH DOKUMENTASI KOLEKSI MUSEUM KEKHATUAN SEMAKA DI KABUPATEN TANGGAMUS Risma Margaretha Sinaga; Sujarwo Sujarwo; Pargito Pargito; Trisnaningsih Trisnaningsih
Jurnal Pengabdian Sosial Indonesia Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Pengabdian Sosial Indonesia (JPSI)
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.198 KB)

Abstract

Museum merupakan pustaka yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa, dan sebagai tempat sumber studi ataupun penelitian. Salah satu museum yang bersifat kedaerahan adalah Museum Kekhatuan Semaka yang berada di Kabupaten Tanggamus. Fakta Museum Kekhatuan Semaka dilapangan menunjukan bahwa bahwa  benda-benda peninggalan sejarah masyarakat yang berada di museum  belum terdokumentasikan dengan baik. Padahal di dalam museum tersebut telah terkoleksi ratusan benda warisan budaya dan sejarah peninggalan masa lalu. Informasi tentang koleksi benda Museum Kekhatuan Semaka hanya diperoleh secara oral dari pemiliknya atau pengelola, hal inilah menjadi kekhawatiran akan kelestarian koleksi di masa depan. Karena itu pelatihan tentang pembuatan naskah dokumentasi koleksi dan informasi benda-benda yang terdapat di museum Semakha menjadi sangat penting.  Diharapakan melalui pendokumentasian yang baik, Museum Kekhatuan Semaka dapat menjadi sumber sejarah lokal dan destinasi objek wisata sejarah.Kata kunci: Informasi, Koleksi, Museum Kekhatuan Semaka, Naskah Dokumentasi.Doi: https://dx.doi.org/10.23960/JPSI/v1i1.1-9