Inggar Septhia Irawati
Departemen Teknik Sipil Dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika 2 Yogyakarta, Indonesia

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

ANALISIS REGANGAN BAJA TULANGAN PADA STRUKTUR PILE CAP EMPAT TIANG METODE STRUT AND TIE MODEL Sukarman Sukarman; Djoko Sulistyo; Inggar Septhia Irawati
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 15, No 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (937.28 KB) | DOI: 10.21831/inersia.v15i2.28624

Abstract

 ABSTRACTPile cap is one of the many types of structures that are entirely Disturbed-region. The structure undergoes a non-linear strain because it was meeting point of the pile and column with centralized forces. In addition, geometry changes occur at the meeting between the column, pile cap, and pile, so the Bernoulli concept is no longer suitable for this condition. Pile cap testing consists of two groups of specimens and each group consists of three specimens. The first group was designed using the STM method (SNI 2847: 2013 Appendix A) and the second group was designed using conventional methods (SNI 2847: 2013 Article 15). Loading is the application of a centralized static load that is channeled through a centric column until the pile cap structure has collapsed. The results show that: (1) The flexural reinforcement which experiences the first yield condition both on the pile cap testing of the STM method and in the conventional method was the X direction flexural reinforcement (outsidest flexural reinforcement). (2) The average strain of the yield conditions and load on the pile cap STM method were 2242 με and 528.97 kN, whereas the conventional method were 2436 με and 437.03 kN. (3) Increasing the load capacity of the yield conditions (Py) of the pile cap STM method and conventional method on the plan load (Pn) were 32.2% and 9.3%.Keywords: pile cap, four piles, Strut and Tie Model (STM)  ABSTRAK Pile cap merupakan salah satu dari jenis struktur yang sepenuhnya merupakan daerah terganggu (Disturbed-region). Struktur tersebut mengalami regangan non-linear karena merupakan titik pertemuan pile dan kolom dengan gaya-gaya terpusat. Selain itu, terjadi perubahan geometri pada pertemuan antara kolom, pile cap, dan pile, sehingga konsep Bernoulli tidak cocok lagi pada kondisi tersebut. Pengujian pile cap terdiri dari dua kelompok benda uji dan masing-masing kelompok terdiri dari tiga buah benda uji. Kelompok pertama dirancang menggunakan metode STM (SNI 2847:2013 Lampiran A) dan kelompok kedua dirancang menggunakan metode konvensional (SNI 2847:2013 Pasal 15). Pembebanan berupa penerapan beban statik terpusat yang disalurkan melalui kolom sentris sampai struktur pile cap mengalami keruntuhan. Hasil menunjukkan bahwa: (1) Tulangan lentur yang mengalami kondisi leleh terlebih dahulu baik pada pengujian benda uji pile cap metode STM maupun pada metode konvensional adalah tulangan lentur arah X (tulangan lentur terluar). (2) Rata-rata regangan kondisi leleh dan beban pada benda uji pile cap metode STM adalah 2242 με dan 528,97 kN, sedangkan pada metode konvensional adalah 2436 με dan 437,03 kN . (3) Peningkatan kapasitas beban kondisi leleh (Py) pada benda uji pile cap metode STM dan metode konvensional terhadap beban rencana (Pn) adalah 32,2 % dan 9,3 %. Kata kunci: pile cap, empat tiang, Strut-and-Tie Model (STM)
Pengaruh Variasi Penentuan Kerapatan Bambu Petung terhadap Nilai Modulus Elastisitas Dinamis Nurjanah Nurjanah; Ali Awaludin; Inggar Septhia Irawati
Jurnal Teknik Sipil Vol. 15 No. 1 (2018)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.974 KB) | DOI: 10.24002/jts.v15i1.3151

Abstract

ABSTRAK: Pengujian untuk mengetahui kekuatan dari suatu material sangat penting dilakukan. Pengujian yang sering dilakukan yaitu dengan menggunakan metode statis dan dinamis untuk mencari nilai modulus elastisitas. Sedangkan untuk mengetahui nilai modulus elastisitas dinamis maka nilai kerapatan bambu harus diperhitungkan. Namun, struktur anatomi bambu yang sangat bervariasi dari bagian pangkal sampai ke bagian ujung bamboo mempersulit dalam perhitungan kerapatan bambu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur nilai kerapatan bamboo dengan menggunakan metode ISO dan metode Archimedes dan melihat pengaruhnya terhadap perhitungan nilai Modulus Elastisitas Dinamis bambu Petung.
Study of Laminated Veneer Lumber (LVL) Sengon to Concrete Joint Using Two-Dimensional Numerical Simulation Urwatul Wusqo; Ali Awaludin; Angga Fajar Setiawan; Inggar Septhia Irawati
Journal of the Civil Engineering Forum Vol. 5 No. 3 (September 2019)
Publisher : Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Engineering, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.785 KB) | DOI: 10.22146/jcef.47694

Abstract

The connection system is a critical part of Timber – Concrete Composite (TCC) floor structures. The behaviour of the connection needs to be known to predict the behaviour of composite structure accurately. Screws are one kind of connector that mostly used in the composite structure due to its installation ease and high withdrawal strength. This study carried out a two-dimensional numerical simulation to examine the behaviour of LVL Sengon-concrete joint using OpenSees software. The lag screw used to connect LVL Sengon and concrete. In this simulation, the screw was assumed as a beam with hinges element that supported by a set of springs representing the strength of LVL Sengon and concrete. Some input parameters for this simulation were obtained from the material test and previous research. The effect of secondary axial force was considered into the load-displacement curve resulted from the numerical simulation.  This study performed several simulations towards the variation of the screw diameter, penetration depth, and concrete compressive strength. The capacity of the connections resulted from the numerical simulation were overestimates the manual calculation using EYM theory and NDS 2018 equations. The capacity of the connection increased about 146% to 284% due to the addition of secondary axial forces. In addition, this simulation can adequately predict the shear force, bending moment, and deformation of the screw. There is a plastic hinge formed in the screw after the screw being deformed a quite large.  It shows the same yield mode with the manual calculation using EYM theory and NDS 2018 equations. This simulation also can show the contribution of each spring elements to resist the load until its ultimate strength.
EVALUASI KEKUATAN SAMBUNGAN PADA BANGUNAN UTAMA MASJID AGUNG KRATON SURAKARTA Rima Wahyu Susilo; Ali Awaludin; Inggar Septhia Irawati
Jurnal Riset Rekayasa Sipil Vol 6, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Civil Engineering Study Program, Engineering Faculty Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.994 KB) | DOI: 10.20961/jrrs.v6i2.70772

Abstract

Masjid Agung Kraton Surakarta is located in the city of Surakarta, Central Java Province and is a National Cultural Heritage building. The mosque was built during the reign of Pakubuwana II in 1745 AD with a total area of 19,180 m2. The main building of the mosque measures 34.2 meters x 33.5 meters. The mosque is supported by 4 main pillars (Soko Guru) and 12 additional pillars (Soko Rawa) made of wood. Indonesia is located at the confluence of three major world plates that cause the Pacific earthquake line and the Asian earthquake line. This causes the probability of large earthquake waves, and the frequency of occurrence is quite frequent in Indonesia. According to SNI 1726-2019, houses of worship have a risk category 4, where the building must maintain the function of the building structure during an earthquake. One of the regulations for evaluating a building is SNI 1726-2019. In this study, a tenant mortise joint with a maximum moment of 7.2 kNm and a rotation of 0.124 rad was modeled on the main structure of the Surakarta Grand Kraton Mosque with SAP2000 software. The loading combination is based on SNI 1726 2019 with earthquake loads obtained from the rsa cipta karya site. Based on the structural analysis that has been carried out, the results show that the maximum moment that occurs in the connection is 0.5373 kNm which is located at joint 89 elements 161 and obtained a maximum deformation of 6.442 mm.
Analisis Sifat Mekanis dan Fisis Bambu Menggunakan Metode Destruktif Annisa Junaid; Inggar Septhia Irawati; Ali Awaludin
Jurnal Teknik Sipil MACCA Vol 7 No 1 (2022): Jurnal Teknik Sipil MACCA Februari 2022
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.459 KB) | DOI: 10.33096/jtsm.v7i1.540

Abstract

Peluang bambu sebagai bahan material yang bisa menjadi alternatif pengganti kayu karena mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus. Bambu dengan kualitas baik dapat diperoleh pada umur 3-5 tahun. Dengan sifat ini bambu dapat berperan dalam menjaga kestabilan lingkungan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis pada bambu. Pengujian dilakukan pada Bambu Petung (Dendrocalamus asper), Bambu Wulung (Gigantochloa atroviolacea), dan Bambu Apus (Giganthochloa apus), masing-masing sebanyak 12 batang yang dipilih acak di toko bambu. Pengujian lentur bambu (destruktif) dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM) untuk memperoleh nilai modulus elastisitas (MOE) dan modulus patah (MOR) bambu. Hasil yang diperoleh, modulus elastisitas (MOE) rata-rata dan kuat lentur patah (MOR) rata-rata seluruh bambu berturut-turut 17009 MPa dan 77 MPa. Hubungan modulus elastisitas statis (MOE) dan kuat lentur patah (MOR) menunjukkan korelasi yang baik, yaitu sebesar 0,6228. Sehingga nilai MOE dapat digunakan untuk memprediksi nilai MOR suatu bambu. Hasil kadar air diperoleh yaitu rata-rata 13,68%. Sedangkan berat jenis bambu rata-rata 656,03 kg/m3. Pada bambu jenis petung, kadar air lebih banyak dibanding bambu jenis apus dan wulung.
Studi Perbandingan Perilaku Lentur Balok Bambu Menggunakan Sifat Mekanik Yang Diperoleh Dengan Metode Rerata Dan Persentil Ke-5: Studi Kasus Bambu Wulung (Gigantochloa Atroviolacea) Inggar Septhia Irawati; Urwatul Wusqo
Jurnal Permukiman Vol 15 No 1 (2020)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2020.15.43-53

Abstract

Penggunaan bambu sebagai material konstruksi meningkat seiring dengan isu lingkungan yang semakin banyak dibahas. Namun demikian, tidak ada regulasi yang secara spesifik mengatur tentang desain konstruksi bambu di Indonesia. Penentuan sifat mekanik bambu di Indonesia kebanyakan masih diambil dari rata-rata hasil pengujian di laboratorium, sementara ISO 22156 mengatur penggunaan nilai persentil kelima dari hasil pengujian. Oleh karena itu, studi komparasi perilaku bambu yang nilai sifat mekanik dihitung menggunakan metode rata-rata dan persentil ke-5 hasil pengujian sangat penting untuk dilakukan karena akan meningkatkan perhatian dan pemahaman para perencana untuk menggunakan sifat mekanik dari persentil ke-5 hasil pengujian dalam perencanaan struktur bambu. Makalah ini menyajikan hasil studi komparasi perilaku lentur balok bambu yang sifat mekanik lentur, modulus elastisitas lentur dan modulus patah, dihitung menggunakan 3 metode yaitu metode rata-rata, metode persentil ke-5 ISO 22156, dan metode persentil ke-5 hubungan antara modulus elastisitas dan modulus lentur. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan modulus elastisitas dan modulus patah bambu yang didapatkan dari metode rata-rata hasil pengujian laboratorium tidak disarankan karena memberikan nilai kapasitas beban, baik pada beban maksimum maupun beban pada kondisi lendutan ijin, yang lebih tinggi dibandingkan data beban pada kedua kondisi yang diperoleh dari hasil pengujian lentur statik. Hal ini akan meningkatkan risiko kegagalan pada struktur bambu. Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa persyaratan kekakuan adalah faktor yang lebih menentukan pada perencanaan struktur balok bambu. Penggunaan  nilai modulus elastisitas dan modulus patah yang diperoleh dari metode ISO 22156 lebih direkomendasikan.
Analisis Kegagalan Poros Track Roller Bearing pada Mesin Pembelah Bambu Nareswari Novita Satiti; Radhian Krisnaputra; Sugiyanto Sugiyanto; Ignatius Aris Hendaryanto; Inggar Septhia Irawati; Suryo Darmo; Widia Setiawan
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 18, No 2 (2023): Volume 18, Nomor 2, Agustus 2023
Publisher : Mechanical Engineering Department - Semarang State Polytechnic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32497/jrm.v18i2.4334

Abstract

Splitting merupakan salah satu tahapan proses produksi bambu laminasi. Splitting dilakukan dengan mesin pembelah bambu untuk mengubah batang bambu menjadi bilah-bilah bambu. Dalam proses splitting, komponen booster bergerak maju-mundur di sepanjang rel untuk mendorong bambu yang terletak pada bagian penopang sampai ujung bambu bertumbukan dengan pisau pembelah sehingga batang bambu terbelah menjadi bilah-bilah (bamboo strips). Pada mesin pembelah bambu terdapat track roller bearing yang berfungsi sebagai guide roller. Salah satu komponen penting dalam rangkaian track roller bearing adalah poros. Kasus kegagalan komponen berupa patahnya poros track roller bearing telah dijumpai pada mesin pembelah bambu yang terdapat di sentra kerajinan bambu, Rosse Bambu Yogyakarta. Kerusakan komponen mesin tentu menghambat berjalannya proses produksi bambu laminasi, oleh sebab itu dilakukan analisis kegagalan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui faktor penyebab kegagalan yang dialami oleh poros track roller bearing pada mesin pembelah bambu sekaligus sebagai upaya antisipasi untuk menghindari terjadinya kasus kegagalan yang serupa. Analisis kegagalan dilakukan dengan melakukan pengujian komposisi kimia material dengan metode Atomic Emission Spectroscopy (AES), pengamatan visual dan pengamatan skala makro terhadap permukaan patahan yang terbentuk, pengujian metalografi untuk mengetahui struktur mikro material poros track roller bearing yang patah, dan pengujian kekerasan Vickers. Permukaan patahan poros tampak terang dan berbentuk granular menunjukkan karakteristik patah getas. Hasil analisis menunjukkan bahwa material poros terbuat dari baja karbon tinggi AISI 1080 yang telah menerima perlakuan quenching dengan nilai kekerasan material sebesar 311,59 HV sehingga material bersifat keras dan getas. Sifat tersebut mengakibatkan poros tidak mampu menahan beban kejut yang diterima saat proses pembelahan bambu berlangsung. Kesimpulan yang diperoleh yaitu kegagalan yang terjadi disebabkan oleh faktor pemilihan material dan perlakuan panas yang dilakukan tidak sesuai untuk aplikasi poros track roller bearing pada mesin pembelah bambu.
Analisis Pengaturan Inverter Terhadap Unjuk Kerja Mesin Planer Bambu V2 Dalam Menghasilkan Serutan Bambu Laminasi Silvano Virgio Prasta Prasta; Ignatius Aris Hendaryanto; Budi Basuki; Radhian Krisnaputra; Sugiyanto; Inggar Septhia Irawati
Infotekmesin Vol 15 No 1 (2024): Infotekmesin: Januari, 2024
Publisher : P3M Politeknik Negeri Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35970/infotekmesin.v15i1.2009

Abstract

Planer bamboo machine V2 is a machine used to flatten the top and bottom surfaces of bamboo slats. This machine was made to overcome problems with existing machines in the form and long times of drawstring. An inverter is added to set the rotational speed roller. This study analyzes the effect of a combination of the top and bottom cutting speeds on the rotation speed of roller whose rotation speed was set at frequencies of 10, 20, 30, 40, and 50 Hz. The purpose of the study is to determine the effect of inverter frequency settings on the results of bamboo drawstring. Based on the analysis performed, the appropriate combination for the performance planer bamboo machine is by setting the inverter frequency to 20 Hz with a production result in a day of 54,54 slats drawstring with long of slats 2 meters, with a total power consumption of 2,483 kWh in one hour.