Sumiyati Sumiyati
Program Studi Teknik Pertanian Dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Published : 31 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Analisis Iklim Mikro di Greenhouse dengan Atap Tipe Arch untuk Budidaya Bunga Krisan Potong Yohanes Setiyo; S Sumiyati; Ni Putu Yuliasih
Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno Vol 4 No 1 (2019)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JITPA.2019.v04.i01.p04

Abstract

Petani di Desa Candikuning membangun greenhouse untuk budidaya bunga krisan potong tanpa melakukan perhitungan teknis. Greenhouse tersebut dibangun berdasarkan pada ketersediaan bahan baku lokal, biaya tersedia dan topografi wilayah. Analisis iklim mikro pada greenhouse dengan atap tipe arch untuk optimasi kecepatan pertumbuhan dan kualitas bunga krisan yang dihasilkan menjadi obyek penelitian. Data-data yang dikumpulkan adalah: data iklim mikro (suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya), data pertumbuhan tanaman krisan (tinggi tanaman) dan data kualitas bunga (jumlah dan diameter bunga). Hasil penelitian terhadap intensitas cahaya rata-rata di greenhouse dengan tinggi atap 2,5 m, 3,0 m dan 3,5 m masing-masing adalah : 27.6 ± 5.5 k.lux, 27,5 ± 4,3 k.lux dan 29.5 ± 2,5 k.lux dengan suhu rata-rata adalah 21,1 ±0,2 oC, 27,5 ±0,17 oC dan 21,2 ±0,3 oC. Intensitas cahaya yang memasuki ruangan greenhouse sebesar 20 – 30 % dari intensitas cahaya yang mengenai atap bangunan. Kelembaban udara di ruang greenhouse tersebut masing-masing adalah 73,3 ± 0,5%, 77,5 ± 0,4 %, dan 86,3 ± 0,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah energi radiasi matahari yang diterima atap dan dinding greenhouse untuk menaikkan suhu ruangan dan intensitas cahaya dari greenhouse secara efektif untuk mendukung proses fotosintesis, sehingga tanaman berbunga pada ketinggian 70-80 cm dengan bunga pertama berdiameter rata-rata 7,5 ± 0,6 cm. Farmers in Candikuning Village built a greenhouse for chrysanthemum cut flowers cultivation without performing technical calculations. The greenhouse was built based on the availability of local raw materials, available costs, and regional topography. Micro-climate analysis on roof-type greenhouse with arch type to optimize the growth speed and quality of the chrysanthemum produced is the object of research. The data collected are microclimate data (temperature, humidity, and light intensity), data on the growth of chrysanthemum plants (plant height) and flower quality data (number and diameter of flowers). The results of the study on the average light intensity in greenhouses with roof height of 2.5 m, 3.0 m and 3.5 m respectively are: 27.6 ± 5.5 k.lux, 27.5 ± 4.3 k.lux and 29.5 ± 2.5 k.lux with an average temperature of 21.1 ± 0.2 oC, 27.5 ± 0.17 oC and 21.2 ± 0.3 oC. The intensity of the light entering the greenhouse room is 20-30% of the intensity of light that affects the roof of the building. The air humidity in the greenhouse space is 73.3 ± 0.5%, 77.5 ± 0.4%, and 86.3 ± 0.7%, respectively. This shows that the amount of solar radiation energy received by the roof and walls of the greenhouse to increase the room temperature and light intensity from the greenhouse effectively to support photosynthesis so that the plants flower at an altitude of 70-80 cm with the first flower with an average diameter of 7.5 ± 0.6 cm
Penggunaan Beaglebone Black untuk Monitoring Suhu, Kelembaban, dan Intensitas Cahaya dalam Greenhouse I Putu Gede Budisanjaya; Sumiyati Sumiyati
Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno Vol 2 No 2 (2017)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di negara tropis seperti Indonesia, rumah kaca sangat efektif digunakan untuk memberikan perlindungan yang baik terhadap tanaman dari kondisi lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman seperti suhu yang terlalu panas, kecepatan angin yang kencang, hujan, serta gangguan serangga. Dengan dilakukannya budidaya tanaman dalam greenhouse, maka kondisi-kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dapat dipantau dan diatur sesuai kebutuhan tanaman. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem monitoring suhu, kelembababan dan intensitas cahaya secara terus menerus dan real-time. Maka dari itu diperlukan penelitian tentang alat untuk monitoring suhu, kelembaban dan intensitas cahaya dengan menggunakan mini komputer Beaglebone Black Rev C yang mudah dalam pengembangan dan handal, sehingga bisa memonitor kondisi suhu, kelembaban dan intensitas cahaya secara terus menerus dan real time. Dengan sensor suhu dan kelembaban DHT22, BH1750 sebagai sensor cahaya. Data suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya akan dikirim ke email, disimpan dalam file CSV. User juga akan menerima alert jika suhu melebihi 34 oC. Setelah pengujian sensor, DHT22 memiliki error pengukuran suhu sebesar 1,999 ± 0,294 %, dan error sebesar 11,915 ±1,210% untuk pengukuran kelembaban. Sedangkan sensor BH1750 memiliki error yang rendah yaitu 0,577± 0,349 %.
Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air Irigasi dengan Aplikasi Jadual Tanam Secara “Nyorog” pada Subak I Wayan Tika; I. A. Bintang Madrini; Sumiyati .
Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno Vol 4 No 1 (2019)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JITPA.2019.v04.i01.p05

Abstract

Salah satu program penting dalam intensifikasi budidaya padi adalah pengelolaan air irigasi yang efisien. Pada subak di Bali pelaksanaan jadual tanam biasanya dilakukan secara serenpak sehingga terjadi puncak kebutuhan air yang tinggi. Akibatnya sangat berisiko terhadap kekurangan atau kelebihan air irigasai pada subak tersebut. Kondisi demikian menyebabkan efisiensi penggunaan air irigasi pada subak menjadi rendah. Salah satu solusi untuk meingkatkan efisiensi penggunaan air irigasi tersebut adalah dengan melakukan jadual tanam tidak serenpak yang pada subak dikenal dengan istilah nyorog. Dengan demikian perlu dikaji besarnya peningkatan efisiensi penggunaan air irigasi jika jadual tanam dilakukan secara nyorog Berdasarkan data yang telah dikompilasi diperoleh efisiensi penggunaan air irigasi yang dilakukan saat ini sebesar 76,52%. Saat ini pada obyek penelitian jadual tanam dibagi menjadi dua kelompok dengan beda jadual tanam antar kelompok tersebut sekitar satu bulan, dengan awal jadual tanam mulai Pebruari I. Jika dilakukan jadual tanam secara serempak pada Pebruari II diperoleh efisiensi penggunaan air irigasi sebesar 69,05%. Jika jadual tanam dilakukan secara nyorog dengan membagi subak menjadi empat kelompok dan setiap kelompok perbedaan jadual tanam sekitar setengah bulan serta awal jadual tanam pada Bulan Pebruari I maka diperoleh efisiensi penggunaan air irigasinya 86,52%. Dengan demikian jadual tanam secara nyorog dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi dari 69,05% menjadi 86,52%. One important program in the intensification of rice cultivation is efficient irrigation water management. In subak in Bali the planting schedule is usually carried out simultaneously so that there is a high peak of water demand. As a result, it is very risky for irrigation water shortages or excess in the subak. Such conditions cause the efficiency of the use of irrigation water in subak to be low. One solution to improve the efficiency of the use of irrigation water is by not planting simultaneously which are known as nyorog in subak. Thus, it is necessary to assess the magnitude of the increase in the efficiency of the use of irrigation water if the planting schedule is carried out in a systematic manner. Based on the data that has been compiled in Subak Guama the efficiency of the use of irrigation water is 76.52%. At present the object of the planting schedule is divided into two groups with different planting schedules between groups of about one month, with the start of the planting schedule starting in February I. If the planting schedule is simultaneously held in February II, the efficiency of irrigation water use is 69.05%. If the planting schedule is carried out systematically by dividing subak into four groups and each group different planting schedules of about half a month and the beginning of the planting schedule in February I, it is obtained that the water use efficiency of irrigation is 86.52%. Thus the planting schedule nyorog can increase the efficiency of irrigation water use through 69.05% to 86.52%.
Perancangan dan Aplikasi Alat Sistem Irigasi Otomatis pada Budidaya Paprika di Desa Candikuning I Wayan Tika; Putu Gede Budisanjaya; Sumiyati . Sumiyati
Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno Vol 1 No 2 (2016)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan pengabdian yang dilakukan pada salah satu kelompok petani hortikultura di DesaCandikuning menekankan pada upaya efisiensi penggunaan air irigasi pada demplot sistemirigasi dalam budidaya paprika dengan teknik otomatisasi. Disamping itu melalui kegiatanpengabdian ini diharapkan tersedia sumberdaya manusia yang mampu mengoperasikan danmengembangkan peralatan otomatisasi pemberian air irigasi pada sektor pertanian, khususnyabudidaya paprika. Untuk mencapai target luaran tersebut telah dilaksanakan pembuatan demplotdengan aplikasi alat otomatisasi pemberian air irigasi berbasis sistem operasi MikrontrolerAtmega 16. Untuk tersedianya sumberdaya manusia yang mampu menjalankan, memelihara,bahkan mengembangkan peralatan tersebut juga telah dilaksanakan kegiatan sosialisasi melaluipelatihan langsung kepada beberapa anggota kelompok tani sebagai mitra pengabdian. Service activities that conducted on horticultura farmer group in the Candikuning village moreemphasis on irrigation water use efficiency in irrigation system pilot project in the cultivation ofbell peppers through automation techniques. Through this activity is expected to be availablehuman resources who can operate and develop automation equipment provision of irrigationwater to the agricultural sector, especially the cultivation of peppers. To achieve the output targetshas been made of demonstration plots with application of irrigation water supply automation toolbased operating system Mikrontroler Atmega 16. For availability of human resources capable ofrunning, maintaining, and even develop such equipment has also been conducted socializationactivities through the direct delivery of the device to the operating system some members offarmers as partners devotion
Pendekatan Matematik Perpindahan Panas dan Perpindahan Massa untuk Penyimpanan Kentang Bibit (Solanum tuberosum L.) Sistem Para-Para dengan Dorongan Aliran Udara Ali Husyain Sakti; Yohanes Setiyo; Sumiyati Sumiyati
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 2 (2023): September
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2023.v11.i02.p24

Abstract

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu produk hortikultura dari kelompok tanaman sayuran umbi - umbian. Kentang varietas Granola berdasarkan morfologinya, Warna kulit kuning dengan bentuk umbinya lonjong atau oval. Penelitian dan dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji perpindahan panas dan perpindahan massa melalui pendekatan matematika. Alat penyimpanan bibit kentang sistem para – para dengan aliran udara paksa. Parameter yang diamati dalam penelitian terdiri dari suhu bahan, suhu udara dan kelembaban udara. Berdasarkan hasil pengamatan selama 63 hari, kenaikan kelembaban udara di masing – masing rak yang bervariasi antara, 0.306 – 0,636 uap air/kg udara, dengan penurunan kadar air 0,05% – 0,49%. Aliran udara secara paksa mencapai kecepatan, 0,73m/det – 2,16m/det. Berdasarkan analisis neraca massa, kelembaban udara relatif, 75,17% – 80,85%. Sedangkan pada neraca energi, panas relative, 798794.716wat/det - 2750968.703wat/det dan mampu menyediakan oksigen yang baik, dengan suhu berkisaran antara, 30,49ºC – 30,02ºC. Berdasarkan fenomena panas respirasi hasil perhitungan persamaan matematika, menunjukan tinggi rak mempengarui perpindahan panas yang dialami umbi kentang. Terlihat pada ketinggian rak ke- 3, jika diukur dari dasar rak memiliki tinggi 75cm, menunjukan panas, 529.8427936wat dengan perubahan panas relatif berkisar, 19.7wat/det – (-5.3wat/det). Sedangkan rak ke- 5, dengan tinggi rak 125cm, menunjukan panas, 523.8831259wat dengan perubahan panas relative berkisar, 16.8wat/det – (-4.8watt/det) pada rak- 5. Potatoes (Solanum tuberosum L.) are one of the horticultural products of the group of root vegetable crops - tubers. Potatoes varieties Granola by their morphology, yellow skin color with the shape of the tubers is oval. This research conducted with the aim of studying heat transfer and mass transfer through a mathematical approach. Potato seedling storage device para - para system with forced air flow. The parameters observed in the study consist of the temperature of the material, air temperature and air humidity. Based on the results of observations for 63 days, the increase in air humidity on each shelf varied between, 0.306 – 0.636 water vapor/kg of air, with a decrease in water content of 0.05% – 0.49%. The airflow forcibly reaches a speed, 0.73m/sec – 2.16m/sec. Based on the analysis of the mass balance, the relative air humidity, 75.17% – 80.85%. While on the energy balance, relative heat, 798794.716wat/det - 2750968.703wat/det and able to provide good oxygen, with temperatures ranging between, 30.49ºC - 30.02ºC. Based on the phenomenon of heat respiration, the results of mathematical equation calculations show that the height of the shelf affects the heat transfer experienced by potato tubers. Seen at the height of the 3rd shelf, when measured from the bottom of the rack has a height of 75cm, indicating heat, 529.8427936wat with relative heat changes ranging, 19.7wat/sec – (-5.3wat/sec). While the 5th shelf, with a shelf height of 125cm, shows heat, 523.8831259watt with a relatively ranged heat change, 16.8wat/sec – (-4.8wat/sec) on the shelf- 5.
Karakteristik Jenis Kemasan terhadap Mutu Kentang (Solanum tuberosum L.) Konsumsi selama Penyimpanan Suhu Dingin Pipit Safitri Ningsih; Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja; Sumiyati Sumiyati
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 2 (2023): September
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2023.v11.i02.p26

Abstract

Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis kemasan yang berbeda terhadap mutu kentang serta mengetahui jenis kemasan manakah yang menghasilkan kualitas kentang yang baik selama penyimpanan suhu dingin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor perlakuan yaitu kemasan dan waktu. Parameter yang diamati yaitu nilai susut bobot, tekstur, kadar gula, warna, laju pendinginan, tingkat kesegaran, dan kerusakan bahan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemasan polipropilen merupakan kemasan yang terbaik dengan nilai parameter bobot 0,05%, tekstur 65,7% N, kadar gula 8,50 Brix, warna (L 35,56; a 19,33; b 26,76), kesegaran bahan 10,50% kentang selama penyimpanan suhu dingin. Pengaruh kemasan plastik polipropilen dapat mempertahankan kesegaran kentang sampai hari ke-56 dibandingkan kentang yang dikemas dengan plastik polietilen. Abstract This study aims to find whether the use of different types of packaging can affect the quality of potatoes and to find out which types of packaging produce good-quality potatoes during cold storage. This study used a completely randomized design with one treatment factor, namely two different types of packaging. Parameters observed were weight loss, texture, sugar content, color, cooling rate, freshness level, and material damage. The results showed that polypropylene packaging was the best with a parameter value of weight loss of 0.05%, texture 65,7d, sugar content of 8.50 Brix, color (L 35.56, a 19.33, b 26.76), freshness level of 10.50? during cold storage. The effect of polypropylene plastic packaging can maintain the freshness of potatoes until the 56th day compared to potatoes packaged with polyethylene plastic.
Pengaruh Penggunaan Media Tanam Arang Sekam Terhadap Budidaya Kentang Bibit (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola Kelompok G0 Jarinsen Yanardo Purba; Yohanes Setiyo; Sumiyati Sumiyati
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 2 (2023): September
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2023.v11.i02.p22

Abstract

Abstrak Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan menanam kentang. Di Indonesia ketersediaan bibit kentang berkualitas sangat sedikit. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk (1) mengetahui komposisi media tanam arang sekam dan tanah terbaik dilihat dari sifat fisik media tanam dan (2) mengetahui media terbaik yang mampu memproduksi kentang bibit secara optimal dengan kualitas terbaik. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah komposisi media tanam yang terdiri dari 5 level, faktor kedua adalah waktu pengamatan yang terdiri dari 4 level. Lima level perlakuan budidaya terdiri dari arang sekam dan tanah, empat level pengamatan adalah 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu dan 8 minggu. arang sekam 100%, tanah 100%, arang sekam : tanah 50% : 50%, arang sekam : tanah 75% : 25%, dan arang sekam : tanah 25% : 75%. Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi porositas media tanam, pH dan electrical conductivity nutrisi, volume nutrisi terikat media tanam, perkembangan tanaman dan produktivitas. Dilihat dari sifat fisik, hasil penelitian menunjukkan media arang sekam 100% porositas terbaik 55,35%, dan nilai pH=6,7. Arang sekam : tanah 50% : 50% menghasilkan ketersediaan air bagi tanaman 22,04 % w.b, paling tinggi mengikat unsur hara dengan nilai 742 µS/cm, tinggi tanaman 74 cm, jumlah daun paling banyak 14 cabang daun, panjang akar ke bawah 63 cm, dan rata-rata jumlah umbi paling banyak 7 knol/tanaman. Perlakuan Arang sekam : tanah 50% : 50% merupakan yang terbaik mampu memproduksi kentang bibit dengan menghasilkan berat umbi 240 g/tanaman dan menghasilkan 29 umbi berukuran S dan M dari 40 umbi. Abstract Seeds are an important factor in the success of planting potatoes. In Indonesia, the availability of quality potato seeds is very small. The aims of this research were (1) to find out the best composition of the rice husk charcoal and soil planting medium in terms of the physical properties of the planting medium and (2) to find out the best media capable of optimally producing seed potatoes with the best quality. This study used a factorial design with two factors. The first factor is the composition of the planting medium which consists of 5 levels, the second factor is the observation time which consists of 4 levels. Five levels of cultivation treatment consisted of husk charcoal and soil, four levels of observation were 2 weeks, 4 weeks, 6 weeks and 8 weeks. husk charcoal 100%, soil 100%, husk charcoal: 50% soil: 50%, husk charcoal: 75% soil: 25%, and husk charcoal: 25% soil: 75%. The parameters observed in this study included the porosity of the planting medium, pH and electrical conductivity of nutrients, volume of nutrients bound to the growing media, plant development and productivity. Judging from the physical properties, the results showed that the media of 100% husk charcoal had the best porosity of 55.35%, and a pH value of 6.7. Husk charcoal: 50% soil: 50% yields water availability for plants 22.04% w.b, has the highest binding of nutrients with a value of 742 µS/cm, plant height 74 cm, maximum number of leaves 14 leaf branches, root length down 63 cm, and the average number of tubers is at most 7 knol/plant. Treatment of rice husk charcoal: soil 50% : 50% was the best capable of producing potato seeds by producing a tuber weight of 240 g/plant and producing 29 S and M sized tubers from 40 tubers.
Efisiensi Kinerja Traktor Singkal dan Traktor Rotari pada Pengolahan Tanah di Subak I Wayan Tika; Sumiyati Sumiyati; Ni Nyoman Sulastri; Ida Ayu Gede Bintang Madrini; Mentari Kinasih
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 1 (2023): April
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2023.v11.i01.p02

Abstract

Abstrak Sebelum petani Subak mengenal traktor, pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul atau bajak singkal yang ditarik oleh ternak. Pengolahan tanah dengan traktor yang dilengkapi dengan komplemen bajak singkal atau bajak rotari tidak dapat dihindari terjadinya kasus tumpang tindih (overlap) hasil pengolahan, sehingga hasil tanah olahan menjadi tidak efisien. Tumpang tindihnya hasil pengolahan tersebut terlihat dari perbedaan hasil tanah yang diolah. Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan kajian efisiensi pengolahan tanah pada Subak dengan menggunakan traktor singkal dan traktor rotari pada pengolahan tanah tahap pertama. Efisiensi kerja traktor diukur berdasarkan perbandingan antara kerja teoritis dan kerja riil. Kerja teoritis diukur berdasarkan lebar komplemen alat olah baik bajak singkal maupun rotary serta rata-rata kecepatan gerak maju traktor saat mengolah tanah. Kerja riil diukur berdasarkan hasil kerja secara nyata di lapangan yaitu luasan lahan yang berhasil diolah dalam rentang waktu tertentu. Data kerja riil juga dikonfirmasi berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa operator traktor. Dari hasil analisis data diperoleh efisiensi kerja traktor singkal sebesar 77,3% dan traktor rotari 55,2%. Abstract Before Subak farmers were familiar with tractors, land preparation was carried out using hoes or single-handed plows pulled by cattle. Land preparation with a tractor equipped with a complementary or rotary plow cannot be avoided in cases of overlap of processing results so that the processed soil results become inefficient. The overlapping results of the processing can be seen from the differences in the results of the processed soil. Based on these conditions, it is necessary to study the efficiency of tillage in Subak using single-axle tractors and rotary tractors in the first stage of tillage. Tractor work efficiency is measured based on a comparison between theoretical work and real work. Theoretical work is measured based on the width of the complement of the tiller, both short and rotary plows, and the average speed of the tractor's advance when cultivating the land. Real work is measured based on real work results in the field, namely the area of ??land that has been successfully processed within a certain time span. Real work data was also confirmed based on the results of discussions with several tractor operators. From the results of the data analysis, it was obtained that the work efficiency of the short tractor was 77.3% and that of the rotary tractor was 55.2%.
Analisis Iklim Mikro pada Budidaya Padi dengan Sistem Tanam Legowo Nyisip I Wayan Adiguna; I Wayan Tika; Sumiyati Sumiyati
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 8 No 1 (2020): April
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.393 KB) | DOI: 10.24843/JBETA.2020.v08.i01.p03

Abstract

This research was conducted to determine the effect of nyisip in raw of legowo planting system toward microclimate and paddy’s productivity of Cigeulis variety. This research using completely randomized design, with six treatments and 3 replications, they are: K0 (the treatment which appropriated to farmers custom), K1 (the treatment of legowo 2:1 nyisip), K2 (the treatment of legowo 3:1 nyisip), K3 (the treatment of legowo 4:1 nyisip), K4 (the treatment of legowo 5:1 nyisip) and K5 (the treatment of legowo 6:1 nyisip). The result of this research shown that the treatment of K1 got the higest intensity of sun shine at 23.817 lux and got the highest temperature at 27,20°C. The treatment of K0 has the highest relativity humudity at 79,30%. The treatment of K5 is the highest productivity per area at 6,06 ton/ha.
Efisiensi Penggunaan Air Irigasi pada Saluran Sekunder di Daerah Irigasi Tungkub Mentari Kinasih; Ni Nyoman Sulastri; I Wayan Tika; Sumiyati Sumiyati; Ida Ayu Gede Bintang Madrini; Made Darmayasa
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 2 (2023): September
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2023.v11.i02.p23

Abstract

Abstrak Distribusi air irigasi yang baik akan menghasilkan produksi yang baik dan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Efisiensi sebagai faktor yang sangat penting dalam skema irigasi karena menentukan kinerja jaringan irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan efisiensi penggunaan air irigasi di DI Tungkub pada saluran sekunder. Penelitian ini mengambil data debit langsung di 11 titik di saluran sekunder. Data iklim diperolah dari NASA POWER dan BMKG Wilayah III Denpasar. Data curah hujan dari 3 stasiun hujan (tibubeneng, kapal, dan mengwi gede). Luas areal sawah yang diamati adalah seluas 416 Ha (Hulu), 349 Ha (Tengah), dan 164 Ha (Hilir). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Zona A memiliki tingkat efisiensi penggunaan tertinggi sebesar 68% terjadi di Mei I dan terendah 14,1% di Maret I. Zona B memiliki efisiensi penggunaan tertinggi sebesar 100% (terjadi di periode April I, April II, Juni II, dan Juli I) dan terendah 0% pada periode Mei I dan Mei II. Zona C memiliki efisiensi penggunaan tertinggi sebesar 100% terjadi pada Juni I dan Juni II, sedangkan efisiensi penggunaan yang terendah terjadi di Maret I sebesar 35%. Abstract Good distribution of irrigation water will produce abundant harvests. It will improve the welfare of farmers. The efficiency of water utilization is important in irrigation schemes because it determines the performance of the irrigation network. This research aims to obtain the efficiency of irrigation water in DI Tungkub in secondary channels. This research took direct debit data at 11 points in the secondary channel. Climate data was obtained from NASA POWER and BMKG Region III Denpasar. Rainfall data was obtained from 3 rain stations (Tibubeneng, Kapal, and Mengwi Gede). The area of ??rice fields observed was 416 Ha (Upstream), 349 Ha (Central), and 164 Ha (Downstream). The research results show that Zone A has the highest usage efficiency level of 68% which occurred in May I and the lowest 14.1% in March I. Zone B has the highest usage efficiency of 100% (occurring in the periods April I, April II, June II, and July I), and the lowest was 0% in the May I and May II periods. Zone C had the highest usage efficiency of 100% which occurred in June I and June II, while the lowest usage efficiency occurred in March I at 35%.