Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PHONOLOGICAL AND LEXICAL DESCRIPTION OF MODEBUR LANGUAGE La Ino; Aron Meko Mbete; Ni Made Dhanawaty; Inyo Fernandez
e-Journal of Linguistics Vol. 7. Juli 2013 No. 2
Publisher : Doctoral Studies Program of Linguistics of Udayana University Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.757 KB)

Abstract

This article, in which the theory structural phonology was used, discusses the phonological and lexical description of Modebur language, one of the local languages in Pantar Island. The result of analysis shows that the Modebur language has five vowels; they are /i/, /e/, /a/, /o/, and /u/. They all can distribute in the initial, medial and final position of words. It has sixteen phonemes and sixteen consonants, many of which can distribute in the beginning of words, some can distribute in the initial and medial position of words only, and one can only distribute in the final position of words. The consonants which can distribute completely are /p/, /b/, /m/, /t/, /n/, /s/, /l/, /k/, /?/, /g/, and the ones which can distribute in the initial and medial position of words are /j/, /h/, /w/, and the one which can distribute in the final position of words is /?/.  
Pemanfaatan Linguistik Historis Komparataif Dalam Pemetaan Bahasa-Bahasa Nusantara La Ino
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa Vol. 1 No. 2 (2015): October 2015
Publisher : Magister of Linguistic, Postgraduated Program, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (609.136 KB) | DOI: 10.22225/jr.1.2.41.365-378

Abstract

Linguistik Historis Komparatif sebagai salah satu cabang linguistik mempunyai tugas utama, antara lain menetapkan fakta dan tingkat keeratan dan kekerabatan antarbahasa yang berkaitan erat dengan pengelompokan bahasa-bahasa sekerabat. Bahasa-bahasa sekerabat yang termasuk dalam anggota suatu kelompok bahasa pada dasarnya memiliki sejarah perkembangan yang sama. Sesuai dengan tugas utama tersebut, linguistik historis komparatif memiliki kewenangan dalam mengkaji relasi historis di antara kelompok bahasa tertentu
HEGEMONI DALAM NOVEL TIBA SEBELUM BERANGKAT KARYA FAISAL ODDANG Hardita Hatta; La Ino
Cakrawala Listra: Jurnal Kajian Sastra, Bahasa, dan Budaya Indonesia Vol. 4 No. 2 (2021): Volume 4, Nomor 2, Desember 2021
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/cakrawalalistra.v4i2.1409

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hegemoni tergambar dalam novel Tiba Sebelum Berangkat karya Faisal Oddang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hegemoni dalam novel Tiba Sebelum Berangkat karya Faisal Oddang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra, khususnya teori Hegemoni Antonio Gramsci. Data penelitian ini adalah teks cerita yang berkaitan dengan hegemoni dalam Tiba Sebelum Berangkat karya Faisal Oddang, berupa dialog, penggambaran pengarang, maupun tingkah laku tokoh dalam cerita. Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana pengarang dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhinya sehingga menggambarkan bentuk-bentuk hegemoni. Adapun hegemoni yang terdapat dalam novel Tiba Sebelum Berangkat karya Faisal Oddang menunjukkan; Pertama, hegemoni agama, hegemoni negara yang meliputi hegemoni oleh partai Golkar, hegemoni tentara Islam Indonesia, hegemoni oleh pimpinan para bissu, serta hegemoni budaya dari sisi kepercayaan masyarakat berupa tingkah laku yang dipercayai sebagai suatu aturan sosial, di antaranya bissu sebagai penyambung lidah masyarakat, budaya tellu cappa, kekuatan badik dan kepala manusia sebagai tumbal. Kata Kunci : Hegemoni, Novel , Pengarang dan Bissu
An Analysis of Translation Errors (A case Study of Students at SMAN 2 Wawonii Tenggara) Yeni Yeni; Tambunan Tambunan; La Ino
Journal of Language Education and Educational Technology (JLEET) Vol 9, No 1 (2024):
Publisher : Halu Oleo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jleet.v9i1.29840

Abstract

This study examined the errors made by students in translating Indonesian into English using the surface category taxonomy. The research was conducted at SMAN 2 Wawonii Tenggara, focusing on first-grade students. Specifically, the research included all 20 students from class X.IPA. To gather data, the researcher employed a test consisting of 20 Indonesian sentences. The analysis was carried out using a qualitative descriptive method. The results indicated that the students made a total of 222 errors (55.5%) in translating Indonesian into simple English sentences. These errors were categorized into four types: omission errors (112 or 50.45% of the total), malformation errors (75 or 33.79%), addition errors (32 or 14.41%), and misordering errors (3 or 1.35%). Omission errors were the most frequent. Given that the students made 222 errors (55.5% of possible errors), the correct responses numbered 178 (44.5%). According to Rod Ellis, this number classifies the students' ability as poor.
Psycholinguistic Examination of Language Ethics in Everyday Communication: Insights from Five-Year-Olds Ulin Nafiah; Hanna Hanna; La Ino
Journal of Language Education and Educational Technology (JLEET) Vol 8, No 2 (2023):
Publisher : Halu Oleo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jleet.v8i2.19771

Abstract

This qualitative study delves into the intricacies of language ethics exhibited by a five-year-old child named Dzakwan, drawing upon transcribed audio recordings spanning March to May 2020. Situated within the multifaceted framework of human development encompassing biological, cognitive, and socio-emotional processes, the research seeks to elucidate the factors shaping language ethics acquisition in early childhood. Through descriptive analysis, the study unveils Dzakwan's adeptness in adhering to linguistic norms, attributable to a confluence of influences including health, cognitive prowess, learning experiences, and environmental stimuli. These findings underscore the nuanced interplay between individual characteristics and external factors in the cultivation of language ethics. Furthermore, practical implications emerge, suggesting strategies to nurture language proficiency and ethical communication in young children, such as fostering meaningful dialogue and cultivating responsive interactions within their social milieu. By shedding light on the developmental trajectory of language ethics, this research contributes to a deeper understanding of language acquisition processes and offers actionable insights for promoting linguistic competence in early childhood education and parental guidance.
EXPLORING IMPLICATURE OF MAXIM VIOLATION IN THE U.S. VICE PRESIDENTIAL DEBATE Martisa, Ela; Siti Munawwarah; Rahmawati Azi; La Ino
J-Shelves of Indragiri (JSI) Vol 6 No 2 (2024): J-Shelves of Indragiri (JSI)
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61672/jsi.v6i2.2858

Abstract

In political communication, maxim violation as well as its implicature are inevitable. It shows a dynamic of communication particularly how to influence audience perception through argumentative strategies. This study  tries to explore the maxim violation and implicature performed by  Mike Pence and Kamala Harris in the U.S. Vice Presidential Debate in 2020. The study applied the cooperative principle theory particularly maxim violation and implicature by Paul Grice. Descriptive qualitative method was employed through the research. The main source of the data are the utterances of both vice Presidents’candidates which contain violation of maxim and implicature. The result shows that during the debate, there were 10 data of maxim quantity, 3 data of maxim quality, 6 maxim of relevance, and 1 data of maxim of manner. Violation of the maxim of quantity is the most common in the debate. because the candidates giving answers that seem exaggerated to, giving answers that are somewhat not so clear and irrelevant answers to distract the public. It also reveals that generalized conversational implicature is dominant used because political communication is highly context-dependent, and politicians frequently need to convey nuanced messages without being too direct.
DEIKSIS DALAM NOVEL KIDUNG DARI NEGERI APUNG KARYA ARSYAD SALAM Gusti Ayu Made Sukariani; Sri Suryana Dina; La Ino
Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra) Vol. 4 No. 2 (2019): JURNAL BASTRA EDISI APRIL 2019
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Halu Oleo Kampus Bumi Tridharma Andounohu Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara – Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Deiksis dalam Novel Kidung dari Negeri Apung Karya Arsyad Salam”. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan deiksis dalam novel Kidung dari Negeri Apung karya Arsyad Salam? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang penggunaan deiksis dalam novel Kidung dari Negeri Apung karya Arsyad Salam. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptif, artinya menganalisis data yang ditemukan secara deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan teknik baca catat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan pragmatik dengan beberapa tahapan, yaitu mengidentifikasi, mengklasifikasikan data, menganalisis data, dan menyimpulkan hasil analisis data. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, ditemukan 140 data terdiri dari deiksis persona 90 data, deiksis tempat 14 data, deiksis waktu 18 data, deiksis wacana 12 data, dan deiksis sosial 6 data. Bentuk deiksis persona yang ditemukan yaitu bentuk saya, aku, -ku, ku-, kita, kami, kamu, kalian,dan dia,. Bentuk deiksis tempat, yaitu di sini, di sana, di situ, dan ke sini. Bentuk deiksis waktu, yaitu kemarin, tadi, dan nanti. Bentuk deiksis wacana, yaitu bentuk itu dan bentuk -nya. Bentuk deiksis sosial, yaitu bentuk beliau, pak, dan bapak.
DEIKSIS DALAM NOVEL HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO Ummi Kulsum; La Yani Konisi; La Ino
Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra) Vol. 4 No. 3 (2019): JURNAL BASTRA EDISI JULI 2019
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Halu Oleo Kampus Bumi Tridharma Andounohu Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara – Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Deiksis dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono”. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah jenis- jenis deiksis dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis jenis deiksis yang terdapat dalam novelHujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca secara intensif novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono untuk mengidentifikasi jenis-jenis deiksis yang terdapat di dalamnya, mencatat semua kata dan kalimat yang berkaitan dengan deiksis yang ada pada novel, dan memberi tanda atau menggaris bawahi kata dan kalimat dalam novel yang berkaitan dengan jenis- jenis deiksis. Analisis data dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengklasifikasi, menganalisis, dan menyimpulkan hasil analisis. Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono terdapat lima macam deiksis yaitu: deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis sosial, dan deiksis wacana. (1) deiksis persona terdiri atas tiga bagian yaitu: kata ganti orang pertama. Kata ganti orang pertama terbagi atas: aku, -ku, saya, kami, dan kita, kata ganti orang kedua terbagi atas: kamu, -mu, kau dan kalian, dan kata ganti orang ketiga terbagi atas: dia, ia, -nya, dan mereka. (2) deiksis tempat terbagi atas: di sini, di sana, itu dan ini. (3) deiksis waktu terbagi atas: dulu, tadi, kali ini, sekarang dan nanti. (4) deiksis sosial terbagi atas: Bapak, Ibu, Pak, Bu dan Meneer. (5) deiksis wacana terbagi atas: anafora bentuk -nya.