Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Aromaterapi Lavender Menurunkan Skor Edinburgh Postpartum Depression Scale pada Ibu dengan Postpartum Blues Erna Amin; Bambang Rahardjo; Kusworini Kusworini
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia Vol 9, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jkj.9.3.2021.589-596

Abstract

Pendokumentasian kejadian postpartum blues belum banyak dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Dari hasil penelitian sebelumnya, kejadian postpartum blues mencapai 74,4%. Kondisi ini harus menjadi perhatian karena 10-18% dapat berkembang menjadi depresi postpartum yang memiliki dampak negative terhadap kesehatan ibu serta mempengaruhi interaksi antara ibu dan bayinya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap skor EPDS  ibu dengan postpartum blues. Penelitian quasi eksperimen dengan desain Pretest-Posttest Control Group yang dilakukan pada April s/d Mei 2019 di 3 Puskesmas. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mengalami postpartum blues di tiga Puskesmas lokasi penelitian berdasarkan hasil skrining sebanyak 33 orang. Sampel dipilih dengan menggunakan metode non probability sampling yaitu dengan purposive sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 28 orang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Grup intervensi diberikan aromaterapi lavender sebanyak 5 tetes pada kapas yang dihirup selama 15 menit sebanyak dua kali dalam seminggu selama 4 minggu. Data skor EPDS dianalisis menggunakan Wilcoxon signed-ranks test. Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna skor EPDS pada kelompok kontrol (p=0,410> 14∝"> ). Sedangkan pada kelompok perlakuan (p=0,001< 14∝"> ), menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah pemberian aromaterapi lavender. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa aromaterapi lavender dapat menurunkan skor EPDS pada ibu yang mengalami postpartum blues sehingga efektif untuk mengatasi kejadian postpartum blues.
Waktu Mulai, Durasi IMD dan Keberhasilan ASI Eksklusif idayati, Idayati; Amin, Erna; sastrariah, Sastrariah; Wahida, Wahida; Nurdiana, Nurdiana; Cicilia, Fitri
Jurnal Kebidanan Malakbi Vol 5 No 1 (2024): Januari 2024
Publisher : Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mamuju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33490/b.v5i1.1228

Abstract

Early initiation of breastfeeding (EIBF) is crucial for exclusive breastfeeding success and has many benefits for mothers, babies, and families. Moreover, EIBF also contributes to building the quality of the next generation. This study aims to investigate the factors that determine the implementation of EIBF and its effect on exclusive breastfeeding during the postpartum period. The research used an observational analytic approach with a prospective cohort design on all mothers who gave birth in health facilities in the Beru-beru Health Center working area, West Sulawesi Province in 2021. The research sample included mothers who gave birth in the same area, and were willing to participate as respondents and living in the location. The results of the Chi-Square test analysis showed that the start time and duration of EIBF implementation affected exclusive postpartum breastfeeding, with respective p-values of less than 0.001 and 0.001. This research highlights the importance of implementing EIBF by initiating immediate breastfeeding within five minutes after the baby is born and continuing it for at least one hour. Both the start time and duration of EIBF complement each other in achieving successful postpartum exclusive breastfeeding.
Relationship Between Age and Education of Women of Fertile Age with Participation in Long-Term Contraceptive Methods Erna Amin; Ajeng Hayuning Tiyas; Yulianti Anwar; Suryanti S; Nur Anita
Genius Journal Vol. 5 No. 1 (2024): GENIUS JOURNAL
Publisher : Inspirasi Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/gj.v5i1.366

Abstract

Objective: The aim of this research is to determine the relationship between age and education and the decision of women of childbearing age (WUS) to become MKJP family planning acceptors in Mamuju District. Method: This research is quantitative research with a cross-sectional method. Data collection techniques include questionnaires. The data analysis used was univariate analysis and bivariate analysis with the chi square statistical test. Result: The results of research based on the Chi Square Test show that there is a relationship between age (p value = 0.050) and education (p value = 0.017) and MKJP family planning participation. Conclusion: The results of this study explain that there is a relationship between age, education, and WUS participation in family planning programs using long-term contraceptive methods.
Unmet Need KB pada WUS di Kabupaten Mamuju : Studi Fenomenologi Ajeng Hayuning Tiyas; Erna Amin; Yulianti Anwar; Nurdiana Nurdiana; Neneng Julianti
Jurnal Kebidanan Vol 13 No 1 (2023): Jurnal Kebidanan Maret 2023
Publisher : ITSKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35874/jib.v13i1.1166

Abstract

Unmet need KB atau kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi merupakan salah satu indikator terhadap kinerja pelayanan program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Unmet need adalah kelompok wanita usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi namun tidak ingin hamil baik untuk menjarangkan ataupun membatasi kehamilan. Unmet need KB meningkatkan resiko aborsi dan komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas karena adanya kehamilan tidak diinginkan, jarak hamil terlalu dekat, melahirkan terlalu banyak maupun komplikasi lainnya. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi informasi secara mendalam penyebab tingginya angka unmet need KB di Kabupaten Mamuju baik dari segi hambatan klien (demand side) di level personal. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sampel diambil dengan teknik purposeful sampling dengan strategi criterion sampling. Informan utama adalah wanita usia subur dengan unmet need, informan pendukung suami dari wanita unmet need, bidan Puskesmas, PLKB, PPKBD/sub PPKB di wilayah Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Simboro dan Kepulauan. Teknik pengumpulan data dengan indepth interview, focus group discussion (FGD) dan studi dokumen. Analisa data menggunakan analisa tematik. Hasil penelitian menunjukkan beberapa hambatan WUS di level personal dalam menggunakan KB yaitu kurangnya pemahaman resiko kehamilan tidak diinginkan, motivasi lemah menggunakan kontrasepsi modern, persepsi negatif kontrasepsi modern, persepsi rendah terhadap fertilitas, dan strategi yang dinilai efektif dalam mencegah kehamilan.
Pemberdayaan PLKB dan PPKBD melalui Pelatihan KIE/Konseling dalam Rangka Meningkatkan Keikutsertaan KB di Kabupaten Mamuju Amin, Erna; Tiyas, Ajeng Hayuning; Anwar, Yulianti
Reswara: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Dharmawangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46576/rjpkm.v5i2.4068

Abstract

Tingginya jumlah penduduk di Indonesia salah satu sebabnya adalah tingginya Total Fertility Rate (TFR). Sedangkan penyebab tingginya TFR adalah Contraceptive Prevalence Rate yang rendah salah satunya di Kabupaten Mamuju dengan presentase CPR sebesar 49,15% pada tahun 2021. Perlu adanya penguatan pemberdayaan kader khususnya PLKB (Petugas Lapangan KB) sebagai garda terdepan yang mempunyai peran penting dalam memberikan pemahaman, pengetahuan melalui KIE kepada masyarakat tentang pentingnya mengikuti program KB. Tujuan kegiatan PkM  ini adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan PLKB dan PPKBD dalam melakukan KIE/konseling KB sehingga dapat meningkatkan cakupan keikutsertaan KB pada PUS di Kabupaten Mamuju. Mitra dan sasaran kegiatan ini yaitu Kepala Dinas PPKB, PLKB, PPKBD, dan pasangan usia subur (PUS) di Kabupaten Mamuju. Kegiatan PkM dilakukan dengan memberikan pelatihan KIE/konseling KB untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan PLKB dalam melakukan KIE, serta pendampingan PLKB melalui pemberian ABPK berupa RODA KLOP, dan pemantauan penjaringan calon akseptor KB sampai mendapatkan pelayanan sesuai dengan target. Hasil yang dicapai yaitu peningkatan pemahaman PLKB dalam melakukan KIE/Konseling dengan rata-rata nilai posttest sebesar 75.
Sociodemographic and psychosocial factors influencing Long-Term Contraceptive Method (LTCM) uptake among Indonesian women: A mixed-methods study Hayuning Tiyas, Ajeng; Amin, Erna; Anwar, Yulianti
Journal of Current Health Sciences Vol. 5 No. 4: 2025
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jchs.2025129

Abstract

Despite the high effectiveness of long-term contraceptive methods (LTCM), participation rates in Indonesia—particularly in Mamuju—remain well below national targets, highlighting an urgent public health gap. This study addresses this issue by investigating the interplay of sociodemographic and psychosocial determinants shaping women’s decisions to adopt LTCM, using a sequential explanatory mixed-methods design. A total of 120 women of reproductive age were purposively sampled for quantitative analysis, followed by in-depth interviews with 10 diverse informants. Quantitative findings identified parity as the most influential factor: women with three or more children were over nine times more likely to use LTCM, followed by age over 35, knowledge, and husband’s support, while higher education showed an inverse association. Psychosocial variables such as value of children and perception of the ideal family, though culturally significant, did not independently predict LTCM use. Qualitative insights revealed that husband’s approval and practical economic or health concerns often outweighed cultural ideals. These results suggest that interventions must prioritize tailored IEC for high-parity and older women, empower male partners, and strengthen service accessibility. Family planning programs in similar contexts should integrate couple-based counseling and community engagement to drive LTCM uptake and address persistent gaps in reproductive health outcomes.