Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Self Instruction Training (SIT) Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Kehamilan Pada Ibu Primigravida Nurwahyuni Nasir
Empathy : Jurnal Fakultas Psikologi Vol 3 No 2 (2015): Volume 3 No 2 Desember 2015
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.794 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan menguji keefektifan SIT untuk menurunkan tingkat kecemasan kehamilan pada ibu primigravida. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan mixed methods. Metode kuantitatif menggunakan skala kecemasan kehamilan, sedangkan metode kualitatif menggunakan wawancara dan observasi. Tahapan dalam intervensi ini yaitu, psikoedukasi, relaksasi dan positive self talk dengan relaksasi dzikir.Teknik dalam memilih subjek dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu peneliti memilih subjek penelitian sesuai dengan kriteria. Karakteristik subjek penelitian yaitu primigravida, beragama Islam, pendidikan minimal SMA dan memiliki tingkat kecemasan kehamilan sedang atau tinggi yang diperoleh dari screening sekaligus sebagai pretest. Desain menggunakan pre-ekperimental design dengan one group pretest and posttest design, dilanjutkan dengan follow up.Hasil pengolahan data dengan Uji statistik Wilcoxon, menunjukkan hasil nilai pengukuran untuk pretest ke posttest Z = -1,342 dengan nilai p = 0,180 (p>0,05), pretest ke follow up Z = -1,342 dengan p = 0,180 (p>0,05) dan posttest ke follow up Z = -1,000 dengan nilai p = 0,317 (p>0,05). Hal tersebut berarti tidak ada perbedaan kecemasan kehamilan yang signifikan antara pretest ke posttest, pretest ke follow up dan posttest ke follow up.Secara kualitatif diperoleh hasil bahwa self instruction training (SIT) mampu memberikan efek positif terhadap subjek, yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan observasi. Kesimpulannya intervensi SIT yang diberikan mampu menurunkan tingkat kecemasan kehamilan pada ibu primigravida walaupun tidak secara signifikan.Kata kunci : Primigravida, kecemasan kehamilan, self instruction training (SIT)
GAMBARAN KEMATANGAN EMOSI WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI FATHERLESS (STUDI KASUS DI TAMBELANG KABUPATEN BEKASI) Maharani, Maharani; Nurwahyuni Nasir
Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling Vol. 4 No. 2 (2024): Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3287/liberosis.v4i2.4511

Abstract

Kematangan emosi adalah keadaan dimana individu mampu memahami dan mengelola emosinya dengan cara yang sehat dan konstruktif. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui proses kematangan emosi wanita dewasa awal yang mengalami fatherless, 2) Menggambarkan ciri-ciri kematangan emosi wanita dewasa awal yang mengalami fatherless, 3) Memahami makna kematangan emosi wanita dewasa awal yang mengalami fatherless. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini melibatkan satu subjek dan dua informan. Subjek dari penelitian ini merupakan seorang wanita dewasa awal yang pernah mengalami fatherless akibat perceraian orang tua. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan gambaran proses kematangan emosi wanita dewas awal yang pernah mengalami fatherless. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh temuan berupa proses kematangan emosi subjek yang mengalami perasaan marah dan perasaan malu yang diakibatkan dari keadaan fatherless. Subjek juga merasakan berbagai stuggle kehidupan yang tidak mudah baginya untuk dilewati. Perjuangan subjek dari keadaan tidak mudah yang dirasakan subjek sampai harus menjadi tulang punggung keluarga yang menjadi pemicu subjek semangat dan bertahan hidup saat ini adalah ibu dan adiknya ditengah keadaan fatherless yang dirasakan olehnya. Untuk penelitian kematangan emosi wanita dewasa awal yang mengalami fatherless selanjutnya diharapkan peneliti lebih memperbanyak subjek lagi agar data yang diperoleh lebih banyak dan dapat mengkaji lebih dalam lagi mengenai kematangan emosi wanita dewasa awal yang mengalami fatherless.
Psychological Distress Phenomena in Young Adults Due to Toxic Family Relationships Nurwahyuni Nasir; Sandra Adetya; Fathana Gina
Linguanusa : Social Humanities, Education and Linguistic Vol. 2 No. 3 (2024): Linguanusa : December 2024
Publisher : Insight School Academy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63605/ln.v2i3.70

Abstract

Introduction to The Problem: Interpersonal relationships within families represent a crucial aspect of individual development, particularly during early adulthood. However, not all family relationships are harmonious; some individuals face toxic relationship dynamics. Toxic relationships in families refer to relationships characterized by harmful interaction patterns, such as excessive control, emotional manipulation, lack of support, and abusive behavior. Studies indicate that toxic family relationships can affect mental health, increasing the risk of depression, anxiety, and post-traumatic stress disorder. Purpose: This phenomenological study aims to explore the in-depth experiences of individuals who have encountered such relationships and how they interpret these dynamics. Design/methods/approach: A descriptive phenomenological approach was used to understand participants' subjective experiences as they are, without additional interpretation from the researcher. The participant characteristics include young adults aged 18 to 29 years, who are capable of reflecting on their experiences when near or together with their parents. This study employed a questionnaire for data collection. For the psychological distress variable, The Hopkins Symptom Checklist (HSCL)-25 was used, consisting of 2 dimensions: anxiety symptoms (items 110) and depression symptoms (items 11-15). Findings: The research results indicate that the majority of females aged 18-20 years tend to experience psychological distress, marked by high levels of anxiety and depression. This phenomenon can be linked to toxic relationships with parents, often characterized by prolonged conflict, poor communication, manipulative behavior, or emotional and physical abuse, thus creating an unstable and high-pressure environment.