Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Pemuliaan Tanaman Nilam (Progestemon cablin) Lokal Melalui Perkembangbiakan Vegetatif Kusumaningrum, Hermin Pancasakti; Purbajanti, Endang Dwi; Setiadi, Agus
Bioma : Berkala Ilmiah Biologi Vol. 18, No.2, Tahun 2016
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.009 KB) | DOI: 10.14710/bioma.18.2.123-130

Abstract

Patchouli essential oil is an dominant product from Batang but its production has not been able to meet export needs. The main problem in the production of essential oil of patchouli is limited amount of seeds and dry season effect on the growth of patchouli. On the other hand, society units of patchouli essential oil is very dependent on the availability of raw materials  of patchouli. Searching of patchouli local varieties must  develop in order to  encourages of sustainibility of patchouli production. The purpose of this activity is search and propagate patchouli plant from local varieties that can survive in different seasons of the year according to the climatic conditions of Batang. The study was conducted with the search and propagation of patchouli plant varieties used by farmers in Batang which is Sidikalang varieties and local varieties originating from Batang region and the surrounding area. Furthermore, the vegetative propagation using cuttings will be use followed by its growth observation during dry and rainy season. Results showed that the activities of patchouli plant local varieties of Bandungan, Kendal and Batang showed the best growth in the dry season. Key words: patchouli, vegetatif growth, essential oil.
SERAPAN NITROGEN DAN FOSFOR TANAMAN ECENG GONDOK SEBAGAI SUMBER DAYA PAKAN PADA “PERAIRAN“ YANG MENDAPATKAN KOTORAN ITIK Usman, Moch Arif; Anwar, Syaiful; Purbajanti, Endang Dwi
Animal Agriculture Journal Vol 1, No 1 (2012): Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.332 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji serapan nitrogen dan fosfor tanaman eceng gondok pada “perairan” yang mendapatkan kotoran itik. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuannya adalah T0 = limbah kotoran itik 0 gram/liter air, dan digunakan sebagai kontrol, T1 = limbah kotoran itik 5 gram/liter air, T2 = limbah kotoran itik 10 gram/liter air, T3 = limbah kotoran itik 15 gram/liter air, dan T4 = limbah kotoran itik 20 gram/liter air. Parameter penelitian adalah serapan nitrogen dan serapan fosfor eceng gondok. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dilanjutkan dengan perbandingan nilai tengah BNJ untuk melihat uji beda dan uji Polinomial Ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kotoran itik berpengaruh terhadap serapan nitrogen dan fosfor (P<0,05). Serapan N tertinggi sebesar 319,8159 mg dicapai pada perlakuan 20,00 g/l air, sedangkan serapan P tertinggi sebesar 607,9949 mg dicapai pada perlakuan 20,00 g/l air.Kata kunci: eceng gondok, kotoran itik, serapan nitrogen, serapan fosforABSTRACTThe study aims to examine nitrogen and phosphor uptake of water hyacinth as forage resources in “water” by addition of duck manure. Experimental design used was Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. Treatment applied were T0 = control, no duck manure addition; T1 = addition of 5 g/l of duck manure; T2 = addition of 10 g/l of duck manure; T3 = addition of 15 g/l of duck manure; T4 = addition of 20 g/l duck manure. Parameters observed are nitrogen uptake and phosphor uptake. Data were analyzed with Analysis of Variance and if there was a significant treatment effect data were continue analyzed by Tukey’s Honestly Significance Difference Test and Orthogonal Polynomial test. The results showed that the addition of duck manure affect uptake of nitrogen and phosphor (P <0.05). The uptake of N and P of water hyacinth with maximum levels occurred in 319,8159 mg the treatment of 20.00 g / l for the uptake of N and 607,9949 mg the treatment 20.00 g / l for the uptake of P. Key words: water hyacinth, duck manure, nitrogen uptake, phosphor uptake
KUALITAS HIJAUAN GAMAL (Gliricidia sepium) YANG DIBERI PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DENGAN DOSIS BERBEDA Mayasari, Dita; Purbajanti, Endang Dwi; Sutarno, Sutarno
Animal Agriculture Journal Vol 1, No 2 (2012): Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.408 KB)

Abstract

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair dengan dosis berbeda terhadap kualitas hijauan gamal (Gliricidia sepium). Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Pemberian dosis pupuk organik cair pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 masing-masing adalah 0, 1, 3 dan 5%. Parameter yang diamati adalah kadar protein dan serat kasar hijauan gamal. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemberian pupuk organik cair yang paling baik terhadap kualitas hijauan gamal (G. sepium) yaitu pada perlakuan T2 (3% POC) yang memiliki nilai kualitas paling tinggi dari perlakuan T0, T1 dan T3. Nilai kadar protein dan serat kasar perlakuan T2 adalah 19,64% dan 42,29%.Kata kunci : Gliricidia sepium; pupuk organik cair; protein kasar; serat kasarABSTRACT The study was conducted aimed to determine the effect of liquid organic fertilizer with different doses of the forage quality gamal (G. sepium). Experimental design used in the study was completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. Liquid organic fertilizer dosing in treatments T0, T1, T2 and T3, respectively 0, 1, 3 and 5%. Parameters measured were protein and crude fiber content of forage gamal. The results showed the influence of liquid organic fertilizer on forage quality gamal is the treatment T2 (3% POC) that have the highest-quality value of treatments T0, T1 and T3. Value protein and crude fiber treatment T2 was 19,64% and 42,29%.Keyword : Gliricidia sepium; liquid organic fertilizer; crude protein; crude fiber
PERTUMBUHAN HIJAUAN KACANG PINTOI (Arachis pintoi) PADA BERBAGAI PANJANG STEK DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR PERIODE PEMOTONGAN KEDUA Susanti, Susanti; Purbajanti, Endang Dwi; Sutarno, Sutarno
Animal Agriculture Journal Vol 1, No 1 (2012): Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.405 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan hijauan kacang pintoi (Arachis pintoi) dengan panjang stek dan dosis pupuk organik cair (POC) yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 November 2011- 12 April 2012 di lahan Ilmu Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Bahan yang digunakan adalah stek batang tanaman kacang pintoi (Arachis pintoi), pupuk organik cair (Herbafarm), air dan tanah. Peralatan yang digunakan adalah timbangan kapasitas 5 kg, timbangan elektrik analitis kapasitas 100 g dengan ketelitian 0,001 g, sekop, cangkul, ember, penggaris/meteran, alat tulis, isolasi, gunting, cutter, kertas label, dan plastik. Penelitian dilakukan dengan rancangan Acak Lengkap berpola Faktorial 2 x 4 dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah panjang stek yang dipotong sepanjang 2 ruas dan 3 ruas. Faktor kedua adalah dosis pupuk organik cair, yaitu 0 ml, 5 ml, 10 ml, dan 15 ml. Parameter yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah tunas, produksi hijauan segar dan produksi bahan kering. Data yang diperoleh dengan análisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Wilayah Ganda Duncan pada taraf 5%. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa perlakuan panjang stek dan dosis POC yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman dan produksi bahan kering, tetapi panjang stek yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah tunas dan produksi hijauan segar Arachis pintoi. Panjang tanaman, produksi segar dan produksi bahan kering tertinggi terdapat pada perlakuan S2P3, sedangkan jumlah tunas tertinggi pada perlakuan S2P1. Panjang stek 3 ruas (S2) dapat memberikan produksi hijauan yang lebih tinggi dari pada perlakuan panjang stek 2 ruas (S1). Tidak terdapat interaksi antara panjang stek 2 ruas dan dosis Pupuk 5 ml. Pemberian dosis unsur esensial bagi tanaman agar pertumbuhannya optimal harus sesuai kebutuhan tanaman. Apabila kurang atau berlebih menimbulkan efek negatif. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui jenis dan kebutuhan unsur hara bagi Arachis pintoi.Kata Kunci: Arachis pintoi, Panjang Stek, Dosis Pupuk Organik Cair (POC)
SERAPAN NITROGEN DAN FOSFOR TANAMAN Lemna minor SEBAGAI SUMBER DAYA PAKAN PADA “PERAIRAN” YANG MENDAPATKAN KOTORAN ITIK Kuncoro, Rizki Wahyu; Anwar, Syaiful; Purbajanti, Endang Dwi
Animal Agriculture Journal Vol 1, No 1 (2012): Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.869 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan kotoran itik dengan dosis yang berbeda terhadap serapan nitrogen dan serapan fosfor tanaman Lemna minor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan meliputi P1 = kontrol; P2 = 5 g/l kotoran itik; P3 = 10 g/l kotoran itik; P4 = 15 g/l kotoran itik; P5 = 20 g/l kotoran itik. Parameter yang diamati adalah serapan nitrogen dan serapan fosfor. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji F (p<0,05) dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% dan uji Polinomial Ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kotoran itik mampu meningkatkan serapan nitrogen dan serapan fosfor secara nyata (p<0,05). Serapan nitrogen tertinggi dicapai pada penambahan kotoran itik sebanyak 19,625 g/l sedangkan serapan fosfor pada 13,12 g/l. Efisiensi pemanfaatan nitrogen dan fosfor tertinggi dicapai pada penambahan kotoran itik 20 g/l sebesar 2,4380% dan 15 g/l sebesar 8,6232%.Kata kunci: Lemna minor, kotoran itik, serapan nitrogen, serapan fosforABSTRACTThe study aims to examine the effect of adding duck manure with different doses on the nitrogen and phosphor uptake of Lemna minor. Experimental design used was Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. Treatment applied were P1 = control, no duck manure excrement; P2 = addition of 5 g/l of duck manure; P3 = addition of 10 g/l of duck manure; P4 = addition of 15 g/l of duck manure; P5 = addition of 20 g/l duck manure. Data were analyzed with Analysis of Variance and if there was a significant treatment effect (p <0.05) data were continue analyzed by Duncan's multiple range test at the level of 5% and Orthogonal Polynomial test. The results showed that the addition of duck manure was able to increase uptake of nitrogen and phosphor uptake significantly (p<0.05). The highest nitrogen uptake achieved in the addition of duck manure as much as 19.625 g/l while the uptake of phosphor at 13.12 g/l. The highest nitrogen and phosphor utilization efficiency achieved in the addition of duck manure 20 g/l of 2.4380% and 15 g / l of 8.6232%.Key words: Lemna minor, duck manure, nitrogen uptake, phosphor uptake
ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN DENGAN PENANAMAN POHON SENGON PADA AREAL KARET BELUM MENGHASILKAN (TBM) DI KEBUN SUKAMANGLI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX Mahmudi, Mahmudi; Karno, Karno; Purbajanti, Endang Dwi
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 37, Nomor 2, Tahun 2019
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v37i2.662

Abstract

Agroindustri perkebunan karet ditentukan oleh produktivitas tanaman, harga jual karet dan harga pokok produksi. Peningkatan produktivitas dan pendapatan lahan karet dapat dilakukan melalui pengembangan usahatani tamanan sela. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman sela sengon terhadap pertumbuhan karet serta analisis kelayakan finansial usahanya. Penelitian ini dilakukan pada tanaman karet belum menghasilkan (tahun tanam 2010) dan sengon berumur 4,5 tahun menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dua faktor yaitu pola penanaman sengon dan baris tanaman karet. Pola penanaman sengon terdiri dari kontrol, box system, tanaman pinggir jalan (TPJ) 3 meter dan TPJ 5 meter sedangkan baris tanaman karet dilakukan pengamatan terhadap baris pertama sampai dengan baris kesepuluh. Setiap baris tanaman terdiri atas 40 pohon karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman tanaman sela sengon tidak mempengaruhi pertumbuhan karet di lahan TBM. Pola tanam sengon yang diterapkan hanya berpengaruh terhadap lilit batang pada baris 1 karet. Ketebalan kulit karet pola TPJ 5 meter lebih rendah dibanding pola tanam sengan yang lainnya. Namun pola TPJ 5 memberikan pendapatan tambahan bagi lahan TBM karet terbesar mencapai IDR 18.610.954 /Km/tahun tahun atau IDR 1.551.793 /Ha/tahun. Hasil analisis finansial diperoleh bahwa ketiga pola tanam sengon layak untuk dikembangkan di lahan TBM karet dengan pola TPJ 5 meter memberikan peluang investasi terbesar karena menghasilkan NPV mencapai IDR  41.034.157. Dengan demikian tanaman sela sengon dapat menjadi alternatif peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan tambahan TBM karet.
PRODUKSI, KUALITAS, DAN KECERNAAN IN VITRO TANAMAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) PADA LAHAN SALIN Endang Dwi Purbajanti; R. Djoko Sutrisno; Eko Hanudin; Subur Priyono Sasmito Budhi
Buletin Peternakan Vol 35, No 1 (2011): Buletin Peternakan Vol. 35 (1) Februari 2011
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v35i1.588

Abstract

The aim of this study was to evaluate performance and in vitro digestibility of Guinea grass grown on saline soil. Yield, quality, and in vitro digestibility of Guinea grass cultivated on coastal area with crop populations of 10,000,20,000, and 30,000 plants per hectare. Experiment was conducted following randomized complete block design (RCBD). Higher crop population increased fresh and DM biomass production, crude protein (CP) yield, dry matter(DM) content, neutral detergent fiber (NDF), lignin, and hemicellulose content, but decreased CP content, and in vitro organic matter digestibility (OMD). The increased population had no effect on acid detergent fiber (ADF) and in vitrodry matter digestibility (DMD). It could be concluded that guinea grass was recommended to be planted in saline coastal area by addition of fertilizer 20 tons/ha manure, 3 tons/ha gypsum, and 50 kg N (239 kg ZA/ha) as source ofnitrogen.(Keywords: Forage, Salinity, Saline soil, Manure, Gypsum, Nitrogen source)
Produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L. Var. Takar) pada perbedaan waktu inokulasi Rhizobium sp. dan pemberian berbagai mulsa organik di lahan salin Hafidz Fikri Asyari; Eny Fuskhah; Endang Dwi Purbajanti
Journal of Agro Complex Vol 3, No 3 (2019): Online
Publisher : Department of Agriculture, Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.338 KB) | DOI: 10.14710/joac.3.3.174-183

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengkaji waktu inokulasi terbaik dan pemberian berbagai jenis mulsa organik terhadap produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L. Var. Takar) pada lahan salin dengan tingkat salinitas 6,4 dS/m. Penelitian kali ini dilaksanakan di Desa Bulakbaru, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Rancangan yang digunakan adalah RAK Faktorial 4 x 3 dengan 3 kelompok. Faktor pertama adalah perbedaan waktu inokulasi Rhizobium sp. yaitu T0: tanpa inokulasi, T1: inokulasi saat tanam, T2: inokulasi 7 HST, dan inokulasi 14 HST. Faktor kedua adalah berbagai jenis mulsa organik yaitu R0: tanpa mulsa organik, R1: mulsa organik jerami padi, dan R2: mulsa organik sekam padi. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong per petak, bobot polong per petak, jumlah biji per petak, jumlah bintil akar dan bobot 100 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R1 menunjukkan peningkatan rerata tinggi tanaman sebesar 62,1 cm dan T1 menunjukkan rerata jumlah bintil akar tertinggi sebesar 1,86/tanaman. Tidak ada pengaruh dan interaksi pad parameter lain. Kesimpulan yang diperoleh adalah mulsa organik jerami mampu meningkatkan tinggi tanaman dan waktu inokulasi saat tanam dapat meningkatkan jumlah bintil akar di lahan dengan tingkat salinitas 6,4 dS/m. Kata kunci : kacang tanah, salinitas, rhizobium sp, mulsa organik. 
Pertumbuhan dan produksi selada merah (Lettuce lolorosa) akibat kombinasi pupuk kotoran kambing dan FeSO4 Widya Yolanda; D. Fatchullah; Endang Dwi Purbajanti; Sumarsono Sumarsono
Journal of Agro Complex Vol 4, No 2 (2020): JOAC Online
Publisher : Department of Agriculture, Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/joac.4.2.125-131

Abstract

ABSTRACT  The purpose of this research was figured out of goat manure and FeSO4 by added concentrations of FeSO4 to growth and producton of red lettuce. It was done by using by 2x3 completely randomized design with 5 times. The first factor was goat manure (no goat manure and goat manure) and the second factor were various concentrations of FeSO4 (0 ppm, 2.0 ppm dan 2.5 ppm).. Parameters observed were plant height, fresh weight, chlorophyll, and betacarotene. The result showed that the treatment of goat manure gave more significant effect (p<0,05) compared with no goat mannure at plant height, fresh weight, and betacarotene but insignificant at chlorophyll. The treaments of FeSO4 (2 and 2.5 ppm) insignificant at all of parameters. Keywords : lettuce, goat manure, FeSO4 ABSTRAK  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan pupuk kotoran kambing dengan penambahan dosis FeSO4 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada merah. Penelitian disusun dengan percobaan faktorial 2x3 rancangan acak lengkap 5 ulangan. Faktor pertama adalah pupuk kotoran kambing (kontrol dan pupuk kotoran kambing) dan faktor kedua adalah konsentrasi FeSO4 (0 ppm, 2.0 ppm dan 2.5 ppm). Parameter yang diamati yaitu, tinggi tanaman, berat segar, klorofil, dan betakaroten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang memberikan hasil yang nyata (p<0,05) lebih tinggi dibanding tanpa pupuk kandang terhadap tinggi tanaman, berat segar, dan betakaroten, tetapi tidak nyata pada klorofil. Pada perlakuan FeSO4 2 dan 2.5 ppm tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua parameter. Kata kunci : Selada, pupuk kotoran kambing, FeSO4 
Pengendalian penyakit hawar (lateblight) pada Kentang (Solanum tuberosum L.) melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma harzianum Eirene Brugman; Endang Dwi Purbajanti; Eny Fuskhah
Journal of Agro Complex Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Department of Agriculture, Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.775 KB) | DOI: 10.14710/joac.1.2.31-38

Abstract

The purpose of the research was to assess the effectiveness of soil solarization and biological agent Trichoderma harzianum application in controlling lateblight disease caused by Phytophthora infestans on potato. The experiment was assigned in a split plot design with soil solarization as main plot and the density of Trichoderma harzianum as sub-plot. Soil solarization treatment consisted of solarization (A1) and non-solarization (B1). Density of Trichoderma harzianum used is B1(control)= 0g, B2 = 10g (107 cfu/l), B3 = 20g (2 x 108 cfu/l), B4 = 30g (3 x 108 cfu/l) and B5 = 40 g (4 x 108 cfu/l). Soil solarization treatment is carried out by using transparent polyethylene sheets with a thickness of 45 µm. Parameters measured were soil temperature, intensity level of pathogen attack, the rate of infection and total yield. Data were subjected to ANOVA and followed by LSD test. Soil solarization for 4 weeks increase the soil temperature by 7,6oC and significantly increase the production of potato by 14.28%. Application of biological agent Trichoderma harzianum on level B4 30g (3 x 108 cfu /L) gives the best results in reducing the the intensity level of pathogen attack by 69.13% and the rate of disease infection into 1,012 unit/day. The results of this research may provide benefical information in the future for plant protection activities.   Keywords : P.infestans, Trichoderma harzianum, soil solarization, potato