Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Perbedaan Ekspresi HBME-1 dan E-Cadherin pada Nodular Hiperplasia, Karsinoma Papiler, dan Folikular Tiroid ROOSANDRIS, PRIMA; KUSUMASTUTI, ETTY HARY; KURNIASARI, NILA
Indonesian Journal of Cancer Vol 11, No 4 (2017): October- December 2017
Publisher : Indonesian Journal of Cancer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1225.36 KB)

Abstract

Thyroid lesion can be neoplastic and non neoplastic, whether benign or malignant. There are some cases in which pathologists have difficulties to differentiated those lesions. Aim: To analyze the expression of HBME-1 and E-cadherin on nodular hyperplasia, papillary carcinomas and follicular carcinomas. Paraffin blocks of nodular hyperplasia, papillary carcinoma and follicular thyroid were collected from Departement of Pathology Dr Soetomo General Hospital from January 1st, 2012 to December 31th, 2014. Immunohistochemical staining for HBME-1 and E-cadherin were performed. The difference of expression HBME-1 and E-cadherin were analyzed by Mann Whitney test, and the correlation between HBME-1 and E-cadherin determined using Spearman test. There were significant difference of HBME-1 expression between Nodular hyperplasia and Thyroid carcinoma(p≤0,05). There were also significant difference of HBME-1 between papillary and follicular carcinoma thyroid(p≤0,05). There were no significant difference of E-cadherin expression between Nodular hyperplasia and Thyroid carcinoma(p≥0,05). Conclusion: HBME-1 can be used as a marker to distinguish benign and malignant lesion of thyroid gland, and also to distinguish papillary carcinoma and follicullar carcinoma thyroid. ABSTRAK Lesi tiroid dapat berupa lesi non-neoplastik dan neoplastik, baik jinak maupun ganas. Membedakan tumor tiroid jinak dan ganas sangat penting untuk penatalaksanaan klinis yang tepat sehingga sering kali patolog menemui kesulitan dalam membedakan lesi tiroid jinak dan ganas. Penelitian ini bertujuann membuktikan adanya perbedaan ekspresi HBME-1 dan E-cadherin antara nodular hiperplasi, karsinoma papiler, dan karsinoma folikular tiroid. Dilakukan pemeriksaan imunohistokimia pada blok parafin dari nodular hiperplasia, karsinoma papiler, dan karsinoma folikular yang tersimpan di Instalasi Patologi Anatomi RSUD Dr. Soetomo (1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2014 sebanyak 35 sampel sesuai kriteria inklusi) dengan antibodi HBME-1 dan E-cadherin. Ekspresi HBME-1 dan E-cadherin dianalisis dengan uji Mann Whitney, sedangkan korelasi antara HBME-1 dan E-cadherin diuji dengan Spearman Test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan ekspresi HBME-1 yang signifikan antara nodular hiperplasia dan karsinoma tiroid( p≤0,05); terdapat perbedaan ekspresi HBME-1 yang signifikan antara karsinoma papiler tiroid dan karsinoma folikular tiroid (p≤0,05). Tidak terdapat perbedaan ekspresi E-cadherin yang signifikan pada nodular hiperplasi dan karsinoma tiroid (p≥0,05). Penelitian ini menyimpulkan bahwa HBME-1 dapat digunakan sebagai marker untuk mebedakan lesi jinak dan ganas kelenjar tiroid, serta dapat digunakan untuk membedakan karsinoma papiler tiroid dan karsinoma folikular tiroid.
Korelasi Ekspresi ezrin dan CD44 dengan Respons Kemoterapi pada Pasien Osteosarkoma SULISTIO, CHRISTIAN BAMBANG; MUSTOKOWENI, SJAHJENNY; KURNIASARI, NILA
Indonesian Journal of Cancer Vol 11, No 3 (2017): July - September 2017
Publisher : Indonesian Journal of Cancer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1060.936 KB)

Abstract

Osteosarcoma is the most common malignant bone tumor in children and young adults. The process of metastasis and recurrence involves several proteins, including ezrin, and CD44 that are shown to be involved in tumor growth,metastasis and recurrence. To analyse the corelation of ezrin and CD44 expression with chemotherapy responsse in osteosarcoma patient. Cross sectional method on paraffin block of Osteosarcoma in Anatomic Pathology Laboratory of RSUD dr Soetomo, (January 1, 2010 - December 31, 2015). There were 17 out of 26 cases of amputated osteosarcoma which are met the inclusion criteria were performed immunohistochemical staining with ezrin and CD44 antibodies. The corellation of ezrin and CD44 expression with chemotherapy responsse was analyzed using Spearman’s rho test. The coeficient correlation in this experiment p<0.05, there was no corellation of ezrin expression with chemotherapy responsse of osteosarcoma. There was no correlation of CD44 expression with chemotherapy responsse in osteosarcoma. There was no correlation of ezrin and CD44 expression with chemotherapy responsse of osteosarcoma. There was no corellation of ezrin and CD44 expression with chemotherapy responsse of osteosarcoma.ABSTRAKOsteosarkoma merupakan tumor ganas tulang, sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Proses metastasis dan rekurensi melibatkan beberapa protein, di antaranya ezrin dan CD44 yang terbukti ikut serta dalam pertumbuhan tumor, metastasis, dan rekurensi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara ekspresi ezrin dan CD44 dengan respons kemoterapi. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional blok parafin osteosarkoma di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Dr. Soetomo (1 Januari 2010–31 Desember 2015). Sebanyak 17 kasus sesuai kriteria inklusi dari 26 kasus osteosarkoma yang telah diamputasi dilakukan seleksi serta pemeriksaan imunohistokimia dengan antibodi ezrin danCD44. Hubungan ekspresi antara ezrin dan CD44 dengan respons kemoterapi dianalisis menggunakan uji Spearman’srho. Pada penelitian ini, nilai koefisien korelasi p<0,05 sehingga tidak terdapat hubungan antara ekspresi ezrin denganrespons kemoterapi pada osteosarkoma, di mana nilai p=0,868 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan antara ekspresi CD44 dengan respons kemoterapi pada osteosarkoma di mana nilai p = 0,740 (p> 0,05).Tidak terdapat korelasi antaraekspresi ezrin dengan CD44 dengan respons kemoterapi osteosarkoma, nilai p=0,113 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan antara ekspresi ezrin dan CD44 dengan respons kemoterapi pada pasien osteosarkoma.
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA PADA KOMPETENSI DASAR MENGHITUNG LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS, BALOK, PRISMA, DAN LIMAS Kurniasari, Nila
EKUIVALEN - Pendidikan Matematika Vol 2, No 1 (2013): EKUIVALEN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.596 KB)

Abstract

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah: mengetahui kemampuan koneksi interkonsep matematika, kemampuan koneksi antar konsep matematika, kemampuan koneksi matematika dengan mata pelajaran lain, dan koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari pada kompetensi dasar menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara tes wawancara. Partisipan dalam penelitian ini adalah 12 siswa kelas IX SMP Negeri 17 Purworejo. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam melakukan koneksi interkonsep matematika belum dimiliki secara penuh, siswa tidak dapat melakukan koneksi antara konsep luas permukaan dan volume dengan konsep matematika lainnya, siswa dapat melakukan koneksi matematika dengan mata pelajaran ekonomi, dan siswa dapat melakukan koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari. Kata kunci: koneksi matematika, konsep
Ekspresi Galectin-3 dan Cyclin D1 pada Nodular Hiperplasia, Karsinoma Papiler dan Folikuler Tiroid Fibriani Dyah Sofiana; Tulus Panuwun; Nila Kurniasari
Majalah Patologi Indonesia Vol 25 No 3 (2016): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.971 KB)

Abstract

Latar belakang Berbagai kesulitan sering ditemukan dalam membedakan tumor tiroid jinak dan ganas dengan pola dan morfologi tertentu. Oleh karena itu ketepatan diagnosis sangat penting dalam penatalaksanaan klinis yang tepat. Galectin-3 merupakan gen yang berperan pada apoptosis dalam karsinogenesis, sedangkan cyclin D1 merupakan regulator siklus sel. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan dan korelasi ekspresi galectin-3 dan cyclin D1 pada nodular hiperplasia, karsinoma papiler, dan karsinoma folikuler. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah blok parafin nodular hiperplasia, karsinoma papiler dan karsinoma folikuler yang ada di Departemen Patologi Anatomik RSUD Dr. Soetomo Surabaya mulai 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2014. Tiga puluh lima sampel terdiri atas 3 kelompok yaitu 19 nodular hiperplasia, 8 karsinoma papiler dan 8 karsinoma folikuler. Pemeriksaan ekspresi galectin-3 dan cyclin D1 dilakukan menggunakan metode imunohistokimia. Perbedaan ekspresi galectin-3/cyclin D1 pada ketiga kelompok sampel dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan uji Mann-Whitney. Sedangkan korelasi ekspresi galectin-3 dan cyclin D1 dianalisis dengan uji Spearman. Hasil Uji Kruskal Wallis dan uji Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan bermakna ekspresi galectin-3 pada nodular hiperplasia, karsinoma folikuler, dan papiler, serta perbedaan tidak bermakna ekspresi cyclin D1 pada ketiga kelompok. Analisis dengan Test Spearman menunjukkan adanya korelasi tidak bermakna ekspresi galectin-3 dan cyclin D1 pada ketiga kelompok. Kesimpulan Galectin-3 dapat digunakan sebagai penanda lesi jinak dan ganas kelenjar tiroid khususnya tipe berdiferensiasi baik. Kata kunci: cyclin D1, galectin-3, karsinoma folikuler tiroid, karsinoma papiler tiroid, nodular hyperplasia tiroid.
Ekspresi CXCR4 dan Ki-67 pada Limfoma Folikuler Derajat Rendah dan Derajat Tinggi Ridholia Ridholia; Dyah Fauziah; Nila Kurniasari
Majalah Patologi Indonesia Vol 25 No 3 (2016): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1243.852 KB)

Abstract

Latar belakang Limfoma folikuler adalah neoplasma yang terdiri dari proliferasi sel B germinal centre ganas yang bercampur dengan sel tidak ganas seperti sel T helper (Th), sel dendritik folikuler (FDC), makrofag. sentrosit dan sentroblas yang merupakan sel yang dominan pada limfoma folikuler . Perjalanan klinis limfoma folikuler dapat diprediksi dengan menentukan derajat berdasarkan jumlah rata-rata sentroblas pada 10 folikel neoplastik per lapang pandang besar. CXCR4 adalah reseptor kemokin yang terdapat pada sel tumor dan berikatan dengan ligan CXCL12 yang disekresi oleh sel stroma follicular reticular (FRCs). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sentroblas mengekspresikan CXCR4 sedangkan sentrosit tidak mengekspresikan CXCR4. Ikatan ligan CXCL12 dengan reseptor kemokin CXCR4 akan menguraikan protein G dan mengaktifkan faktor transkripsi NFκB melalui Akt. Selain itu, aksis CXCR4/CXCL12 dapat menon-aktifkan protein BAD yang merupakan protein pro apoptosis sehingga proliferasi sel terus terjadi. Indeks proliferasi dapat diukur dengan ekspresi Ki-67. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis ekspresi CXCR4 dan Ki-67 pada limfoma folikuler. Metode Penelitian observasional analitik ini dilakukan dengan pendekatan potong lintang Sample penelitian adalah blok parafin dari semua kasus limfoma folikuler di Laboratorium Patologi Anatomik RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode Januari 2007-Desember 2014. Ekspresi CXCR4 dan Ki-67 dihitung secara kuantitatif. Perbedaan ekspresi CXCR4 dan Ki-67 dianalisis menggunakan uji statistik Mann-Whitney dan uji T. Hubungan ekspresi CXCR4 dan Ki-67 dianalisis dengan uji statistik korelasi Spearman. Hasil Didapatkan perbedaan bermakna antara ekspresi CXCR4 pada limfoma folikuler derajat rendah dan limfoma folikuler derajat tinggi (p=0,027, p0,05). Didapatkan hubungan bermakna antara ekspresi CXCR4 dan Ki-67 pada limfoma folikuler derajat rendah (p=0,036, p0,05), koefisien korelasi r= -0,452. Kesimpulan Ekspresi CXCR4 dapat digunakan untuk membedakan limfoma folikuler derajat rendah dan tinggi, sedangkan ekspresi Ki-67 tidak dapat digunakan untuk membedakan limfoma folikuler derajat rendah dan tinggi. Kata kunci: CXCR4, derajat, limfoma folikuler, Ki-67.
Analisis Ekspresi p21 dan CDK6 pada Karsinoma Payudara Invasif Tipe Luminal A, Luminal B dan HER2/neu Nasrun Bakri; Nila Kurniasari; Dyah Fauziah
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 1 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (584.169 KB)

Abstract

Latar belakangKarsinoma payudara adalah keganasan paling sering ditemukan pada wanita. Berbagai literatur menunjukkanbahwa p21 dan CDK6 mempunyai peranan pada proliferasi sel tumor di berbagai keganasan. Korelasi danperbedaan ekspresi p21 dan CDK6 pada klasifikasi subtipe molekular karsinoma payudara invasif belumbanyak diteliti. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ekspresi p21 dan CDK6 pada karsinoma payudarainvasif tipe luminal A, luminal B dan HER/neu.MetodePenelitian ini dilakukan secara retrsospektif dengan desain observasional analitik cross sectional blok parafinkarsinoma payudara invasif subtipe luminal A, luminal B dan HER2/neu di Laboratorium Patologi AnatomikRSUD Dr. Soetomo Surabaya. Hasil penelitian dilakukan dengan uji statistik Kruskal-Wallis untuk uji beda danuji statistik Spearman untuk uji korelasi.HasilPenelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna ekspresi p21 (p=0,402) dan CDK6 (p=0,238) padasubtipe luminal A, luminal B dan HER2/neu. Tidak terdapat korelasi bermakna antara ekspresi p21 dan CDK6pada luminal A (p=0,211), luminal B (p=0,286) dan HER2/neu (p=0,192).KesimpulanEkspresi p21 dan CDK6 tidak mempunyai perbedaan bermakna pada karsinoma payudara invasif subtipeluminal A, luminal B dan HER2/neu
THE MUTATION STATUS OF KRAS GENE CODON 12 AND 13 IN COLORECTAL ADENOCARCINOMA (Status Mutasi Gen Kras Kodon 12 dan 13 di Adenocarcinoma Kolorektal) Gondo Mastutik; Alphania Rahniayu; Anny Setijo Rahaju; Nila Kurniasari; Reny I’tishom
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 1 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i1.1177

Abstract

Kanker kolorektum merupakan salah satu kanker yang tersering di dunia. Target molekuler untuk pengobatan kanker kolorektumyaitu Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) dengan pemberian antibodi monoklonal anti-EGFR. Pemberian pengobatan ini tidakdapat memberikan efek dampak di pasien dengan status gen KRAS bentuk mutan, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan status mutasigen KRAS. Telitian berupa deskriptif dengan pendekatan potong lintang yang bertujuan untuk mendapatkan data status mutasi genKRAS kodon 12 dan 13 di pasien adenocarcinoma colorectal. Deteksi mutasi KRAS dilakukan dengan teknik Polymerase Chain ReactionRestriction Fragment Length Polymorphism (PCR RFLP) yang dikonfirmasi dengan sekuensing. Sampel telitian adalah 30 blok parafinyang diperoleh dari Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya masa waktu Januari-Desember 2013. Setelah dilakukan ekstraksi DNA terdapat21 sampel yang dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjutan. Hasil PCR RFLP menunjukkan terdapat 7/21 mutasi pada kodon12 dan tidak terdapat mutasi gen KRAS pada kodon 13. Mutasi pada kodon 12 yaitu GGT>GCT, GGT>GGA dan GGT>GAT yangmenyebabkan perubahan asam amino Gly12Ala, Gly12Gly dan Gly12Asp. Simpulan telitian ini adalah mutasi gen KRAS kodon 12 padaadenocarcinoma colorectal di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya sebanyak 33%.
Correlation between interleukin-6 expression in post-mortem core liver biopsy and degree of liver injury in patients with fatal COVID-19 Maimunah, Ummi; Maharani, Andi RK.; Soegiarto, Gatot; Rahniayu, Alphania; Gunawan, Vania A.; Wiratama, Priangga A.; Djuanda, Stephanie N.; Supriadi, Supriadi; Marhana, Isnin A.; Semedi, Bambang P.; Lefi, Achmad; Kusumastuti, Etty H.; Suyanto, Edi; Lilihata, Jilientasia G.; Anggoro, Adhitri; Rinjani, Lalu GP.; Rosyid, Alfian N.; Wahyu, Dwi; Fauziah, Dyah; Rahaju, Anny S.; Kurniasari, Nila; Ariani, Grace; Nugroho, Gilang MS.; Yandi, I KR.; Nugraha, Ricardo A.
Narra J Vol. 3 No. 3 (2023): December 2023
Publisher : Narra Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52225/narra.v3i3.463

Abstract

Excessive release of interleukin-6 (IL-6) during the progression of coronavirus disease 2019 (COVID-19) induces cytokine storms, resulting in multi-organ damages including liver injury, similar in nature with mechanism of viral hepatitis. Systemic IL-6 has been associated with the incidence of liver injury among COVID-19 patients; however, studies on IL-6 expression in the liver tissue are completely lacking. The aim of this study was to measure the IL-6 expression in the liver tissues and to determine its correlation with the degree of liver injury in fatal COVID-19 patients. Through this first cross-sectional study, IL-6 expression was measured through immunohistochemical staining and the degree of liver injury was identified based on level of serum alanine aminotransferase (ALT). The Spearman correlation test was used to identify the correlation between IL-6 expression and the degree of liver injury. A total of 47 deceased COVID-19 patients were included and IL-6 expression was observed in all post-mortem liver specimens, ranging from mild to strong expression. Liver injury at various degrees (mild to severe) was found in more than half (59.5%) of the cases. The Spearman correlation analysis suggested a statistically insignificant correlation between liver IL-6 expression and the degree of liver injury (r=0.152; p=0.309). In conclusion, even IL-6 expression was observed in all post-mortem liver specimens, there was an insignificant correlation between IL-6 expression in the liver tissue with the degree of liver injury among fatal COVID-19 patients, suggesting that IL-6 was not the only main factor contributing to liver damage in COVID-19 patients.
EDUCATION ABOUT BREAST CANCER IN THE COMMUNITY AT NGLUYU HEALTH CENTER, NGANJUK Mastutik, Gondo; Fauziah, Dyah; Rahaju, Anny Setijo; Rahniayu, Alphania; Ridholia; Kurniasari, Nila; Kusumastuti, Etty Hari; Ilmiah, Khafidhotul
Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services) Vol. 8 No. 3 (2024): JURNAL LAYANAN MASYARAKAT
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jlm.v8i3.2024.422-431

Abstract

Breast cancer is the most common cancer found in the world and this cancer is the second cause of death due to cancer after lung cancer in Indonesia. This high mortality rate can be prevented by carrying out early detection. However, this is still not done well, especially in communities living in remote areas with low to medium economic and educational levels. The aim is to convey knowledge about breast cancer and training in the self-examination of the breast. It was held on Tuesday, 12 September 2023 at the Ngluyu Community Health Center, Nganjuk, from 07.00 to 14.00 WIB and was attended by 111 people. Data on breast cancer risk factors was collected through questionnaires. There were 96 participants who filled out the questionnaire, aged between 22-63 years. Risk factors data showed that 3.13% did not have children, 15.63% breastfed children less than 6 months, 5.21% were exposed to X-rays more than once a year; 1.04% had breast tumors, and 4.17% had family members suffering from cancer. In addition, 89.58% were over 25 years old and 42.71% had doing self-examination of breast. There was an increase in public understanding at the Ngluyu Community Health Center from 77.70% to 84.12%, namely an increase of 6.42%. This can increase public understanding about breast cancer and procedures to self-examination of breast and contribute in early detection of breast cancer as well as reducing the incidence of breast cancer. The results of this counseling can be used as recommendations by health centers in the Nganjuk district area.
How Often is Microcarcinoma Thyroid Found in Non-Neoplastic Thyroidectomy Specimen? Eight Years of Experience in an Indonesian Academic Hospital Fauziah, Dyah; Kurniasari, Nila; Agustin, Leonita
Indonesian Journal of Cancer Vol 18, No 4 (2024): December
Publisher : http://dharmais.co.id/

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33371/ijoc.v18i4.1101

Abstract

Background: Papillary thyroid microcarcinoma (PTmC) is a subtype of papillary thyroid carcinoma characterized by a tumor that is no larger than 10 mm. This tumor is frequently discovered by accident during autopsies or in thyroidectomy specimens for other thyroid disorders. This study was conducted to ascertain the incidence of incidental PTmC in thyroidectomy specimens and analyze the clinicopathological characteristics.Methods: A descriptive cross-sectional study design was used. Pathology archives of thyroidectomy specimens between 2012 and 2019 in a single institution were collected. Cases with fine-needle aspiration biopsy (FNAB) before surgery were also studied. The clinical information was retrieved from medical records. Results: 1459 patients underwent thyroid surgery. The clinical diagnosis in 706 cases was neoplasm and in 753 cases was non-neoplasm. There were 697 cases of malignant thyroid tumors. Forty-two cases of papillary thyroid microcarcinoma were found, with 85.71% affected females, with the male-to-female ratio was 1:6. The majority of PTmC were clinically diagnosed as benign lesions with multinodular goiter as the most common diagnosis. Fine needle aspiration biopsies were performed on 18 patients. There were 2 cases found in laryngectomy specimens for laryngeal cancer. There were 2 cases presented initially as metastasis nodules in lymph nodes and the lung, respectively.Conclusions: PTmC comprises 6.03% of all malignant thyroid neoplasms and is mainly found incidentally in thyroidectomy specimens for benign thyroid lesions with clinical diagnosis as multinodular goiter. The male-to-female ratio is 1:6. Regional and distant metastasis are not common in PTmC.