Syofrianisda Syofrianisda
Islamic College Of Yaptip Pasaman Barat

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

KAJIAN HADITH TENTANG SALAM DALAM BUKU FIQIH LINTAS AGAMA (FLA) Syofrianisda Syofrianisda
UNIVERSUM : Jurnal KeIslaman dan Kebudayaan Vol 11, No 1 (2017)
Publisher : IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v11i1.590

Abstract

The background of this study is based on hadith riwayah of Muslim through Abu Hurairah about the Prophet’s prohibition to start saying salam to Jewish and Christian people. “Don’t start to say salam to Jewish and Christian people. If you greet one of them on the street, urge him to the side”. This hadith is understood by some writers showing the hard, cruel and frightening side of Islam. Moreover, they reject and abandon the hadith’s validity. They argue that this hadith is not suitable with the Islamic foundation that stresses on peace. The writer is interested in discussing this problem since there is no in depth study on some writers’ understanding especially in greeting to non-muslim. Besides, Hartono Ahmad Jaiz has been criticized their idea through books Preventing the Dangerous of Liberal Islamic Network (JIL) and Inter Faith Fiqh (FLA). However, Hartono seems to focus on pluralism verses only. Meanwhile, in tradition of his understanding, he often comments more on hadith related to interfaith problem. Therefore, this thought is strongly possible to develop in the future. It is proved by the development of pluralism study recently. Keywords: Hadith, salam, interfaith fiqh
PEMBINAAN BACAAN DAN GERAKAN SHOLAT Syofrianisda Syofrianisda; Yossi Eriawati; Maisarah Leli; Lasman Azis; Fawza Rahmat; Fajar Budiman; Dewi Manda Angraini
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 3, No 1 (2020): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.338 KB) | DOI: 10.31764/jces.v3i1.1490

Abstract

Abstrak: Al-Qur’an sebagai suatu mukjizat tidak hanya menjadi bahan bacaan meskipun membacanya akan mendapat pahala, melainkan juga untuk difahami, dihayati, dipedomani, diamalkan dan diselidiki rahasia kebanarannya. Pelaksanaan pembinaan Bacaan al-Qur'an dilakukan dengan menggunakan metode sorongan yaitu siswa membaca didepan pelatih yang menjadi pengajar dan menyimaknya. Adapun yang menjadi problem dalam pengajaran Baca Tulis al-Qur'an (BTQ) adalah semua komponen pengajaran itu sendiri meliputi materi yang kurang lengkap, kompetensi pengajar kurang, perbedaan kecerdasan peserta, kurangnya media pengajaran. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan-tahapan berikut; 1) elatihan bacaan Al-Qur'an, 2) praktek membimbing tata cara shalat dan  berwudhu, dan 3) proses belajar mengajar melalui media tulis  dan keterampilan. Adapun upaya yang ditempuh dalam pengajaran Baca Tulis al-Qur'an meliputi berusaha melengkapi sarana prasarana menggunakan metode yang bervariasi.Abstract: The Qur'an as a miracle is not only a reading material although reading it will be rewarded, also to be understood, Dihayati, are, practiced and investigated the secrets of his patients. The implementation of the reading of the Qur'an is done using the method of shove, which is the student reading in front of the trainer who became the teacher and. As for the problem in the teaching of reading write Qur'an (BTQ) is all components of teaching itself covering the material that is less complete, the competence of the teaching less, the difference in the intelligence of participants, lack of teaching media. This activity was carried out with the following stages; 1) The recitation of the Qur'an, 2) practice guiding the Ordinances of prayer and Wudoo, and 3) the process of learning to teach through writing media and skills. As for the effort taken in the teaching of reading, Quran Qur'an includes trying to complement the facilities of infrastructure using a variety of methods.
MUSLIMAH KARIER DALAM PANDANGAN ISLAM Syofrianisda Syofrianisda
Jurnal Ulunnuha Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/ju.v8i2.1251

Abstract

Women are half a part of a society. He is also a male partner in prospering the earth and realizing an empowerment. With the collaboration between the two, life can go on and go straight, society can develop and the banner of justice and goodness will fly. Islam has taken care of women's civil rights as a whole, preserving their worthiness in carrying out their duties, conducting various transactions such as buying and selling, mortgaging, giving, willing, and several other forms of transactions. Islam also safeguards women's individual property rights more perfectly than teachings other than Islam. Islam also recognizes its full and independent authority in managing its assets and possessions without interference from anyone who might seize his property and ownership rights without his permission and permission even if the person is his husband. Islam has made it easier for women to become career women specifically in their behavior, business management and work. He can independently invest and produce, sell and buy, give and rent or give alms and other forms of sharia muamalah with the principles of freedom, independence of business without any intervention from outside parties.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Telaah Surat Luqman Ayat 13-19 dalam Tafsir al-Misbah Karangan M. Quraish Shihab) Syofrianisda Syofrianisda; Moh. Suardi
Al-TA'DIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan Vol. 11 No. 1, Januari-Juni 2018
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31332/atdb.v11i1.947

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena akhlak masyarakat yang terjadi pada zaman sekarang ini yang penulis lihat tidak lagi mencerminkan akhlak yang Allah SWT ajarkan dalam kitab suci Al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an (Telaah Surat Luqman Ayat 13-19 Dalam Tafsir al-Misbah Karangan M. Quraish Shihab). Pertanyaan utama yang dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Pendidikan Akhlak  keimanan yang terdapat dalam kitab tafsir al-Misbah karangan M. Quraish Shihab. 2. Bagaimana pendidikan Akhlak tentang berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam kitab tafsir al-Misbah karangan M. Quraish Shihab. 3. Pendidikan Akhlak tentang intelektual menurut M. Quraish Shihab yang terdapat dalam kitab tafsir al-Misbah. 4. Pendidikan Akhlak tentang perintah melaksanakan shalat dalam kitab tafsir al-Misbah karangan M. Quraish Shihab. 5. Pendidikan Akhlak tentang perintah Amal Ma’ruf dan Nahi Mungkar dalam kitab al-Misbah karangan M. Quraish Shihab. 6. Pendidikan Akhlak tentang larangan Takabbur/ Sombong dalam kitab al-Misbah karangan M. Quraish Shihab. Kata Kunci : Pendidikan Akhlak; Perspektif Al-Qur’an; Tafsir al-Misbah.
RELEVANSI DAN KORELASI QAW’ID AL-TAFSIR DENGAN USHUL AL-FIQH Syofrianisda Syofrianisda
Alhurriyah Vol 2, No 2 (2017): Juli-Desember 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.795 KB) | DOI: 10.30983/alhurriyah.v2i2.368

Abstract

Dinamika penafsiran al-Qur’an dan beragam upaya untuk memahami maksud tersirat dibalik ayat-ayatnya hingga hari ini masih tetap menarik perhatian dan minat para cendikiawan muslim maupun non muslim. Satu hal yang menjadi salah satu faktor mengapa al-Qur’an tetap menjadi the most wanted hingga saat ini mungkin saja adalah posisi al-Qur’an sebagai sumber primer ajaran Islam dengan kajian yang cukup holistik. Segala masalah yang dihadapi muslim dapat dikembalikan dan dicari solusinya dalam al-Qur’an. Pesatnya upaya penafsiran al-Qur’an pada dinamikanya diimbangi oleh berkembangnya ilmu bantu penafsiran yang juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup menjanjikan. Hal ini menjadi logis dan rasional sebab untuk memiliki pemahaman yang komprehensif, seorang mufassir haruslah menguasai beberapa ilmu bantu seperti ilmu bahasa, balaghah, qawaid, fiqih, ushul fiqih dll.
Karakteristik Pakaian Wanita Muslimah dalam Tinjauan Al-Qur’an dan Hadis Syofrianisda Syofrianisda
Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya Vol 2, No 1 (2020): Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya
Publisher : IAIN Batusangkar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.091 KB) | DOI: 10.31958/istinarah.v2i1.2160

Abstract

Permasalahan ini dilatarbelakangi oleh bentuk pengungkapan istilah pakaian dalam al-Qur’an cendrung menggunakan istilah dalam bahasa Arab, jika ditafsirkan dengan bahasa Indonesia, maka pakaian yang harus dipakai oleh semua orang termasuk orang Indonesia harus memakai pakaian yang sesuai dengan budaya Arab. Realita yang terjadi pada masyarakat Indonesia pada saat ini adalah memakai pakaian yang tidak sesuai dengan budaya Arab. Sementara dalam al-Qur’an tidak banyak ayat yang membahas tentang masalah pakaian dan etika dalam berpakaian yang sesuai dengan standar syar’i, perlu rujukan lain yang dapat dijadikan sebagai sumber yang qath’i tentang masalah ini baik dari tafsir, hadis, fiqih dan lain-lain.
Tanawwu' Ma'ani al-Libas fi al-Qur'an (Dirasat al-Tafsir al-Maudu'iy) Syofrianisda Syofrianisda
ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol. 18 No. 2 (2017)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/esensia.v18i2.1479

Abstract

Penelitian ini ditekankan dan didasarkan pada realita dan pemahaman masyarakat yang penulis temukan bahwa mereka memahami “libas” hanyalah sebatas penutup badan saja, atau dalam artikata “pakaian”. Sementara didalam al-Qur’an, pengungkapan kata libas itu bermacam-macam, ada yang diungkapkan dengan ungkapan “libasul khauf”, ada juga dengan istilah "libasul jû’”. Penelitian ini ditekankan pada kajian penafsiran ayat-ayat “libas” dalam al-Qur’an, di mana lafaz al-Qur’an yang berasal dari pecahan kata yang sama (dalam hal ini ayat-ayat “libas”) sehingga terjadi kekeliruan dan salah tanggap dalam memahami isi dan kandungan al-Qur’an. Dalam kajian ulum al-Qur’an hal ini dinamakan dengan wujuh, yaitu lafaz musytarak yang muncul berulang kali dengan makna yang beragam.
RELEVANSI DAN KORELASI QAW’ID AL-TAFSIR DENGAN USHUL AL-FIQH Syofrianisda Syofrianisda
Alhurriyah Vol 2, No 2 (2017): Juli-Desember 2017
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.939 KB) | DOI: 10.30983/alhurriyah.v2i2.368

Abstract

Dinamika penafsiran al-Qur’an dan beragam upaya untuk memahami maksud tersirat dibalik ayat-ayatnya hingga hari ini masih tetap menarik perhatian dan minat para cendikiawan muslim maupun non muslim. Satu hal yang menjadi salah satu faktor mengapa al-Qur’an tetap menjadi the most wanted hingga saat ini mungkin saja adalah posisi al-Qur’an sebagai sumber primer ajaran Islam dengan kajian yang cukup holistik. Segala masalah yang dihadapi muslim dapat dikembalikan dan dicari solusinya dalam al-Qur’an. Pesatnya upaya penafsiran al-Qur’an pada dinamikanya diimbangi oleh berkembangnya ilmu bantu penafsiran yang juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup menjanjikan. Hal ini menjadi logis dan rasional sebab untuk memiliki pemahaman yang komprehensif, seorang mufassir haruslah menguasai beberapa ilmu bantu seperti ilmu bahasa, balaghah, qawaid, fiqih, ushul fiqih dll.
AL-QUR'ÂN YUFASSIRU BA'DHUHU BA'DHA ACCORDING TO BINTU SYÂTHI' Syofrianisda Syofrianisda; Dewi Murni
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 11 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Of the various forms of interpretation methods that exist and the application of these methods in a book of interpretation. The author sees that the rules of al-Qur'ân Yufassiru Ba'dhuhu Ba'dha, although already known by mufassir circles, are not systematic in their application. The application made between one mufassir and other mufassir does not have the same benchmark. That is, the principles of al-Qur'ân Yufassiru Ba'dhuhu Ba'dha are recognized in theory, but in practice they are still global. As an example of the application of the rules of al-Qur'ân Yufassiru Ba'dhuhu Ba'dha in the books of bi al-mâtsur interpretations. Among them, the book al-Dur al-Mânsur and Jami' al-Bayân. These three commentary books, although they agree that al-Qur'ân Yufassiru Ba'dhuhu Ba'dha. However, in applying the principles of the Koran, Yufasîrru Bâ'dhuhu Bâ'dha has different portions. What is the form of the provisions and criteria for which verses will be interpreted with other verses or to what extent there is no limit to the application of this rule in the related book. So how the proper application of this rule is still not systematic. This is the form of application of the rules of the Koran Yufasîrru Bâ'dhuhu Bâ'dha in the classical period.
KAJIAN HADITH TENTANG SALAM DALAM BUKU FIQIH LINTAS AGAMA (FLA) Syofrianisda
UNIVERSUM: Jurnal Keislaman dan Kebudayaan Vol. 11 No. 01 (2017): Januari 2017
Publisher : LPPM IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v11i01.724

Abstract

Permasalahan ini dilatarbelakangi olehhadith riwayat Muslim melalui AbuHurairah tentang larangan Nabi memulai mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani“(Janganlah kamu memulai mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, jika kamu berjumpa dengan salah seorang dari mereka di jalan, maka desaklah dia ke pinggir)”. Hadith ini dipahami oleh tim penulis mengesankan wajah Islam yang keras, kejam lagi menakutkan. Bahkan mereka menolak dan membatalkan validitas hadith ini. Mereka berpendapat bahwa hadith ini tidak sesuai dengan watak dasar Islam yang menekankan kedamaian. Penulis tertarik untuk membahas masalah ini, karena tidak ada kajian mendalam terhadap pemahaman tim penulis ini, terutama dalam hal menyapa non-Muslim. Meski Hartono Ahmad Ja’iz telah mengkritik gagasan mereka melalui buku-buku yang Mencegah Bahaya Jaringan Islam Liberal (JIL) dan Fiqih Antar Agama (FLA), namun Hartono tampaknya lebih fokus untuk menilai ayat-ayat tentang pluralisme saja. Sementara masalah tradisi pemahamannya sendiri, ia jauh lebih banyak mengomentari hadith yang terkait dengan masalah antaragama. Maka pemikiran seperti ini sangat mungkin berkembang di masa depan. Hal ini terbukti dengan berkembangnya studi pluralisme saat ini