Dewi Murni
Universitas Islam Indragiri

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KESETARAAN GENDER MENURUT Al-QURAN Dewi Murni; Syofrianisda Syofrianisda
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 6 No 1 (2018)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (864.197 KB) | DOI: 10.32520/syhd.v6i1.203

Abstract

Pembicaraan mengenai isu gender sudah banyak dikumandangkan baik dikalangan umum maupun di kalangan akademisi khususnya di Indonesia. Fokus pembicaraan ada yang bersifat umum, terutama menyangkut hak-hak dan pemberdayaan perempuan. Dan, ada yang bersifat khusus, termasuk dalam pemikiran Islam, yaitu penafsiran ayat-ayat terkait masalah perempuan. Beberapa kritikan terhadap perspektif gender dalam Al-Quran, umumnya dialamatkan kepada penafsiran tentang teks-teks tersebut oleh beberapa mufassir yang dinilai bersikap diskriminatif terhadap perempuan. Pemahaman mengenai sejauh mana obketivitas dan kejernihan kritikan tersebut, dapat dilakukan dengan memahami terlebih dahulu mengenai makna gender, kemudian menelusurinya lewat penafsiran Al-Quran, Sunnah dan penakwilan bahasa (isyari) . Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa esensi dari perspektif gender adalah ide tentang kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Ide kesetaraan sesuai dengan prinsip dasar agama Islam sebagai rahmatan lil alamin, yang berarti juga termasuk rahmat bagi perempuan tanpa terpasung hak-haknya hanya dikarenakan berjenis kelamin perempuan.
MUTLAQ DAN MUQOYYAD Dewi Murni
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 7 No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1147.046 KB)

Abstract

Tulisan ini membahas mengenai mutlaq dan muqayyad adalah salah satu kaidah–kaidah bahasa yang diperlukan mufassir untuk menerjuni pemahaman di dalam Al-Quran. Pemahaman dan penguasaan kaidah-kaidah tersebut yang berkaitan dengan mutlaq dan muqayyad di dalam Al-Quran adalah mengenai bentuk lafaznya. Yaitu lafaz-lafaz yang ditinjau dari segi cakupan maknanya. Para ulama Ushul Fiqih menegaskan bahwa ada empat bentuk pertemuan antara mutlaq dan muqayad: (1) persamaan dalam sebab dan hukum, dalam hal ini ulama sepakat membawa lafaz mutlaq kepada muqayyad, (2) persamaan dalam sebab dan perbedaan di dalam hukum, oleh mayoritas ulama menetapkan yang mutlaq tetap pada kemutlakannya/ tidak menjadi muqayyad. (3) persamaan dalam hukum dan perbedaan dalam sebab, di sini mayoritas ulama menjadikan yang lafaz mutlaq itu kepada muqayyad, kecuali Hanafiyah. (4) perbedaan dalam sebab dan hukum, dalam hal ini masing-masing teks berlaku tanpa saling mempengaruhi. Perbedaan pendapat di atas lahir karena para ulama berbeda sudut pandang dan langkah dalam memahami lafaz mutlaq dan muqayyad tersebut. Imam Syafii berpedoman pada prinsip “pengamalan kedua dalil bila memungkinkan” dan juga berpendapat bahwa mengamalkan hukum yang muqayyad berarti telah mengamalkan juga yang mutlaq hal ini karena memiliki keterikatan satu sama lain. Berbeda halnya prinsip yang digunakan oleh Hanafiyah bahwa mereka memahami Al-Quran itu memiliki tujuan hukumnya masing-masing sehingga antara ayat yang satu dengan yang lainnya tidak bisa dihubungkan tanpa ada dalil yang membatasinya.
Kaidah Munasabah Dewi Murni
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 7 No 2 (2019)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.068 KB)

Abstract

Mengkaji munasabah al-Qur’an dapat dianggap penting, karena akan diperoleh faedah memperoleh pemahaman yang lebih sempurna dari teks al-Qur’an. Karena persoalan munasabah termasuk dalam kategori ijtihad, maka kaidah-kaidahnya pun bersifat ijtihadi. Namun secara umum mereka sepakat bahwa kaidah Ilmu Mantiq serta Ilmu Bahasa mutlak diperlukan. Dengan demikian analisis filosofis serta analisis bahasa menjadi penting dalam metodologi penelitian munasabah al-Qur’an. Munasabah al-Qur’an dengan demikian dapat pula menjadi salah satu cabang Ilmu Al-Qur’an yang penting dan strategis. Ilmu Munasabah ini sekaligus menjadi sebuah perangkat yang melengkapi metodologi pemahaman al-Qur’an secara konprehensif.
TAFSIR DARI SEGI CORAKNYA Lughawi, Fiqhi Dan Ilmiy Dewi Murni
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 8 No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tafsir lughawi menjelaskan kitab suci al-Qur'an melalui interpretasi semiotic dan semantic yang meliputi etimologis, morfologis, leksikal, gramatikal, dan retorikal. Tafsir lughawi ini merupakan salah satu corak yang dilakukan oleh mufassir untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an. Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang sangat tinggi, maka mufassir yang akan menafsirkan al-Qur’an dengan corak ini harus memiliki kapasitas dan criteria tertentu. Tafsir lughawi ini sudah mulai muncul pada abad kedua dan ketiga hijriyah.Tafsir Fiqhi adalah corak tafsir yang lebih menitikberatkan kepada pembahasan masalah-masalah fiqhiyyah dan cabang-cabangnya serta membahas perdebatan/perbedaan pendapat seputar pendapat-pendapat imam madzhab. Tafsir fiqhi ini juga dikenal dengan tafsir Ahkam, yaitu tafsir yang lebih berorientasi kepada ayat-ayat hukum dalam al-Qur’an (ayat-ayat ahkam).Tafsir ilmu adalah suatu metode tafsir yang berusaha menjalaskan istilah-istilah yang ilmiyah dalam al-Qur’an dan menghasilkan berbagai macam teori ilmiyah dan filsafat. Jadi, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan tafsir ilmi adalah seorang mufassir yang berusaha menjelaskan makna yang terkandung dalam al-Qur’an dengan metode atau pendekatan ilmiyah atau ilmu mengetahuan. Melalui ketiga pendekatan ini menunjukkan bahwa al-Qur’an sumber ilmu pengetahuan yang dapat dikaji melalui pendekatan maupun corak apapun.
SOLUSI PEMENUHAN HAK SEKSUAL DALAM KETAHANAN KELUARGA PERSPEKTIF AL-QUR’AN Dewi Murni
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 9 No 1 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi tentang ayat-ayat yang berhubungan denganpernikahan menyimpulkan sejumlah prinsip dasar yangseharusnya menjadi dasar sebuah pernikahan. Prinsipyang dimaksud di antaranya, terpenuhinya prinsip sakînah,mawaddah wa rahmah (ketenangan, cinta dan kasihsayang). Prinsip tersebut menjadi dasar dari setiapperjanjian antara dua pihak. Perjanjian yang dibuat tanpamerealisasikan prinsip-prinsip yang menimbulkanketimpangan dan ketidakadilan. Al-Qur’an dengan jelasmenyatakan “Hunna libâsun lakum wa antum libâsunlahun” (mereka perempuan adalah pakaianmu, dan kamulaki-laki adalah pakaian mereka). Dengan itu, pernikahanharus dibangun di atas prinsip kesetaraan seksual.
Penafsiran Ayat Al-Libảs dalam Tafsir Kontemporer Dewi Murni; Hani Asparul
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 9 No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mengkaji kata libảs dalam Al-Qur’an berbasis kontemporer. Adapun permasalahan pokoknya adalah apa saja makna kata al-Libảs secara kontemporer di dalam Al-Qur’an. Hal yang demikian ini karena dilatarbelakangi oleh penafsiran-penafsiran klasik sebelumnya hanya menyebutkan makna al-Libảs pakaian saja. Untuk menjawab pernyataan tersebut, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis. Metode deskriptif dimaksudkan untuk mengurai makna kata al-libảs yang terdapat di dalam kamus dan Al-Qur’an, dengan mengumpulkan dan mengidentifikasi ayat-ayat tentang al-Libảs. Sedangkan metode analitis dimaksudkan untuk menganalisa bentuk variasi dan perbedaan makna dari pengertian yang menunjukkan arti pakaian. Hasil dari penelitian ini adalah: Pertama, kata al-Libảs di dalam Al-Qur’an memiliki Fungsi Pakaian sebagai Penutup (Aurat), dalam fungsinya sebagai penutup, tentunya pakaian menutupi segala yang tidak boleh diperlihatkan oleh pemakai. Kedua, pakaian mempunyai fungsi sebagai Perhiasan salah satu yang harus digarisbawahi adalah selama perhiasaan tersebut tidak menimbulkan rangsangan berahi dari yang melihatnya. Ketiga pakaian berfungsi sebagai perlindungan (ketakwaan)pakaian justru bisa memberikan pengaruh psikologis bagi pemakainya untuk senantiasa taat kepada-Nya dan memberikan nilai-nilai moral kepada orang yang melihatnya. Keempat, kata Libâs adalah pasangan suami istri yang diibaratkan pakaian, karena keduanya saling membutuhkan, melindungi, dan merasakan kenikmatan dalam hubungan seksual.
CHARACTERISTICS OF CHILDREN IN THE QUR'AN Dewi Murni; Ahmad Nur Fathoni
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 10 No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to examine more deeply about children, especially the characteristics of children in the Qur'an and the implications of its meaning in the context of parenting. Children are a gift as well as a trust that aresent by Allah to His servants who will be asked the responsibility in the afterlife. Parents responsibilities is to provide education to children from early age.Development in early childhood is largely determined by the environment and family. This study explains that the family is the first place where children get education. The character and personality of children are formed in the family. Parents actually must have concepts or provisions for educating their children which include moral or character education, science education, religious education, justice, and giving attention and affection to them. This study examines children's terms such as al walad , al ibn, al bint, dzurriyah, as Shobiyu, at thifluand al ghulamu. On the other hand, it also discusses the types of children's characters in the Qur'an and the implications of their meaning for parenting, therefore, this research will be possible to study in more detail.
SAYYID QUTHB DAN AL-TASHWIR AL-FANNI FI AL-QUR’AN Ahmad Nur Fathoni; Dewi Murni
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 10 No 1 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to examine the literary method used in the Kitab al-Tashwīr al-Fanni fī al-Qur’ān (artistic depictions in the Qur’an) written by Sayyid Qutb. This book examines the beauty of the expressions of the Qur’an and analyzes the verses revealed in it. In addition, this book also explores the secrets of the beauty of the Qur’an, and is not just an anthology. The results of this study arrive at the result that the literary method used by Sayyid Qutb is a depiction method, namely the tashwir fanni method (artistic drawing). Artistic drawing is the basic rule in the stylistics of the Qur’an. And the phenomena that stand out in this description are takhyil (feeling imagination) and tajsim (similes). And this phenomenon must be expressed in a certain pattern. Because takhyil and tajsim are useless without stylistic patterns that are fully expressed.
AL-QUR'ÂN YUFASSIRU BA'DHUHU BA'DHA ACCORDING TO BINTU SYÂTHI' Syofrianisda Syofrianisda; Dewi Murni
SYAHADAH : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Keislaman Vol 11 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak. Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Of the various forms of interpretation methods that exist and the application of these methods in a book of interpretation. The author sees that the rules of al-Qur'ân Yufassiru Ba'dhuhu Ba'dha, although already known by mufassir circles, are not systematic in their application. The application made between one mufassir and other mufassir does not have the same benchmark. That is, the principles of al-Qur'ân Yufassiru Ba'dhuhu Ba'dha are recognized in theory, but in practice they are still global. As an example of the application of the rules of al-Qur'ân Yufassiru Ba'dhuhu Ba'dha in the books of bi al-mâtsur interpretations. Among them, the book al-Dur al-Mânsur and Jami' al-Bayân. These three commentary books, although they agree that al-Qur'ân Yufassiru Ba'dhuhu Ba'dha. However, in applying the principles of the Koran, Yufasîrru Bâ'dhuhu Bâ'dha has different portions. What is the form of the provisions and criteria for which verses will be interpreted with other verses or to what extent there is no limit to the application of this rule in the related book. So how the proper application of this rule is still not systematic. This is the form of application of the rules of the Koran Yufasîrru Bâ'dhuhu Bâ'dha in the classical period.