Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

GLOBALISASI DAN MASA DEPAN FIKIH (KAJIAN SHIGAT AQAD NIKAH) Eka Suriansyah
El-Mashlahah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.249 KB) | DOI: 10.23971/el-mas.v8i2.1319

Abstract

Majunya dunia teknologi pada dasawarsa millennial, melahirkan sebuah era baru yang disebut globalisasi. Ia lahir sebagai klimak dari modernisasi dunia Barat yang membawa perubahan terhadap pola interaksi dan komunikasi dunia. Implikasinya adalah perubahan terminologi ruang dan waktu hinggakehadirannya memangkas batas keduanya. Kondisi ini membawa dampak sistemik dalam berbagai segment dan piranti sosial. Keadaan masyarakat di era ini sudah bergeser dari terminologi tradisional tentang ruang dan waktu, menuju terminologi global. Konsep keduanya dalam terminologi globalisasi bersifat virtual; bertemu dalam waktu yang sama namun dalam dimensi ruang yang berbeda. Kondisi ini membentuk pola dan cara pandang baru terhadap dimensi ruang dan waktu. Dalam kajian fikih, interpretasi terhadap makna ruang dan waktu adalah suatu yang urgen. Ia akan sangat besar memberikan implikasi pada produk hukum. Terlebih kehadiran kitab-kitab fikih berada pada era klasik. Seperti shigat ijab-qabul dalam prosesi pernikahan yang mensyaratkan bersatunya dalam satu ruang mengharuskan lahirnya pemahaman baru terhadap kata ruang. Kata ruang dalam interpretasi era pra-globalisasi adalah ruang dalam arti yang sesungguhnya, berada dalam rentang waktu dan tempat yang sama, sedang ruang dalam era globalisasi bisa diterjemahkan sebagai ruang dalam arti sesungguhnya, dan bisa pula ruang dalam arti hanya bersatunya dalam satu waktu namun berada dalam tempat yang berbeda
KONSEP KAFA'AH MENURUT SAYYID USMAN Eka Suriansyah; Rahmini Rahmini
El-Mashlahah Vol 7, No 2 (2017)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.778 KB) | DOI: 10.23971/el-mas.v7i2.1426

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang konsep kafa'ah menurut pemikiran Sayyid 'Usmdn bin Yahya dalam kitab al-Qawanin asy-Syar'iyyah.Yang menjadi topik masalah dalam tulisan ini adalah adanya kesenjangan antara konsep yang dipaparkan Sayyid 'Usman mengenai kafaah dengan idealnya konsep kafaah yang tertuang dari al-quran dan hadis. Dengan demikian, tujuan dari tulisan ini tidak lain adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep kafa'ah dalam perkawinan menurut pemikiran Sayyid Usman bin Yahya dalam kitab al-Qawanin asySyar'iyyah. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan relevansi konsep kafa'ah dalam perkawinan antara saripah dengan non-sayid menurut pemikiran Sayyid ‘Uémdn bin Yahya dalam kitab alQawanin asy-Syar'iyyah dengan situasi sekarang. Ending tulisan ini menunjukkan bahwa konsep kafa'ah dalam perkawinan saripah dengan non-sayid menurut pemikiran Sayyid 'Us'man bin Yahya dalam kitab al-Qawanin asy-Syar'iyyah adalah tidak boleh atau haram, begitu pula dengan fatwa yang membolehkan perkawinan saripah dengan non-sayid. Sebagai argumentasi yang menguatkan pendapat Sayyid ‘Usman adalah pendapat yang di ambil dari dua kitab yang berjudul Bugiyyah al-Musytarsyidin karya Sayyid 'Abdurrahman Ba'alawi dan Tarsyikhul Mustafdin Bitausihi Fath al-Mu'in karya Sayyid 'Alawi bin Ahmad al-Saqdf. Namun, dua pendapat ini lebih banyak dilatar belakangi oleh tradisi masyarakat Hadramaut ketika itu, dan Sayyid 'Usman sendiri hanya menerima hukum jadi yang diambilnya dari ulama terdahulu yang telah mengeluarkan fatwa lebih dulu, dalam hal ini tidak ada ijtihad baru yang dilakukan Sayyid 'Usman. Selain itu, Sayyid ‘Usman juga mengemukakan beberapa hadis yang dijadikan sebagai dalil nash yang menguatkan pendapatnya, namun hadi-shadis ini sama sekali tidak berkaitan dengan konteks kafa'ah. Perkembangan selanjutnya, ternyata pemikiran Sayyid 'Us'man ini sudah tidak relevan lagi dengan situasi sekarang, disamping karena pemikiran Sayyid 'Usman lebih bersifat eksklusif, hal ini juga disebabkan karena keberadaan kafa’ah dalam suatu perkawinan tidak lain hanya untuk mencapai suatu keharmonisan dalam rumah tangga, sehingga ketentuan kafa'ah itu dapat berlaku sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakatnya masing-masmg yang membutuhkan, tanpa harus memberatkan salah satu pihak dan jelas harus terlepas dari kepentingan pribadi.
KONSEP KAFA'AH MENURUT SAYYID USMAN Eka Suriansyah; Rahmini Rahmini
El-Mashlahah Vol 7, No 2 (2017)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/el-mas.v7i2.1426

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang konsep kafa'ah menurut pemikiran Sayyid 'Usmdn bin Yahya dalam kitab al-Qawanin asy-Syar'iyyah.Yang menjadi topik masalah dalam tulisan ini adalah adanya kesenjangan antara konsep yang dipaparkan Sayyid 'Usman mengenai kafaah dengan idealnya konsep kafaah yang tertuang dari al-quran dan hadis. Dengan demikian, tujuan dari tulisan ini tidak lain adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep kafa'ah dalam perkawinan menurut pemikiran Sayyid Usman bin Yahya dalam kitab al-Qawanin asySyar'iyyah. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan relevansi konsep kafa'ah dalam perkawinan antara saripah dengan non-sayid menurut pemikiran Sayyid ‘Uémdn bin Yahya dalam kitab alQawanin asy-Syar'iyyah dengan situasi sekarang. Ending tulisan ini menunjukkan bahwa konsep kafa'ah dalam perkawinan saripah dengan non-sayid menurut pemikiran Sayyid 'Us'man bin Yahya dalam kitab al-Qawanin asy-Syar'iyyah adalah tidak boleh atau haram, begitu pula dengan fatwa yang membolehkan perkawinan saripah dengan non-sayid. Sebagai argumentasi yang menguatkan pendapat Sayyid ‘Usman adalah pendapat yang di ambil dari dua kitab yang berjudul Bugiyyah al-Musytarsyidin karya Sayyid 'Abdurrahman Ba'alawi dan Tarsyikhul Mustafdin Bitausihi Fath al-Mu'in karya Sayyid 'Alawi bin Ahmad al-Saqdf. Namun, dua pendapat ini lebih banyak dilatar belakangi oleh tradisi masyarakat Hadramaut ketika itu, dan Sayyid 'Usman sendiri hanya menerima hukum jadi yang diambilnya dari ulama terdahulu yang telah mengeluarkan fatwa lebih dulu, dalam hal ini tidak ada ijtihad baru yang dilakukan Sayyid 'Usman. Selain itu, Sayyid ‘Usman juga mengemukakan beberapa hadis yang dijadikan sebagai dalil nash yang menguatkan pendapatnya, namun hadi-shadis ini sama sekali tidak berkaitan dengan konteks kafa'ah. Perkembangan selanjutnya, ternyata pemikiran Sayyid 'Us'man ini sudah tidak relevan lagi dengan situasi sekarang, disamping karena pemikiran Sayyid 'Usman lebih bersifat eksklusif, hal ini juga disebabkan karena keberadaan kafa’ah dalam suatu perkawinan tidak lain hanya untuk mencapai suatu keharmonisan dalam rumah tangga, sehingga ketentuan kafa'ah itu dapat berlaku sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakatnya masing-masmg yang membutuhkan, tanpa harus memberatkan salah satu pihak dan jelas harus terlepas dari kepentingan pribadi.
GLOBALISASI DAN MASA DEPAN FIKIH (KAJIAN SHIGAT AQAD NIKAH) Eka Suriansyah
El-Mashlahah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/el-mas.v8i2.1319

Abstract

Majunya dunia teknologi pada dasawarsa millennial, melahirkan sebuah era baru yang disebut globalisasi. Ia lahir sebagai klimak dari modernisasi dunia Barat yang membawa perubahan terhadap pola interaksi dan komunikasi dunia. Implikasinya adalah perubahan terminologi ruang dan waktu hinggakehadirannya memangkas batas keduanya. Kondisi ini membawa dampak sistemik dalam berbagai segment dan piranti sosial. Keadaan masyarakat di era ini sudah bergeser dari terminologi tradisional tentang ruang dan waktu, menuju terminologi global. Konsep keduanya dalam terminologi globalisasi bersifat virtual; bertemu dalam waktu yang sama namun dalam dimensi ruang yang berbeda. Kondisi ini membentuk pola dan cara pandang baru terhadap dimensi ruang dan waktu. Dalam kajian fikih, interpretasi terhadap makna ruang dan waktu adalah suatu yang urgen. Ia akan sangat besar memberikan implikasi pada produk hukum. Terlebih kehadiran kitab-kitab fikih berada pada era klasik. Seperti shigat ijab-qabul dalam prosesi pernikahan yang mensyaratkan bersatunya dalam satu ruang mengharuskan lahirnya pemahaman baru terhadap kata ruang. Kata ruang dalam interpretasi era pra-globalisasi adalah ruang dalam arti yang sesungguhnya, berada dalam rentang waktu dan tempat yang sama, sedang ruang dalam era globalisasi bisa diterjemahkan sebagai ruang dalam arti sesungguhnya, dan bisa pula ruang dalam arti hanya bersatunya dalam satu waktu namun berada dalam tempat yang berbeda
Zakat Hasil Tangkapan Laut dalam Pemahaman Juragan Nelayan dan Elaborasinya pada Hukum Islam Khasiatilah; Eka Suriansyah; Muhammad Norhadi
QISTHOSIA : Jurnal Syariah dan Hukum Vol. 5 No. 1 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46870/jhki.v5i1.982

Abstract

This research was motivated by the lack of understanding of fishermen on the obligation to pay zakat of the sea product. Although the income of the employer nelayan has been categorized as compulsory zakat, it turns out that most of the employers still did not pay zakat. There are two purposes of the study were to determine the implementation of paying zakat of the sea product in Sungai Cabang Barat Village and to find out the understanding of fishermen on zakat of the sea product. This research used a socio-legal approach. Data collection techniques carried out in research were by interviews, observation, and documentation. The subjects of the study were five fishermen who owned boats and employees to go to sea.  There are two theories used in research, namely urf’ theory, maslahah mursalah theory, and sociological theory of knowledge.  The results showed that: (1) the comprehension of fishermen in Sungai Cabang Barat Village on the obligation to pay zakat of the sea product, including the following:  some knew and carried out the obligation of zakat of the sea product, some did not know at all, and some just knew but did not pay zakat. (2) the implemented of paying zakat of the sea product in Sungai Cabang Barat village, including the following: zakat was paid annually, usually zakat was cashed at the time before Eid al-Fitr. Zakat was distributed to the closest family, but these relatives were indeed included in the category of mustahiq zakat. Nishab zakat of the sea product followed to zakat trade and zakat mal. The fishermen paid and distributed his zakat directly to mustahiq without going through the amil agency.
Aksi Nyata Mahasiswa KKN IAIN Palangka Raya: Membenahi Infrastruktur Desa Sumber Agung Melalui Pembuatan Plang Nama Jalan Ahmad Riyadi; Kartika Saritilawah Rahmah; Siti Aisyah; Anissa Putri Kamila; Ahmad Adi Reksi; Ahmad Jumansyah; Eka Suriansyah
Cakrawala: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global Vol. 3 No. 4 (2024): Cakrawala: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global
Publisher : Universitas 45 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30640/cakrawala.v3i4.3267

Abstract

Real Work Lecture (KKN) activities carried out by IAIN Palangka Raya students in Sumber Agung Village to improve village infrastructure through making and installing road signs. This program was motivated by observations which showed that many road signs were damaged or missing, which made navigation difficult for the public and visitors. By involving seven students, this activity not only improves regional accessibility and orientation, but also strengthens collaboration between students and the community. Implementation of this program involves coordination with village officials, site surveys, and fundraising, as well as receiving active support from village residents. It is hoped that with the new road signs, it will be easier for the community to carry out activities and recognize important locations in the village, as well as increase the sense of togetherness in efforts to advance the infrastructure of Sumber Agung Village.
Implementasi Nilai-Nilai Moderasi Beragama Bagi Peserta Didik Pada Jenjang Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah Pertama Di Desa Tewang Rangkang Kecamatan Tewang Sangalang Garing Kabupaten Katingan Wirastiani Binti Yusup; Eka Suriansyah; Kadek Sukiada; Elni Purniatuz Zahroh; Alfian Fauzi; Juhey Riyah; Hermalina Karubaba; Delon Septrianto; Lola Vitaloka; Jose Ernest; Rima Noktayani; Arnus Pransisno; Ni Wayan Sutami; Fathimah Tsabitah Al-Khairiyah
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol. 2 No. 4 (2023): Desember : Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Yappi Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jppmi.v2i4.849

Abstract

The Nusantara Real Work Lecture on Religious Moderation is a priority program of the Indonesian Ministry of Religion focusing on community service through collaboration with Religious Universities in realizing religious moderation at KKN locations. In this case, Tewang Rangkang Village became the selected village by the Ministry of Religion by implementing a competition program, namely the organizer of the Christian Guidance Committee for Religious Moderation to become a Religious Moderation Village. The aim of the NMB KKN is to strengthen the religious values of the Tewang Rangkang Village community through the main and superior work program of group IX of the Nusantara KKN Religious Moderation. The NMB KKN implementation method uses a type of research and service, namely PAR Participatory Action Research or action research involving the community, the Tewang Rangkang Village government and the Elementary School and Junior High School Education sectors in facing the excesses of globalization with a lack of community participation in religious activities and a lack of ability to realize moderation. religious. The results of the NMB KKN for 40 days showed that Tewang Rangkang Village had become a Religious Moderation Village by being able to implement the 4 pillars of religious moderation, namely diversity based on ideology, non-violence, tolerance and accommodating local culture. Based on the main and superior work program of Group IX, there is the principle of sustainable development as one of the elements of PAR. Furthermore, the results of NMB Group IX KKN can have an impact on all parties involved through the socialization of religious moderation at the educational levels of SDN 1 Tewang Rangkang, SDN 2 Tewang Rangkang, SMPN 2 Tewang Sangalang Garing and the output obtained, namely inter-religious religious competitions (Islam, Christianity, Hinduism). so as to create harmony between religious communities which is an embodiment of the values of religious moderation at the KKN location in Tewang Rangkang Village, Tewang Sangalang Garing District, Katingan Regency.