Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

ANALISIS PREDIKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PENDEKATAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN REGRESI LOGISTIK DI KOTA BALIKPAPAN Maharany Shandra Ayu Hapsary; Sawitri Subiyanto; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPertumbuhan dan perkembangan suatu kota menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan akibat dari meningkatnya kebutuhan lahan dan aktifitas penduduk dalam menjalankan kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Sistem Informasi Geografi (SIG) dapat digunakan untuk memonitor dan memprediksi perubahan penggunaan lahan dengan menghubungkan faktor-faktor perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan di Kota Balikpapan periode tahun 2009-2019, memprediksi penggunaan lahan dengan model Artificial Neural Network (ANN) dan Regresi Logistik, serta menentukan kesesuaian penggunaan lahan hasil prediksi tahun 2029 dengan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Balikpapan tahun 2012-2032. Data primer yang digunakan untuk penelitian adalah peta penggunaan lahan hasil klasifikasi terbimbing (supervised) dari citra Landsat 7 tahun 2009, citra SPOT 5 tahun 2014, dan citra SPOT 7 tahun 2019. Pemodelan perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan sebuah plugins yaitu MOLUSCE (Modules for Land Use Change Simulations) pada perangkat lunak QGIS. Variabel faktor pendorong perubahan yang digunakan berupa jarak ke jalan, jarak ke sungai, jarak ke permukiman dan kepadatan penduduk. Hasil penelitian menunjukkan perubahan penggunaan lahan Kota Balikpapan tahun 2009-2019 mengalami penurunan luas pada kebun campuran berkurang sebesar 3.499,69 Ha (6,85%) dan mangrove meningkat sebesar 2.515 Ha (4,92%). Pemodelan perubahaan penggunaan lahan dengan metode ANN memiliki nilai akurasi model yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode regresi logistik melalui validasi model antara peta prediksi penggunaan lahan dengan peta eksisting yang menghasilkan nilai indeks kappa sebesar 0,620 untuk model ANN dan 0,588 untuk model regresi logistik. Tingkat kesesuaian setelah dilakukan overlay antara peta prediksi penggunaan lahan tahun 2029 dengan model ANN dan Regresi Logistik terhadap peta RTRW dinyatakan cukup baik yaitu sebesar 44,25% dan 43,49%.
ANALISIS ANCAMAN MULTI BENCANA DI KABUPATEN KENDAL BERBASIS FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Rahmat Randy Valdika; Arief Laila Nugraha; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.759 KB)

Abstract

Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa tengah yang mengalami tingkat kebencanaan tinggi di tahun 2017. BPBD Kendal pada tahun 2017 mencatat terjadi 154 kejadian bencana yang didominasi oleh Banjir dan Tanah Longsor. Kompas juga melansir terjadi bencana kekeringan yang melanda 20 desa di Kabupaten Kendal pada bulan September 2017. Salah satu cara untuk menanggulangi tingginya ancaman bencana di Kabupaten Kendal adalah dengan pendeteksian ancaman bencana menggunakan pemetaan ancaman multi bencana. Pemetaan multi bencana dapat menunjukkan lokasi kritis dimana salah satu bencana atau lebih mendominasi peristiwa-peristiwa bencana yang terjadi di daerah tersebut. Berdasarkan hasil dari pemetaan multi bencana, pemerintah dapat merencanakan sistem mitigasi bencana dan memperkuat kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Pemetaan ancaman multi bencana di Kabupaten Kendal yang akan diteliti terdiri dari ancaman bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumpeng tindih (overlay) dan metode penilain dan pembobotan. Parameter setiap kriteria dan penilaian ancaman bencana dipilih mengikuti dan Katalog Methodologi Penyusunan Peta Geo Hazard. Pada metode pembobotan masing-masing kriteria bencana dilakukan variasi menggunakan metode pembobotan Fuzzy Analytic Hierarchy Process dan Katalog Methodologi Penyusunan Peta Geo Hazard. Pembobotan pada peta ancaman multi bencana di Kabupaten Kendal disusun menggunakan metode pembobotan Fuzzy Analytic Hierarchy Process. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tingkat akurasi dari hasil pemodelan ancaman bencana di Kabupaten Kendal berbasis FAHP untuk ancaman bencana banjir adalah 75%, untuk ancaman bencana tanah longsor 85% dan untuk ancaman bencana kekeringan adalah 82,5%. Sebaran wilayah kelas ancaman multi bencana rendah pada peta ancaman multi bencana di Kabupaten Kendal berbasis FAHP diperoleh luas ancaman sebesar 28773,774 Ha dan tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Kendal. Pada kelas ancaman multi bencana sedang diperoleh luas ancaman sebesar 69112,504 Ha dan tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Kendal . Pada kelas ancaman multi bencana  tinggi, diperoleh luas ancaman sebesar 2846,631 Ha dan tersebar di Kecamatan Kaliwungu Selatan, Limbangan, Patean, Plantungan, Singorejo, dan Sukorejo.
ANALISIS FAKTOR AKSESBILITAS,FASUM DAN FASOS TERHADAP HARGA BIDANG TANAH SERTA VISUALISASI BERBASIS WEBGIS (STUDI KASUS : KELURAHAN TLOGOSARI KULON, KECAMATAN PEDURUNGAN, KOTA SEMARANG) Oktaviani Arumingtyas; Sawitri Subiyanto; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.917 KB)

Abstract

ABSTRAK Salah satu proyek perumahan tersukses yang dibangun di kota Semarang adalah proyek bumi Tlogosari. Selama lebih dari 30 tahun,kelurahan tersebut berkembang sangat pesat. Jumlah rencana unit rumah yang dibangun adalah 9.260 unit dengan luas area perumahan 170,74 Ha atau 1,7 km2. Sekarang, kelurahan Tlogosari Kulon sendiri memiliki luas area kurang lebih 2,8 km2 dengan jumlah blok tanah kurang lebih 11.000 blok.Perkembangan ini didukung dengan peletakan dan pembangunan fasilitas umum dan sosial yang memang diarahkan untuk kawasan perumahan komersial.  Berkembang pesatnya kelurahan Tlogosari Kulon dengan jumlah lahan yang semakin terbatas, menimbulkan peningkatan harga tanah di daerah tersebut, dan pastinya fasilitas umum (fasum) dan sosial (fasos) turut berpengaruh dalam hal ini. Namun, belum ada kepastian fasilitas apa saja di kelurahan Tlogosari Kulon yang mempengaruhi harga tanah di kawasan tersebut. Selain itu,sampai sekarang juga belum ada model matematis harga tanah berdasarkan faktor aksesbilitas, fasilitas umum dan fasilitas sosial serta visualisasinya dalam bentuk WebGIS di Tlogosari Kulon. Hal ini bisa diselesaikan dengan persamaan regresi linier berganda dimana variabel yang digunakan adalah perhitungan jarak antar centeroid  fasilitas dengan bidang tanah, dengan dua data berupa harga tanah pasar wajar dan NJOP. Hasilnya, faktor aksesbilitas,fasum dan fasos pada harga tanah pasar wajar mempengaruhi 67,1 % , sedangkan pada NJOP mempengaruhi 18,1 %. Besar kecilnya pengaruh faktor dapat dilihat dari nilai koefisien beta pada model prediksi,dimana faktor aksesbilitas yang paling berpengaruh adalah jalan arteri sekunder, sedangkan fasum pada harga tanah pasar wajar dan NJOP adalah pasar dan kantor kelurahan , serta fasos pada harga pasar wajar dan NJOP adalah mall. Sebagian besar kesesuain hasil prediksi harga pasar wajar dan NJOP berada pada katagori sangat sesuai 44% dan 75%. Visualisasi peta harga tanah dapat dilihat pada bit.ly/landpricego. Hasil uji usability mendapatkan nilai 86,2% dengan katagori  sangat baik. Kata Kunci: Harga Tanah Pasar Wajar, NJOP, Prediksi, Tlogosari Kulon, WebGIS  ABSTRACTOne of the most successful house building projects in Semarang is Tlogosari . For 30 years,Tlogosari Kulon has developed very rapidly, the total planned house that built were 9,260 units, with an area 170.74 Ha or 1.7 km2, now the area of  Tlogosari Kulon is 2.8 km2 and approximately have 11,000 plots of land. This is supported by public and social facilities that are indeed directed to commercial residential areas. The rapid development of the Tlogosari Kulon and limited amount of land has led to an increase in land prices in the area, and certainly public and social facilities are influential in this regard. However, there is no certainty of any facilities in the Tlogosari Kulon  that affect the price of land. In addition, until now there is also no mathematical model of land prices based on accessibility factors, public facilities and social facilities as well as visualization in the form of WebGIS in Tlogosari Kulon. This can be solved by multiple linear regression equations where the variable used is the calculation of the distance between the centeroid facility and the plot of land, with two data are market land prices and NJOP. It turns out that the accessibility, public and social facilities factors on the market land price affect 67.1%, while NJOP affects 18.1%. The size of the influence of the factor can be seen from the value of the beta coefficient on the prediction model where the most influential access factor is the secondary arterial road, while the facilities at  market land prices and NJOP are traditional market and sub-district Tlogosari Kulon office, and social facilities at  market land prices and NJOP is the mall. suitability of  market land price prediction results and NJOP is in the category of very appropriate 44% and 75%. Visualization of land price maps can be seen in bit.ly/landpricego. Usability test results get a value of 86.2% with a very good category. Keywords: Market Land Price, NJOP, Prediction,Tlogosari Kulon,WebGIS
ANALISIS NILAI EKONOMI KAWASAN MENGGUNAKAN TRAVEL COST METHOD (TCM) DAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) UNTUK PEMBUATAN PETA ZONA NILAI EKONOMI KAWASAN DENGAN SIG (Studi Kasus : Kawasan Museum Purbakala Sangiran, Kabupaten Sragen) Ega Siva Bellamy; Bambang Sudarsono; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1234.723 KB)

Abstract

Potensi pariwisata di Indonesia yang beraneka ragam dan salah satunya wisata sejarah situs purbakala dapat menarik perhatian pengunjung. Besarnya potensi wisata situs purbakala yang ada di Indonesia dapat berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satu situs purbakala dengan keunikan isinya yang dapat dijadikan tujuan wisata adalah Museum Purbakala Sangiran. Besarnya potensi Kawasan Museum Purbakala Sangiran maka perlu dibuat Peta ZNEK untuk mengetahui nilai ekonomi kawasan berdasarkan Willingness To Pay dengan  metode TCM (Travel Cost Method) dan CVM (Contingent Valuation Method) pada kawasan tersebut, dan Peta Utilitas Kawasan berdasarkan tipologi kawasan. Metode penarikan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik sampling insidental, yaitu responden yang ditemui secara kebetulan datang berkunjung di Kawasan Museum Purbakala Sangiran. Data yang digunakan adalah 100 responden untuk TCM dan 100 responden untuk CVM. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis regresi linear menggunakan Microsoft Excel dan perhitungan menggunakan Maple 17. Serta dilakukan juga uji asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas), validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS 23. Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik menunjukkan semua data berdistribusi normal, tidak terjadi heteroskedastisitas, terbebas dari autokorelasi dan tidak memiliki multikolinearitas. Uji validitas dan reliabilitas menunjukan hasil valid dan reliabel pada model yang digunakan. Hasil perhitungan nilai total ekonomi diperoleh nilai guna langsung sebesar Rp. 639.849.194.800,-. Nilai keberadaan sebesar Rp. 50.457.653.780,- sehingga diperoleh nilai total ekonomi Kawasan Museum Purbakala Sangiran sebesar Rp. 690.306.848.600,-.
EVALUASI KESESUAIAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2010 DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN Kiky Extiana; Moehammad Awaluddin; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.172 KB)

Abstract

ABSTRAKSemarang Selatan merupakan salah satu kecamatan di Kota Semarang yang menjadi kawasan pusat aktivitas dan pusat perekonomian kota. Berbagai infrastruktur dibangun dan dikembangkan di kecamatan ini untuk mendukung berjalannya aktivitas dan perekonomian di pusat kota. Selain itu, Kecamatan Semarang Selatan merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk bruto klasifikasi tinggi. Perkembangan infrastruktur serta kepadatan penduduk yang tinggi dapat memicu penurunan kualitas lingkungan. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Semarang menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai upaya menjaga kualitas lingkungan kota serta keterpaduan kegiatan pembangunan. Hampir sepuluh tahun berjalannya perda ini, belum terdapat publikasi penelitian tentang evaluasi kesesuaian RTH berdasarkan perda berbasis spasial, terlebih dengan adanya pembagian area RTH yang detail di kawasan permukiman. Sebagai salah satu kecamatan dengan persentase rencana luasan RTH kawasan permukiman terbesar, maka perlu dilakukan penelitian tentang evaluasi kesesuaian RTH berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2010 di Kecamatan Semarang Selatan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan intepretasi citra WorldView-2 untuk didapatkan persebaran dan luasan RTH. Karena luas RTH direncanakan secara mendetail, diperlukan kontrol kualitas data seperti uji akurasi posisi dan tematik. Hasil uji akurasi posisi horizontal dan akurasi tematik menunjukkan pergeseran posisi menggunakan citra WorldView-2 untuk Peta Ruang Terbuka Hijau skala 1:2.500 tidak melebihi 1,5 meter serta akurasi tematik klasifikasi sebesar 96,65%. Secara umum, Kecamatan Semarang Selatan telah memenuhi peraturan 113,940 Ha dari 175,829 Ha atau 65% dari yang telah direncanakan. Terdapat enam klasifikasi ruang terbuka hijau yang belum memenuhi perencanaan yaitu pada kawasan sempadan sungai, areal taman lingkungan permukiman, area ruang hijau jalan permukiman, pertamanan dan lapangan, khusus militer, serta jalur Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi. Kata Kunci: RTH, Semarang Selatan, SIG ABSTRACTSouth Semarang is one of district in the Semarang City which is a center of activities and economy of the city. Various infrastructures are constructed and developed in this district to support the running of activity and economy in the center of the city. In addition, South Semarang District has a high gross population density classification. Development of infrastructure and high population density can trigger a decrease in environmental quality. Therefore, Semarang City Government issued Regional Regulation Number 7 of 2010 concerning Green Open Space Arrangement as an effort to maintain the quality of the city environment and the integration of development activities. Almost ten years of the operation of this regulation, there has been no research publication on the evaluation of green open space suitability based on regional regulation with spatial based, especially with the detail division of green open space in residential areas. As one of the sub-districts with the largest percentage of planned green open space area of residential, it is necessary to do research on evaluation of green open space suitability based on Regional Regulation of Semarang City Number 7 of 2010 in South Semarang District. This research was conducted using a spatial analysis method with WorldView-2 image interpretation to obtain the distribution and extent of green open space. Because detail of green open space plan, data quality controls such as position and thematic accuracy testing are required. Horizontal position and thematic accuracy test results show position shift using WorldView-2 imagery for a 1: 2,500 scale Green Open Space Map not to exceed 1.5 meters and a thematic accuracy classification of 96.65%. In general, South Semarang district has complied with 113,940 Ha out of 175,829 Ha or 65% of what was planned. There are six classifications of green open space which is not sufficient with the planning regulation consists of river border, settlement park area, settlement road area, park and field, military, and electric voltage line.
ANALISIS DAN VISUALISASI KESESUAIAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA PURWOKERTO MENGGUNAKAN WEBGIS Naufal Humam Manshur; Arief Laila Nugraha; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (764.258 KB)

Abstract

ABSTRAKPurwokerto merupakan ibu kota dari Kabupaten Banyumas. Hal itu menjadikan Purwokerto sebagai pusat kegiatan utama di Kabupaten Banyumas sehingga tingkat pertumbuhan Kota Purwokerto lebih tinggi dibanding daerah di sekitarnya. Pembangunan perkotaan yang baik tetap harus memperhatikan aspek lingkungan, termasuk Ruang Terbuka Hijau (RTH). Ruang Terbuka Hijau menurut Peraturan Meteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Keberadaan RTH memiliki manfaat yang sangat penting bagi sebuah lingkungan perkotaan, terutama RTH taman. Penelitian ini menggunakan metode digitasi on screen pada Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menganalisis luasan RTH di Kota Purwokerto. Hasil visualisasi RTH dalam penelitian ini dipetakan dari hasil digitasi on screen citra SPOT 7 tahun 2019 dan ditampilkan dalam bentuk webGIS. Hasil penelitian ini adalah Kota Purwokerto memiliki luas total RTH sebesar 2.134,887 ha atau setara dengan 52,24% dari luas total Kota Purwokerto. Luas RTH Privat Kota Purwokerto sebesar 1.966,178 ha atau senilai 48,11% dari luas total Kota Purwokerto dan luas RTH Publik Kota Purwokerto sebesar 168,710 ha atau sama dengan 4,13% dari luas total Kota Purwokerto. Keseuaian RTH Privat terhadap Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 telah memenuhi dari batas minimal yaitu 10%. Sedangkan, keseuaian RTH Publik tidak memenuhi dari batas minimal yaitu 20%. Kesesuaian RTH Kota Purwokerto telah memenuhi dari batas minimal yaitu 30%. Luas RTH Taman Kota Purwokerto sebesar 8,889 ha atau senilai dengan 0,22% dari luas Kota Purwokerto. Ketersediaan RTH Taman ada yang telah memenuhi dan ada yang tidak memenuhi dari batas minimal jumlah penduduk. Hasil keseluruhan uji usability webGIS mendapat nilai 4,14/5,00 yang mana masuk dalam kategori Sangat Baik. Kata Kunci: ArcGIS Online, Ruang Terbuka Hijau, SIG, WebGIS, Website ABSTRACTPurwokerto is the capital of Banyumas Regency. That makes Purwokerto the main center of activity in Banyumas Regency so that the growth rate of the City of Purwokerto is higher than the surrounding area. Good urban development must still pay attention to environmental aspects, including Green Open Space (GOS). Green Open Space according to the Regulation of the Public Works Number: 05/PRT/M/2008 is an elongated area / pathway and / or grouped, the use of which is more open, a place to grow plants, both those that grow naturally and are intentionally planted. The existence of green space has very important benefits for an urban environment, especially green space parks. This study uses the digitization on screen method in the Geographic Information System (GIS) to analyze the area of green space in the city of Purwokerto. The results of the green space visualization in this study were mapped from the results of digitizing on screen SPOT 7 image in 2019 and displayed in the form of webGIS. The results of this study are Purwokerto City has a total green space area of 2.134,887 ha or equivalent to 52,24% of the total area of Purwokerto City. The area of Private Green Open Space of Purwokerto City is 1.966,178 ha or equal to 48,11% of the total area of Purwokerto City and the area of Public Open Space of Purwokerto City is 168,710 ha or equal to 4,13% of the total area of Purwokerto City. Suitability of Private Green Open Space to the Minister of Public Works Regulation Number: 05/PRT/M/2008 has met the minimum limit of 10%. Meanwhile, the suitability of public green open space does not meet the minimum limit of 20%. The suitability of GOS Purwokerto City has met the minimum limit of 30%. The Green Open Space of Purwokerto City Park is 8,889 ha or equal to 0,22% of the Purwokerto City area. The availability of green open space in the park has met and some has not met the minimum population limit. The overall results of the webGIS usability test scored 4,14/5,00 which is included in the Very Good category.
ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP EMISI CO2 OLEH GAS BUANG KENDARAAN BERMOTORDI KELURAHAN TEMBALANG DAN SUMURBOTO Cartenz Noviantri Handayani; Abdi Sukmono; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.611 KB)

Abstract

ABSTRAKWilayah Kelurahan Tembalang dan Sumurboto sebagai wilayah terdampak perkembangan kawasan pendidikan mengalami peningkatan aktivitas pemenuhan kebutuhan masyarakat yang signifikan. Seiring dengan peningkatan aktivitas tersebut, maka kebutuhan transportasi yang memadai akan meningkat dan mengakibatkan kepadatan kendaraan bermotor di kawasan ini pada jam-jam tertentu. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko pemanasan global (global warming) akibat kenaikan Efek Rumah Kaca (ERK) yang dipicu oleh meningkatnya emisi CO2. Maka diperlukan penelitian mengenai keseimbangan lingkungan berupa ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat berperan sebagai penyerap emisi CO2. Metode survei data primer menggunakan pemotretan foto udara UAV untuk peta dasar digitasi persebaran RTH dan traffic counting pada puncak lalumlintas yang bertujuan untuk mengetahui kadar CO2 maksimum oleh kendaraan bermotor pada ruas jalan. Analisis penghitungan daya serap dengan mengalikan luas tutupan vegetasi dan daya serapnya terhadap CO2. Analisis penghitungan kadar emisi CO2 dengan persamaan kekuatan emisi dan klasifikasinya menggunakan natrual breaks. Analisis spasial hasil kekuatan emisi CO2 dan luas tutupan vegetasi dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geospasial (SIG). Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 9 ruas jalan dengan daya serap sangat kurang. Saran sebagai penanggulangan kondisi ini adalah dengan optimalisasi RTH eksisting pada Jalan Banjarsari Raya disertai penambahan luas 0,903 Ha, Jalan Jatimulyo disertai penambahan luas 0,729 Ha, Jalan Sirojudin disertai penambahan luas 0,146 Ha, Jalan Soedharto bagian GSG disertai penambahan luas 0,475 Ha, Jalan Soedharto di area jembatan tol disertai penambahan luas 0,837 Ha, Jalan Setiabudi bagian selatan Patung Diponegoro disertai penambahan luas 12,518 Ha, Setiabudi bagian utara Patung Diponegoro disertai penambahan luas 10,762 Ha,  dan Tol Gerbang Tembalang disertai penambahan luas 13,210 Ha. Kata Kunci:         Daya serap CO2, Emisi CO2, Foto udara, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Traffic counting ABSTRACTTembalang and Sumurboto Village as affected areas by the educational activities have increase significant people’s activities to supply their needs. Along with it, the need of proper transportation will also increases and will causes density of motorized vehicles at certain hours. This condition can increase the risk of global warming due to the Greenhouse Effect which is triggered by CO2 emissions. So this research is needed for environmental balance to know about Green Open Space availability that can absorb CO2 emissions. The primary data survey method uses aerial photography for the basemap of the distribution of Green Open Space, and traffic counting at the peak traffic which aims to determine maximum CO2 levels on the road. Calculation analysis of Green Open Space absorption is by multiplying the area of vegetation cover and its CO2’s absorption capacity. Calculation analysis of CO2 emission levels uses equation of emission strength and the level’s classification uses natrual breaks. Spatial analysis of the CO2’s strength emissions and the area of vegetation cover is using the Geospatial Information System (GIS) method. The final results of this research indicate that there are 9 roads with CO2 emissions remaining after optimizing the existing Green Open Space. Suggestions to overcome this condition are by optimizing the existing green open spaces on Jalan Banjarsari Raya with 0,903 Ha additional area, Jalan Jatimulyo with 0,729 Ha additional area, Jalan Sirojudin with 0,146 Ha additional area, Jalan Soedharto GSG section with 0,475 Ha additional area, Jalan Soedharto in the area toll bridge with 0,837 Ha additional area, Jalan Setiabudi in the southern part of Diponegoro Statue with 12,518 Ha addition area, Setiabudi in the northern part of Diponegoro Statue with 10,762 Ha addition area, and Tembalang Gate Toll Road with 13,210 Ha addition area. Key Word:           Aerial photography, CO2 absorbtion, CO2 emission, Green Open Space, Traffic counting
IDENTIFIKASI PENGARUH SISTEM KEAMANAN LINGKUNGAN TERHADAP TINGKAT KEJAHATAN PENCURIAN DI KOTA SURAKARTA DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Raihan Virgatama; Andri Suprayogi; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1162.753 KB)

Abstract

Pencurian merupakan salah satu jenis kejahatan atau kriminalitas yang sudah menjadi permasalahan sosial karena mengakibatkan keresahan dan mengganggu keamanan masyarakat, khususnya di Kota Surakarta. Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, keberadaan sistem keamanan lingkungan sangat penting dalam meningkatkan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas, serta menurunkan tingkat kriminalitas agar aktivitas masyarakat dapat berjalan secara wajar. Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh sistem keamanan lingkungan terhadap tindak kejahatan pencurian yang dikaji dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi pengaruh sistem keamanan lingkungan berupa kantor/pos polisi dan kamera CCTV yang telah tersedia di Kota Surakarta terhadap tingkat kejahatan pencurian dengan menggunakan metode clustering. Metode clustering dapat menentukan tingkat kerawanan suatu daerah dengan melakukan pengelompokan berdasarkan kerapatan lokasi TKP pencurian dan keberadaan fasilitas keamanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kernel density untuk mengestimasi kepadatan suatu titik pada suatu daerah dan overlay union untuk membangun kelas fitur baru dengan menggabungkan fitur dan atribut dari masing-masing kelas fitur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 228 kasus tindak pencurian yang terdiri dari 32 kasus pencurian biasa, dan 196 kasus pencurian dengan pemberatan yang terjadi di Kota Surakarta selama tahun 2016-2017. Daerah yang paling rawan berada pada Kecamatan Banjarsari di kawasan GOR Manahan, sedangkan wilayah yang memiliki tingkat keamanan paling baik berada pada Kecamatan Pasar Kliwon yang merupakan kawasan pusat kota dan perkantoran. Analisis pengaruh sistem keamanan lingkungan terhadap tingkat kejahatan pencurian menunjukkan korelasi positif dengan nilai 0,36982. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang moderat antara kedua variabel, sehingga sistem keamanan lingkungan memberikan pengaruh yang tidak besar terhadap tingkat kejahatan pencurian. Hasil dari penelitian ini nantinya dapat digunakan oleh semua kalangan untuk membantu meminimalisir terjadinya tindak kejahatan pencurian.
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PERSEBARAN TENAGA KESEHATAN DI KOTA SEMARANG BERBASIS WEB Lutfia Pangestika; Sawitri Subiyanto; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.075 KB)

Abstract

ABSTRAK Kebutuhan akses informasi akan pelayanan kesehatan merupakan hak bagi setiap masyarakat sekaligus kewajiban bagi Negara untuk menyediakannya sesuai amanat UU kesehatan tahun 2009. Hal inilah yang menuntut informasi fasilitas kesehatan juga harus bisa diakses dengan mudah. RIFASKES (Riset Fasilitas Kesehatan) merupakan salah satu program Kementrian Kesehatan RI melalui Balitbang Kemenkes untuk memantau fasilitas kesehatan milik pemerintah diantaranya puskesmas dan rumah sakit. Pemantauan meliputi kondisi bangunan puskesmas, jenis dan kategori tingkat pelayanan, jumlah tenaga kesehatan serta kelengkapan alat kesehatan. Pemantauan ini dilakukan untuk mengoptimalkan peran dan fungsi fasilitas kesehatan pemerintah untuk kesehatan masyarakat, namun terkendala dalam mendapatkan data yang selama ini dilakukan secara konvensional.Pada penelitian ini dibuat sistem informasi geografis berbasiskan web untuk mengetahui persebaran tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit agar mampu menyediakan informasi bagi masyarakat. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data spasial (koordinat x y) menggunakan GPS handheld dan data non spasial. Penelitian ini dikembangkan menggunakan basis data MySQL dan peta menggunakan Google Maps API.Hasil dari penelitian ini berupa aplikasi SIG berbasis web yang menampilkan lokasi layanan kesehatan beserta tenaga kesehatan dan fasilitas dari layanan kesehatan. Web tersebut dapat diakses pada situs www.gistenagakesehatankotasemarang.com.  
IDENTIFIKASI POTENSI AIR TANAH BERBASIS PENGINDRAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : KABUPATEN KENDAL) IFAN ADI PRATAMA; Abdi Sukmono; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1371.096 KB)

Abstract

Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat di bawah permukaan tanah. Jumlah air tanah yang tersimpan di bumi memiliki jumlah yangtidak lebih dari 1%. Pemanfaatan air tanah oleh masyarakat semakin berkembang di berbagai sektor. Kabupaten Kendal merupakan salah satu daerah di Indonesia yang terkena dampak kekurangan air tanah. Pemetaan air tanah perlu dilakukan untuk mengetahui potensi air tanah di suatu daerah sebagai tindakan awal dalam upaya identifikasi dan pencarian sumber air demi memenuhi kebutuhan masyarakat.Identifikasi potensi air tanah di Kabupaten Kendal dalam penelitian ini menggunakan data Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Aplikasi Pengindraan Jauh digunakan untuk mengidentifikasi indeks vegetasi  menggunakan algoritma Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Aplikasi Sistem Informasi Geografis dilakukan untuk mengidentifikasi potensi air tanah melalui tumpang tindih dengan metode kuantitatif berjenjang terhadap parameter indeks vegetasi, kelerengan, jenis tanah, jenis batuan, curah hujan dan penggunaan lahan sehingga didapat sebaran potensi akuifer serta tumpang tindih sebaran potensi akuifer terhadap parameter cekungan air tanah.Hasil dalam penelitian ini, didapatkan bahwa potensi air tanah di Kabupaten Kendal terdiri dari beberapa kelas potensi air tanah yaitu tidak berpotensi, rendah, sedang, dan tinggi. Potensi air tanah di Kabupaten Kendal didominasi oleh potensi air tanah sedang seluas 48.506,330 Ha, tidak berpotensi seluas 35.635,907 Ha, potensi air tanah tinggi seluas 15.443,343 Ha, dan potensi air tanah rendah seluas 1.152,785 Ha. Berdasarkan validasi menggunakan 41 data lapangan diperoleh 34 data sesuai dan 7 data tidak sesuai sehingga diperoleh tingkat akurasi sebesar 82,93%.