Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS STRATEGI PENGOLAHAN BASELINE GPS BERDASARKAN JUMLAH TITIK IKAT DAN VARIASI WAKTU PENGAMATAN Ikbal, Muhammad Chairul; Yuwono, Bambang Darmo; Amarrohman, Fauzi Janu
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1016.349 KB)

Abstract

ABSTRAK Pemanfaatan GPS dalam penentuan posisi titik-titik di permukaan bumi sudah memasyarakat. Namun, pemahaman masyarakat terkait hal tersebut belum begitu baik sebagaimana mestinya, terutama pemahaman terhadap ketelitian hasil yang diperoleh dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam perencanaan strategi pengamatan pada survei GPS antara lain: metode pengamatan, waktu saat pengamatan, lamanya waktu pengamatan, dan pengikatan ke titik tetap.Untuk mengetahui strategi terbaik dalam pengolahan Baseline GPS maka dilakukan penelitian ini. Penelitian ini berfokus pada analisis strategi pengolahan baseline GPS berdasarkan jumlah titik ikat dan variasi waktu pengamatan. Pada penelitian ini akan membandingkan akurasi koordinat dari titik pengamatan yang dihasilkan oleh pengikatan dengan jumlah titik ikat yaitu 3 CORS BIG, 4 CORS BIG dan stasiun IGS dengan variasi waktu pengamatan yaitu 12 jam, 18 jam, dan 24 jam. Pengolahan data menggunakan perangkat ilmiah GAMIT 10.6.Hasil dari penelitian ini adalah Jumlah titik ikat dan variasi waktu berpengaruh dalam mereduksi kesalahan dan bias dalam pengolahan GPS. Terdapat peningkatan ketelitian berdasarkan strategi pengolahan yang diikat dengan stasiun CORS BIG yaitu strategi I dan II ke titik ikat stasiun IGS yaitu strategi III, IV dan V. Peningkatan ketelitian dengan titik ikat stasiun CORS BIG dengan stasiun IGS sebesar 30 mm. peningkatan ketelitian koordinat berdasarkan titik ikat stasiun IGS rata-rata sebesar 0.5 mm dan untuk titik ikat stasiun CORS BIG rata-rata sebesar 1mm.Kata Kunci: GPS, GAMIT, Baseline, Titik Ikat, Variasi Waktu Pengamatan ABSTRACT The use of GPS in the determination of position points on the surface of the land has been implemented widely. But, the understanding of the meantime is not as good as it should be, especially understanding of precision the results and the factors that can influence it. Several factors to be reckoned with in planning strategy observations on the survey GPS among others : method observation, the time when observation, length of time observation, and tying to a fixed point.This study was conducted to determine the best strategy in the processing baseline GPS. This research focus on analysis strategy baseline processing GPS based on the number of point connective and variation time observation . This research  will compare accuracy coordinates from the point of observation produced by fastening with the number of point connective consisting of 3 CORS BIG, 4 CORS BIG and CORS IGS with variations time observation that is 12 hours, 18 hours, and 24 hours. Data processing using scientific software GAMIT 10.6.The result of this research is the sum point connective and variation time influence in reduce error and bias in processing GPS. There has been increasing precision based on the processing that fastened to a station CORS BIG namely strategy I and II to a point connective station IGS namely model III, IV and V. An increase in precision with a point connective station CORS BIG to a station IGS by up to 30 mm. Increase precision coordinates based on point connective station IGS an average of 0.5 mm and to point connective station CORS BIG an average of 1 mm.Keywords: GPS, GAMIT, Baseline, number of point connective, variation time observation
PENENTUAN POSISI STASIUN GNSS CORS UNDIP EPOCH 2015 DAN EPOCH 2016 BERDASARKAN STASIUN IGS DAN SRGI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK GAMIT 10.6 Hapsari, Widi; Yuwono, Bambang Darmo; Amarrohman, Fauzi Janu
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.837 KB)

Abstract

ABSTRAK Kegiatan penentuan posisi titik-titik control geodetik seiring dengan berjalannya waktu, telah beralih menggunakan GPS (Global Positioning System). Pembangunan sistem kerangka dasar nasional tersebut memanfaatkan dari aplikasi GPS yaitu CORS (Continuously Operating Refference Station). Titik control geodetik di Indonesia, direalisasikan dalam skala regional, nasional maupun global  digunakan dalam bidang survey dan pemetaan, studi land subsidence, studi plate motion, gempa bumi, dll. Diperlukan pendefinisian stasiun dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan berulang karena sifat stasiun CORS yang dinamis.Pada penelitian ini melakukan pendefinisian ulang stasiun GNSS CORS UDIP pada epoch 2015 serta 2016, dengan menggunakan 9 titik ikat stasiun IGS (CNMR, COCO, DARW, IISC, PBRI, PIMO, TOW2, XMIS, dan YARR) serta 8 titik ikat stasiun SRGI (CBTL, CMAG, CMGL. CPAC, CPWD, dan CSEM) untuk mendefinisikan posisi dan kecepatannya. Pengolahan data menggunakan software ilmiah GAMIT 10.6.Hasil dari penelitian ini adalah koordinat stasiun CORS UDIP dengan ketelitian terbaik, yaitu koordinat kartesian, dengan nilai X -2210748.65826 m ± 2.11 mm, nilai Y 5931893.19583 m ± 4.40 mm, dan nilai Z -777746.10639 m ± 1.27 mm. Serta kecepatandengan ketelitian terbaik yaitu Vx -0.02258 m ±3.53 mm, Vy -0.01065 ±6.52 mm, Vz -0.01089 ±2.36 mm. Kata Kunci :GAMIT 10.6, Kecepatan, Penentuan Posisi, Stasiun CORS,  ABSTRACT Positioning geodetic control points time by time, has switched using GPS (Global Positioning System). The development of the basic framework of national system of GPS applications takes advantage of using CORS (Continuously Operating Refference Station). Geodetic control points in Indonesia, realized in regional scale, national and global are used in the field of surveying and mapping, land subsidence studies, studies of plate motion, earthquake, etc. In this case, required of defining stations with high precision and repeatedly because the dynamic nature of CORS stations.In this research, doing redefinition station GNSS CORS UDIP the epoch at 2015 and 2016, using a nine point stations of IGS (CNMR, COCO, DARW, IISC, PBRI, PIMO, TOW2, XMIS, and YARR) and as well eight points of station SRGI ( CBTL, CMAG, CMGL. CPAC, CPWD, and CSEM) to defined the position and velocity. Processing data using GAMIT 10.6 scientific software.The results of this researchwere UDIP CORS station coordinates with the best accuracy, the cartesian coordinates, with the value of X -2210748.65826 m ± 2:11 mm, the value of Y 5931893.19583 m ± 4:40 mm, and the value of Z -777746.10639 m ± 1:27 mm. And as well the velocity rates with the best accuracy were Vx -0.02258 m ±3.53 mm, Vy -0.01065 ±6.52 mm, Vz -0.01089 ±2.36 mm. Keywords : CORS Station, GAMIT 10.6, Positioning, Velocity rate*) Penulis, Penanggung jawab
PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) DI KOTA SEMARANG Rahmah, Azizah Nur; Subiyanto, Sawitri; Amarrohman, Fauzi Janu
Jurnal Geodesi Undip Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (784.068 KB)

Abstract

ABSTRAKPertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di Kota Semarang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan dan meningkatnya kebutuhan akan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan, memprediksi penggunaan lahan di Kota Semarang menggunakan model Artificial Neural Network (ANN) dan Cellular Automata (CA), serta menentukan kesesuaian prediksi terhadap Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang tahun 2011-2031. Data yang digunakan untuk penelitian adalah citra Quickbird tahun 2010, citra SPOT 6 tahun 2014 dan 2018, serta Peta RTRW Kota Semarang. Metode digitasi dipakai untuk mendapat peta penggunaan lahan, overlay intersect untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan dan ANN untuk melakukan pemodelan dan prediksi. Variabel yang digunakan pada proses pemodelan yaitu jarak ke jalan, jarak ke sungai, jarak ke permukiman dan kepadatan penduduk. Hasil penelitian menunjukkan perubahan penggunaan lahan Kota Semarang tahun 2010-2018 mengalami penurunan luas pada perkebunan sebesar 64,45% atau 2546,839 Ha, dan pertumbuhan lahan terbangun sebesar 25,65% atau 1039,292 Ha. Pemodelan perubahan penggunaan lahan dengan ANN menunjukan hasil model yang baik, dibuktikan dengan validasi model. Validasi model dilakukan dengan metode kappa dan analisis spasial yaitu menghitung perbedaan titik centroid dan perbedaan luas. Hasil validasi menunjukan nilai Indeks Kappa sebesar 0,95, nilai RMS sebesar 2,58 m dan 85% luas antara kedua peta sesuai. Adapun kelas penggunaan lahan yang berpeluang besar untuk berubah menjadi penggunaan lahan lain adalah perkebunan sebesar (0,67). Hasil kesesuaian prediksi penggunaan lahan tahun 2026 terhadap peta RTRW Kota Semarang tahun 2011-2031 menunjukkan kesesuaian lahan sebesar 69,30% sesuai dan 30,70% tidak sesuai. Dengan tingkat kepercayaan > 60% atau 0,61 hasil kesesuaian dinyatakan baik dan sesuai. Kata Kunci: ANN dan CA, Perubahan Penggunaan Lahan, Prediksi Penggunaan Lahan, RTRW, SIG. ABSTRACT Growth and development that occured in the Semarang City led to the land use change and increased demand for land. This study aims to determine land use change, to project the future land-use in Semarang city using an Artificial Neural Network (ANN) model and Cellular Automata (CA), and also to determine the suitability between prediction result with the Semarang City Spatial Plan (RTRW) map in 2011-2031. The data used for research are Quickbird imagery in 2010, SPOT 6 imagery in 2014 and 2018, and Semarang City RTRW Map. The digitization method is used to obtain land use maps, intersect overlays to analyze land use changes and ANN to do modeling and predictions. The variables used in the modeling process are the distance to the road, distance to the river, distance to residential and population density. The results showed changes in land use in Semarang City in 2010-2018 experienced a deacrease in plantatation area of 64,45% or 2546,839 Ha, and an increase in bult up area by 25,65% or 1039,292 Ha. Modeling land use change with ANN shows good model results, proven by model validation. Model validation is carried out by the kappa method and spatial analysis that is calculating the difference in centroid points and area differences. The validation results show the Kappa Index value is 0.95, the RMS value is 2.58 m and 85% of the area between two maps is appropriate. The land use class which has a great opportunity to change to another land use is plantation (0.67). The results of the suitability of land use predictions in 2026 against the Semarang City RTRW map in 2011-2031 show that land suitability of 69.30% is suitable and 30.70% is not suitable. With a confidence level >60% or 0,61 the comformity result is declared as good and appropriate. Keywords: ANN and CA , Land Use Change, Land Use Prediction, RTRW, GIS.
PEMANTAUAN PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN APLIKASI DIGITAL SHORELINE ANAYSIS SYSTEM (DSAS) STUDI KASUS : PESISIR KABUPATEN DEMAK Istiqomah, Farrah -; Sasmito, Bandi; Amarrohman, Fauzi Janu
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.108 KB)

Abstract

ABSTRAK                 Perubahan garis pantai di Kabupaten Demak terjadi disebabkan oleh proses abrasi dan akresi yang terpicu karena aktivitas manusia yang intensif di wilayah pesisir. Hal ini disebabkan juga oleh banjir rob yang sering terjadi di wilayah ini dan pengaruh sifat fisik laut. Abrasi dan akresi terjadi hampir di seluruh wilayah pesisir Kabupaten Demak sehingga garis pantainya mengalami perubahan yang cukup drastis.Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh sebagai kajian yang cepat untuk mendeteksi perubahan garis pantai Kabupaten Demak dengan menggunakan citra Landsat 7 tahun 2011-2012 dan citra Landsat 8 tahun 2013-2015 sebagai data primer. Informasi garis pantai diperoleh menggunakan metode rationing untuk memisahkan batas air dan darat. Informasi garis pantai tahun 2011 digunakan sebagai titik awal pengamatan perubahan garis pantai atau Baseline dan informasi garis pantai tahun 2012-2015 dihitung laju perubahannya. Perhitungan laju perubahan garis pantai menggunakan perangkat lunak Digital Shoreline Analysis System (DSAS).Hasil penelitian menunjukan terjadi perubahan garis pantai yang signifikan di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak dengan nilai akresi maksimum sebesar 233,994 meter dan abrasi maksimum sebesar 141,037 meter. Prediksi perubahan garis pantai tahun 2016-2020 yang terbesar perubahannya terlihat pada transek A dengan akresi sebesar +280,92 meter dan terkecil pada transek H dengan abrasi sebesar -0,004. Abrasi dan akresi disebabkan oleh kurang terjaganya ekosistem mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Demak yang fungsinya berubah menjadi areal tambak atau pemukiman. Kata Kunci : garis pantai, DSAS, Kabupaten Demak, abrasi, akresi  ABSTRACT                 Shoreline changes in Demak which is caused by abrasion and accretion processes and triggered due to intensive human activities in coastal areas. It is also caused by the tidal flood that often occur in this area and the influence of physical characteristic of the ocean. Abration and accrestion occurs in almost all coastal areas and it happen quite drastic.This research use remote sensing method as a quick study to detect the shoreline changes in Demak with Landsat 7 images in 2011-2012 and Landsat 8 images in 2013-2015 as the primary data. Shorelines information obtained by using rationing method to delineated the water and the land. The 2011 shoreline used as a starting point to calculate the changes between 2012-2015 shorelines. This research use Digital Shoreline Analysis System (DSAS) to calculate the rate-of-changes between the shorelines.The results showing the most significant changes occur in Wedung, Demak with maximum accretions 233.9941 meter and maximum abrations 141.037 meter. The biggest changes at predicton of shoreline changes between 2016-2020 is transect A with accretion +280.92 meter and the lowest is transek H with abration -0.004 meter. Abration and accretion happen because of the lack to maintain the mangrove ecosystem in coastal areas of Demak whose function turned into area of ponds or settlement. Key words: shorelines, DSAS, demak, abration, accretion *)Penulis, Penanggungjawab
ANALISIS NILAI EKONOMI KAWASAN MENGGUNAKAN TRAVEL COST METHOD (TCM) DAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) UNTUK PEMBUATAN PETA ZONA NILAI EKONOMI KAWASAN DENGAN SIG (Studi Kasus : Kawasan Taman New Balekambang, Kabupaten Karanganyar) Kusmaryudi, Alan; Yuwono, Bambang Darmo; Amarrohman, Fauzi Janu
Jurnal Geodesi Undip Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1072.576 KB)

Abstract

Potensi pariwisata di Indonesia yang beraneka ragam. Besarnya potensi wisata yang ada di Indonesia dapat berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satu tempat wisata dengan keunikan isinya yang dapat dijadikan tujuan wisata adalah Taman New Balekambang. Besarnya potensi Kawasan Taman New Balekambang maka perlu dibuat Peta ZNEK untuk mengetahui nilai ekonomi kawasan berdasarkan Willingness To Pay dengan metode TCM (Travel Cost Method) dan CVM (Contingent Valuation Method) pada kawasan tersebut, dan Peta Utilitas Kawasan berdasarkan tipologi kawasan.Metode penarikan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik sampling insidental, yaitu responden yang ditemui secara kebetulan datang berkunjung di Kawasan Taman New Balekambang. Data yang digunakan adalah 80 responden untuk TCM dan 90 responden untuk CVM. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis regresi linear menggunakan Microsoft Excel dan perhitungan menggunakan Maple 17. Serta dilakukan juga uji asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas), validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS 23.Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik menunjukkan semua data berdistribusi normal, tidak terjadi heteroskedastisitas, terbebas dari autokorelasi dan tidak memiliki multikolinearitas. Uji validitas dan reliabilitas menunjukan hasil valid dan reliabel pada model yang digunakan. Hasil perhitungan nilai total ekonomi diperoleh nilai guna langsung sebesar Rp. 326.848.291.120,-. Nilai keberadaan sebesar Rp. 25.312.836.650,- sehingga diperoleh nilai total ekonomi Taman New Balekambang  sebesar Rp. Rp. 352.161.127.770,-.
ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAS BLORONG TERHADAP PENINGKATAN DEBIT MAKSIMUM SUNGAI BLORONG KENDAL Saraswati, Galuh Febriana; Suprayogi, Andri; Amarrohman, Fauzi Janu
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.763 KB)

Abstract

ABSTRAK            DAS Blorong merupakan Daerah Aliran Sungai yang melintasi 2 kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Kendal dan Kabupaten Kota Semarang. Perubahan penggunaan DAS Blorong, dimana adanya perluasan kawasan dan perubahan lahan menjadi kawasan permukiman yang akan mengurangi kawasan peresapan air hujan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan debit aliran Sungai Blorong di Kabupaten Kendal khususnya di bagian hilir DAS. Dalam beberapa tahun terakhir ini banjir yang diakibatkan oleh meluapnya sungai Blorong Kabupaten Kendal disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan meningkatnya besar debit maksimum yang melebihi kapasitas sungai, dikarenakan banyaknya perubahan lahan yang terjadi di kawasan tersebut.            Penelitian ini dilakukan dengan metode penginderaan jauh yaitu dengan interpretasi dan klasifikasi citra Landsat untuk memperoleh peta tutupan lahan, selanjutnya dilakukan perhitungan nilai koefisien run off berdasarkan kelas tutupan lahannya, kemudian dengan data intensitas hujan maksimum, dan luas daerah tangkapan air hujan dilakukan perhitungan debit maksimum dengan Metode Rasional.            Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahun 2003–tahun 2013 peningkatan luas lahan terbesar terjadi pada kelas lahan permukiman yaitu sebesar 118,022 ha, dan lahan ladang mengalami penurunan luasan paling besar yaitu sebesar 52,539 ha. Pada tahun 2003–tahun 2013 nilai koefisien run off meningkat sebesar 0,029. Peningkatan nilai koefisien run off ini diikuti dengan peningkatan besarnya debit puncak atau debit maksimum sebesar 0,228 m³/dt. Kata Kunci : Tutupan Lahan, DAS, Koefisien run off, Debit Maksimum  ABSTRACTBlorong wateshed is across two districts in Central Java are Kendal and Semarang. Blorong watershed land cover changes, where the regional expansion and land cover changes into a resident areas that will reduce the water infiltration of rain and resulting in an increase in the river flow of blorong in the district of Kendal, especially in the downstream part of the watershed. In recent years the flood caused by the overflow of the river blorong of kendal caused by high rainfall and increasing the maximum discharge that exceeds the capacity of the river, due to a lot of land cover changes in the region.The research was carried out by remote sensing method is by interpretation and classificatio of Landsat imagery to obtain the land cover map, then was calculated of the run-off coefficient based on land cover classes, then with the maximum rainfall intensity data, and the wide catchment area was calculated the maximum discharge with Rasional method.The result of this research show that the largest increases occured in the area of settlement land class that is equal to 118,022 ha, and field class land area experienced the greatest decline in the amount of5 2,539 ha in 2003 to 2013. In 2003 – 2013 the run-off coefficient increased by 0,29. Increased run-off coefficient is followed by an increase of the peak discharge / maximum discharge of 0,228 m³/dt. Keyword : Land cover, Watershed, Run off coefficient, Maximum discharge
ANALISIS PERBANDINGAN ZONA NILAI TANAH DI WILAYAH SEKITAR GERBANG TOL BOYOLALI DAN BUNDARAN SOLIDARITAS Ashari, Taufiq Ichsan; Subiyanto, Sawitri; Amarrohman, Fauzi Janu
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 3, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.43 KB)

Abstract

ABSTRAK Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang sering dilalui oleh masyarakat ketika arus mudik maupun liburan panjang. Daerah tersebut berpotensi untuk dilakukan pembangunan infrastruktur demi menunjang aksesibilitas dan mobilitas masyarakat. Tanah merupakan salah satu dari beberapa sumber daya alam yang sangat penting keberadaannya untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia, karena aktivitas yang dilakukan oleh manusia erat hubungannya dengan keberadaan tanah. Kebutuhan manusia terhadap tanah akan meningkat seiring berkembangnya jaman. Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan bahwa dari tahun ke tahun akan terdapat pembangunan yang cukup pesat dan menyebabkan keterbutuhan akan tanah yang semakin besar. Pembangunan infrastruktur mengakibatkan perubahan nilai tanah mengikuti pembaruan penggunaan tanah yang ada pada daerah tersebut. Adanya Gerbang Tol Boyolali dan Bundaran Solidaritas diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas di daerah sekitarnya. Aksesibilitas termasuk salah satu faktor yang dapat mempercepat penggunaan dan pemanfaatan tanah. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui nilai tanah yang terjadi di daerah Gerbang Tol Boyolali dan Bundaran Solidaritas yang disebabkan oleh berbagai faktor. Metode pada penelitian ini menggunakan metode overlay yang merupakan salah satu analisis dari SIG. Analisis dilakukan dengan melakukan pembuatan zona nilai tanah tahun 2019 dengan menggunakan zonasi awal dari BPN Kabupaten Boyolali dan melakukan overlay dengan peta zona nilai tanah tahun 2019 untuk dilakukan anlisa perubahan nilai tanah. Hasil dari penelitian ini kenaikan Tanah terdapat pada zona 74 sebesar Rp 2.126.000/m2 pada lokasi pengamatan area Gerbang Tol. Zona 74 terletak di Jl. Diponegoro yang mengarah langsung ke Gerbang Tol dan akses dari Jl. Raya Solo-Semarang menuju Gerbang Tol sedangkan di area Bundaran Solidaritas, kenaikan tersebut terdapat pada zona 56 sebesar Rp 2.507.000/m2 yang terletak di Jl. Jambu yang memiliki akses strategis. Kata Kunci : Bundaran Solidaritas, Gerbang Tol Boyolali, Perubahan Nilai Tanah, Zona Nilai Tanah ABSTRACT                                           Boyolali Regency is one of the regencies in Central Java Province that is often traversed by the community when going home and going for long holidays. The area has the potential to be carried out in the development of infrastructure to support accessibility and mobility of the community. Land is one of the few natural resources that is very important to meet the basic human needs, because the activities carried out by humans are closely related to the existence of land. The human need for land will increase as the times develop. Therefore, it does not rule out that from year to year there will be a fairly rapid development and cause greater need for land. Infrastructure development results in changes in land values following the renewal of land use in the area. The existence of the Boyolali Toll Gate and the Solidarity Roundabout is expected to increase accessibility and mobility in the surrounding area. Accessibility is one of the factors that can accelerate the use and use of land. This research is important to be carried out to determine the land value that occurs in the Boyolali Toll Gate area and the Solidarity Roundabout caused by various factors. The method in this study uses the overlay method which is one of the analyzes of GIS. The analysis was carried out by making a land value zone in 2019 using the initial zoning of the Boyolali Regency BPN and overlaying a land value zone map in 2019 to analyze the change in land value. The results of this study are the increase in Land in the 74 zone of Rp 2,126,000 / m2 at the observation site of the Toll Gate area. Zona 74 is located on Jl. Diponegoro which leads directly to the Toll Gate and access from Jl. Raya Solo-Semarang to the Toll Gate while in the Solidarity Roundabout area, the increase is in zone 56 of Rp 2,507,000 / m2 located on Jl. Guava that has strategic access.
ANALISIS KESESUAIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) DI KECAMATAN NGALIYAN PASCA PEMBANGUNAN JALAN TOL SEMARANG-BATANG Amalia Tyo, Almaas Zain; Sudarsono, Bambang; Amarrohman, Fauzi Janu
Jurnal Geodesi Undip Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKota Semarang adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan dan pembangunan di Kota Semarang cukup signifikan menyebabkan banyak terjadinya perubahan penggunaan lahan yang berdampak terhadap pola ruang di Kota Semarang, salah satu diantaranya adalah pembangunan Jalan Tol Semarang-Batang yang berada di  Kecamatan Ngaliyan. Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Ngaliyan menyebabkan terjadinya masalah dalam penataan ruangnya, dimana perubahan yang ada belum sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kesesuaian antara Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan keadaan yang ada di lapangan dengan membuat peta penggunaan lahan Kecamatan Ngaliyan penelitian tahun 2016 dan 2019 lalu melakukan digitasi on-screen melalui metode tumpang tindah (overlay) berdasarkan interpretasi Citra Worldview-2 tahun 2016, Foto Udara tahun 2018, dan Citra Spot-6 tahun 2019 yang hasilnya akan dianalisis perubahan dan kesesuaiannya terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) melalui Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian berupa analisis luas penggunaan lahan 2016 dan 2019 di Kecamatan Ngaliyan sebesar 4557,88 Ha. Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Ngaliyan 2016-2019  juga mengalami peningkatan dan penurunan, luasan penggunaan lahan paling banyak mengalami peningkatan yaitu kelas Campuran sebesar 68,03 Ha atau 1,49% dan luasan yang paling banyak mengalami penurunan yaitu kelas Pertanian Lahan Basah sebesar 19,56 Ha atau 0,43% dari total luas penggunaan lahan. Kesesuaian perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Ngaliyan pada tahun 2016 seluas 2617,37 Ha atau 57,43% dan pada tahun 2019 seluas 2677,92 Ha atau 58,75%. Sedangkan luas tidak sesuai pada tahun 2016 seluas 1940,51 Ha atau  42,457% dan tahun 2019 seluas 1879,96 Ha atau 41,25%. Dari hasil perbandingan kesesuaian perubahan penggunaan lahan didapatkan selisih luas penggunaan lahan di Kecamatan Ngaliyan tahun 2016-2019 yaitu sebesar ± 60,55 Ha dengan persentase ± 1,32%. Kata Kunci: Kota Semarang, Kesesuaian Perubahan Penggunaan Lahan, RTRW. ABSTRACTSemarang City is the capital city of Central Java Province. In the last few years, the development and development in Semarang City has been quite significant, causing many changes in land use that have an impact on spatial patterns in Semarang City, one of which is the construction of the Semarang-Batang Toll Road, which is located in Ngaliyan District. Changes in land use in Ngaliyan District have caused problems in spatial planning, where the changes are not in accordance with the established Regional Spatial Planning (RTRW). This study aims to see how the suitability of the Regional Spatial Plan (RTRW) with the existing conditions in the field by making land use maps of Ngaliyan District research in 2016 and 2019 then digitizing on-screen through the overlapping method based on the interpretation of Worldview imagery -2 of 2016, Aerial Photos of 2018, and Spot-6 Images of 2019 whose results will be analyzed for changes and their suitability to the Regional Spatial Plan (RTRW) through the Geographical Information System (GIS). The results of the research are in the form of a wide analysis of land use in 2016 and 2019 in Ngaliyan District, amounting to 4557.88 Ha. Changes in land use in Ngaliyan Subdistrict from 2016 to 2019 have also increased and decreased, the area of land use has increased the most, namely the Mixed class of 68.03 Ha or 1.49% and the area that has decreased the most is the Wetland Agriculture class of 19.56 Ha or 0.43% of the total land use area. The suitability of land use change in Ngaliyan District in 2016 was 2617.37 Ha or 57.43% and in 2019 it was 2677.92 Ha or 58.75%. Meanwhile, the inappropriate area in 2016 was 1940.51 Ha or 42.457% and in 2019 it was 1879.96 Ha or 41.25%. From the comparison of land use change suitability, it is found that the difference in land use area in Ngaliyan District 2016-2019 is ± 60.55 Ha with a percentage of  ± 1.32%.
ANALISIS PEMANFAATAN SATELLITE DERIVED BATHYMETRY CITRA SENTINEL-2A DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA LYZENGA DAN STUMPF (STUDI KASUS : PERAIRAN PELABUHAN MALAHAYATI, PROVINSI ACEH) Aji, Sentanu; Sukmono, Abdi; Amarrohman, Fauzi Janu
Jurnal Geodesi Undip Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKIndonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas yang tentunya membutuhkan suatu manajemen dan pengambilan keputusan yang tepat agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dan tepat yang dapat mendukung kemajuan Negara. Untuk mendukung hal tersebut, ketersediaan data batimetri yang merupakan data spasial kelautan pada Indonesia sangat dibutuhkan. Survei batimetri dengan menggunakan echosounder merupakan metode yang dapat menghasilkan data batimetri dengan kualitas yang baik, akan tetapi membutuhkan waktu yang lama dan biaya operasional yang sangat besar. Satellite derived bathymetry adalah salah satu metode alternatif yang sedang dikembangkan untuk mendapatkan data batimetri dengan menggunakan sumber data yaitu citra satelit optis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil dari pemetaan batimetri dengan menggunakan metode satellite derived bathymetry. Penelitian ini menggunakan sumber data yaitu citra Sentinel-2A yang merupakan citra satelit optis dengan ketelitian spasial 10 meter. Pengolahan satellite derived bathymetry pada penelitian ini menggunakan algoritma Lyzenga dan Stumpf yang merupakan algoritma yang efektif digunakan dalam metode ini. Kedua algoritma tersebut dapat memetakan kedalaman laut dengan baik hingga kedalaman 20 meter. Metode algoritma Lyzenga menggunakan regresi multilinier dalam pengolahannya dan menghasilkan nilai R2 sebesar 0,923. Ketelitian pemetaan kedalaman laut yang didapatkan dari algoritma Lyzenga yaitu 1,888 meter. Sedangkan algoritma Stumpf menggunakan regresi linier dalam pengolahannya dan nilai R2 yang dihasilkan sebesar 0,882. Algoritma Stumpf memiliki ketelitian pemetaan kedalaman laut sebesar 2,019 meter.Kata Kunci: Satellite Derived Bathymetry, Sentinel-2A, Lyzenga, Stumpf. ABSTRACTIndonesia has a very large water area which of course requires a decision to be made that can be utilized optimally and accurately which can support the progress of the State. To support this, bathymetry data which is marine spatial data in Indonesia is needed. A bathymetric survey using echosounder is a method that can produce bathymetric data with good quality, but requires a long time and a very large operational cost. Satellite derived bathymetry is an alternative method that is being developed to obtain bathymetry data using a data source, namely optical satellite imagery. This study aims to analyze the results of bathymetry mapping using the bathymetric derived satellite method. This study uses source data, namely Sentinel-2A imagery which is an optical satellite image with a spatial accuracy of 10 meters. The bathymetry derived satellite processing in this study uses the Lyzenga and Stumpf algorithms which are the effective algorithms used in this method. Both algorithms can map the depth of the ocean well to a depth of 20 meters. The Lyzenga algorithm method uses multilinier regression in its processing and produces an R2 value of 0.923. The accuracy of the ocean depth obtained from the Lyzenga algorithm is 1.888 meters. While the Stumpf algorithm uses linear regression in its processing and the resulting R2 value is 0.882. The Stumpf algorithm has a depth mapping accuracy of 2.019 meters.
KAJIAN EFEKTIVITAS PENGUKURAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN RTK DAN TOTAL STATION Wahyu Gangga; Bambang Darmo Yuwono; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.066 KB)

Abstract

Garis pantai adalah garis batas pertemuan antaran daratan dan air laut, di mana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi (Triatmodjo, 1999) .Garis pantai merupakan bagian penting dari suatu negara kepulauan seperti Indonesia. Karena garis pantai dapat digunakan sebagai acuan penetapan batas wilayah bahkan batas negara dan untuk penetapan batas pengelolaan sumberdaya alam. Selain it ugaris pantai juga digunakan untuk mementukan batas wilayah laut propinsi dan kabupaten atau kota yang terdiri dari wilayah darat dan laut. Pengukuran garis pantai sejauh ini terdapat beberapa metode salah satunya dengan pengukuran metode terestris, pada penelitian ini akan mengkaji antara data hasil pengukuran garis pantai menggunakan metode RTK Radio yang akan dibandingkan dengan metode terestris dengan Total Station yang diasumsikan sebagai pengukuran paling benar atau definitif. Perbandingan tersebut mecari metode mana yang lebih efektif , dengan mempertimbangkan ketelitian, waktu, dan biaya serta hasil akhir dari garis pantai yang terbentuk. Pengukuran garis pantai dengan GNSS metode RTK Radio dan metode terestris dengan Total Station direferensikan terhadap datum vertikal lokal masing – masing garis pantai yang diperoleh akan mengacu pada chart datum yaitu: Higher Hig Water Level (HHWL), Mean Sea Level (MSL) dan Lower Low Water Level (LLWL). Dilihat dari hasil uji statistik sampel, ketelitian horizontal dan vertikal dari dua metode ini tidak menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan. Perbandingan posisi horizontal (X,Y) antara RTK Radio dengan Total Station diperoleh rata – rata pergeseran nilai sebesar 0.468 m dengan nilai standar deviasi (  sebesar 0.684 m. Dari hasil tersebut maka pengukuran GNSS metode RTK Radio memenuhi Circular Error 90 % atau CE90 kelas 3 untuk skala 1:2500 dan Liniear Error 90% atau LE90 kelas 3 untuk skala 1:1000. Sehingga pengukuran RTK dapat digunakan untuk pengukuran pemetaan skala besar sampai dengan 1:2500. Perbandingan waktu yang digunakan untuk pengukuran garis pantai dengan GNSS metode RTK Radio rata – rata memerlukan waktu sebesar 7 menit 47.9 detik untuk setiap sesi atau patok. Pengukuran terestris metode Total Station memerlukan waktu rata – rata sebesar 17 menit 26.2 detik untuk menyelesaikan sesi yang sama dengan metode RTK Radio. Biaya pengukuran RTK Radio lebih murah dibandingkan dengan pengukuran terestris dengan Total Station. Hasil dari penggambaran garis pantai dua metode pada peta tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Co-Authors Abdi Sukmono Abdi Sukmono, Abdi Ahmad Faishal Matazah Putra Ahmad Firdous Syifa Aisyah Arifin Aisyah Arifin Ajeng Dyah Setyowati Sri Utomo Ajeng Kartika Nugraheni Syafitri Aji, Sentanu Akbar, Rizki Maulidi Akhmad Tsalist Nailuz Tsabiq Albertus Indra Bagus Cahyadi Alfian Putra Setiadarma Alfred Boni Son Simbolon Amalia Tyo, Almaas Zain Andri Suprayogi Annisa Octaviana Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arwan Putra Wijaya Ashari, Taufiq Ichsan Astriana Dewi Aulia Imania Sukma Bambang Darmo Yuwono Bambang Sudarsono Bandi Sasmito Bela Karbea Charisma Parasandi Alfarizi Desyta Ulfiana Dwi Rini Septiani Dwi Yulinanda Pratiwi Extiana, Kiky Fajar Rudi Purwoko Farid Burhanudin Yusup Farrah - Istiqomah, Farrah - Fatihulhaq, Muhammad Aidil Fryda Arlina Mahardika GETMA LAVEMIA Grandy Loranessa Wungo Gunawan, Andreas Hana Sugiastu Firdaus Hardi Wibowo Haryo Daruwedho Hilman Djalu Sadewo Hutagalung, Christovel Mangaratua Ika Nurdianasari Imanuel Sitepu Irfan Baharudin Istighfary Abirama Cininta Iva Kusniawati Jaka Gumelar Jauhari Pangaribuan Jetri Livia Rindika Joko Wibowo Juwita Widya Qur’ani Kanti Ismawati Khofifatul Azizah Kusmaryudi, Alan Kusuma, Hafiizh Mega Laisa Usrini Laode M Sabri LAURENTIUS IMMANUEL YUDIT PRABOWO Maharditya Yoga Pramudyono Marissa Isabella Panggabean Marissa Isabella Panggabean Mavita Nabata Dzakiya Mia Aulina Moehammad Awaluddin Mohamad Jorgie Prasetyo Mohamad Rizki Ramadhan Mufid Damar Pidekso Muhammad Adnan Yusuf, Muhammad Adnan Muhammad Alimsuardi Muhammad Chairul Ikbal, Muhammad Chairul Muhammad Maulana mahardika Amfa Muhammad Nida Hakim El Wafa Muhammad Sandhi Lazuardi Nastiti Asrining Hartri Naufal Dwiakram Novia Sari Ristianti Novialis, Elly Indah Novian Nur Aziz Nugrahanto, Prasetyo Odi Nur Fajar Nafiah Nur Rizal Adhi Nugroho Nurhadi Bashit Oki Samuel Damanik Putri, Ananda Sandriana Putri, Zulfara Disnatya Anggita Rahmah, Azizah Nur Rama Aditya Wiwaha Reisnu Iman Arjiansah Rifai, Lutfi Faizal Rika Enjelina Pidu Riza Ashar Rizki Widya Rasyid Rizky Saputra Safira Devi Kirana Saraswati, Galuh Febriana Sawitri Subiyanto Setyo Ardy Gunawan Shofiyatul Qoyimah, Shofiyatul Simamora, Enggar Stefan Sindi Rahma Erwanti Tatag Abiyoso Utomo Tito Wisnu Pramono Aji Tristika Putri Tristika Putri Wahyu Gangga Wahyuddin, Yasser Widi Hapsari Wijaya, Sujiwo Pandu Wili Setiadi Wiwik Levitasari Yogi Wahyu Aji Yosevel Lyhardo Sidabutar Yudo Prasetyo